"Mah. Udah makan belum?" Laras mengampiri maya yang duduk di ruang tamu.
"Udah, tadi mama makan ditempat kerja" Jawab maya yang masih focus dengan ponselnya.
Laras tidak melanjutkan topik pembicaraan. Ia lebih memilih diam dan menatap wajah maya dengan raut wajah datarnya.
Ini yang laras benci, suasana hambar tak ada suara kebahagiaan. Laras rindu suasana dimana keluarga kecil mereka lengkap. Kepergian ayahnya membuat maya harus kerja keras dan kelihatan sangat sibuk dimata laras.
Laras ingin tau ada apa dengan ponsel mamahnya. Mengapa maya selalu focus dengan benda persegi panjang itu. Laras ingin maya sesekali bertanya bagaimana perkembangan laras disekolah, berapa banyak teman laras. Apa saja yang laras suka disekolah itu tapi kelihatannya itu semua hanya keinginan laras yang tidak akan pernah terwujud.
"Mamah lagi sibuk ya?".
Maya sedikit melirik laras lalu kembali focus pada ponselnya. "Kenapa? Kamu kalo mau bicara, bicara aja. Mama dengerin kok".
Laras menarik nafas panjang. Ruang hatinya menjadi sesak, bahkan moodnya sudah hilang. "Laras cuma mau bilang senin depan laras udah UKK".
"Yaudah kamu belajar yang rajin biar bisa dapetin nilai yang bagus" Hanya itu yang maya katakan. Itu pun tanpa menatap laras.
Terkadang laras tidak suka mencoba seperti ini tapi karena permintaan almarhum ayahnya laras harus selalu mencoba mendekatkan diri ke mamahnya.
Sepanjang hidup laras selalu mendapatkan pengabaian dan laras benci itu. Hadiah dalam hidupnya tidak jauh dari rasa kecewa terus menerus. Ada rasa beruntung ketika laras sadar bahwa ryan masih selalu ada untuknya.
Merasa jengah dengan suasana seperti ini laras berdiri beranjak keluar. Laras tidak tau ingin kemana tapi ia membiarkan kakinya terus melangkah menjauh dari rumahnya.
Benda dalam saku celananya bergetar.
Laras melihat ada sebuah pesan, setelah tau siapa yang mengirimnya pesan wajah laras berubah seratus delapan puluh derajat. Muka cerianya kembali bersinar.
Iyan jelek: Hy manis, masih ngambek ya sama gue?. Udah dong ngambeknya.
Laras ingat ketika ia merasa kesal dengan ryan, ia sengaja mengganti nama kontak ryan.
Iyan jelek: Gue punya es cream coklat sama lolipop nih. Sengaja gue simpen di kulkas kalo lo kesini nanti gue kasih deh buat lo.
"Dikira gampang kali ngebujuk gue. Enak aja cuma dikasih es cream sama lolipop doang" cibirnya.
Laras senang membiarkan ryan terus menerus mengirim pesan kepadanya. Seperti ada rasa kebahagian, dihati kecil laras.
Saat hendak memasukan ponselnya, kepala laras terasa sakit. Laras memilih duduk di bangku taman dan membiarkan dirinya beristirahat sejenak agar rasa sakit itu menghilang.
-_-
Beberapa hari ini sekolah selalu memberikan freeclaas. Keuntungan yang sangat amat besar bagi para siswa, terutama untuk vina dan juga laras yang saat ini sedang menghantap bakso dikantin.
"Anjing tadi aja gue ribut dulu tuh sama si nima sialan. Untung gue pinter adu bacot jadi gak kalah-kalah amat" vina bercerita kalo ia sempat ribut dengan nima, kaka kelasnya yang bisa dibilang pentolan sekolah.
"Lagian ngapain coba lo nyenggol dia?" tanya laras yang juga tertarik dengan cerita vina.
Vina mengunyah bakso kecil lalu menyedot es teh yang ada dihadapannya. "Siapa suruh dia ngalangin jalan gue. Udah tau badannya gede kek gentong air masih aja jalan di depan gue, mana jalannya lama banget lagi. Yaudah gue trobos aja eh gak tau nya malah kesenggol".
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS
RomanceRyan menatap laras. Wanita yang sangat ia cintai sedang terluka, laras membalas tatapan ryan dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan ryan. "Aku harus apa? Kenapa aku terlalu percaya sama orang itu?! Sejuta janji yang dia kasih dan aku kasih semua...