~Laras- 29

6 0 0
                                    

Maya berjalan menuju kamar, dirinya sangat ingin berbincang dengan laras. Anak yang selalu mengerti keadaannya dan jarang sekali mengeluh.

Saat hendak membuka pintu kamar, maya mendapati laras sudah mengenakan pakaian yang rapih. Dengan rambut yang diurai serta wangi coklat khasnya.

"Kamu mau kemana?" Tanya maya tepat dihadapan laras.

Laras memutar bola matanya malas. "Tumben mama nanyain. Biasanya juga cuek" ucapnya dingin.

Maya kaget, pasalnya laras baru kali ini mengucapkan kata sedingin itu.

"Mama mau bicara sama kamu".

Laras melangkah pergi tidak menjawab perkataan dari maya. "Kenapa kamu abaiin mama?" tanya maya sendu.

Langkah laras terhenti, "Laras mau kerumah ryan dulu. Kita bicaranya besok aja. Maaf kalo laras bersikap seperti ini, laras cuma mau mama paham kalo laras juga gak suka diabaiakan" setelah itu ia melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan eskpresi raut wajah maya yang terlihat sangat sedih.

Sebenarnya laras tidak tega, tapi itu harus ia lakukan agar maya tidak lagi mengabaikannya.

Dilain tempat, ryan sedang mengendarai motor besarnya. Pergi ketempat ia berjanjian dengan laras.

"Iyan!" panggil laras ketika melihat ryan melintas di depannya.

Ryan mematikan motornya, membiarkan laras berjalan menyusul dirinya. Hingga tersisa satu langkah ryan bisa mencium aroma coklat yang melekat ditubuh laras. Bagi ryan, aroma tubuh laras bisa menenangkannya.

"Kita ke mall deket sini dulu ya" pinta laras dengan wajah yang tersenyum manis.

Ryan menjadi salah tingkah sendiri, ia tidak menyangka jika laras ternyata gadis yang manis. "Mau ngapain?".

Laras naik ke motor ryan dengan sedikit kesusahan. Lalu memakai helm kesukaannya dari ryan. "Mau beli novel" jawabnya.

Ryan langsung melajukan motornya pergi ke mall yang ditujukan oleh laras. Jarak mall itu tidak terlalu jauh dari rumah laras.

Saat hendak memarkirkan motor laras melihat motor yang mirip sekali dengan motor damar. Mungkin saja itu hanya mirip, pikir laras.

Mereka mulai memasuki mall, tanpa lama, laras menuju kelantai dua karena tempat buku berada dilantai itu. Sesekali ryan mengajak laras berbincang hingga mereka tertawa menimbulkan kesan sepasang kekasih bagi yang melihatnya.

Ryan menggandeng tangan laras, sambil mengayunkan kedepan dan kebelakang. Mereka menikmati jalannya waktu, termasuk laras yang senang karena ryan kembali kepadanya.

Mereka berhenti disebuah caffe, "Lah kok diem? kan tempat bukunya di depan" tanya laras bingung.

"Makan dulu yuk. Gue laper nih" ryan menepuk perutnya pelan seakan meragakan orang yang kelaperan.

"Makan diwartge aja gimana?" tawar laras.

Ryan menghembuskan nafasnya kasar, "Aduh ras, gue kan maunya disini. Perut gue juga udah gak bisa nahan laper lagi nih" keluh ryan dengan wajah melasnya.

Akhirnya laras mengalah, mereka masuk kedalam caffe itu. Memilih tempat duduk dipojok caffe karena disana tidak terlalu ramai.

"Mau pesan apa ka?" tanya seorang pelayan yang sudah dari tadi berdiri dihadapan mereka.

"Kentang original satu, stiknya satu, sama juice jeruknya satu. Kalo lo apa?" tanya ryan ke laras yang masih melihat buku menu.

Laras mengangkat wajahnya, "Stik ayam satu, sama juice jeruknya satu ya mba" sebut laras dengan nada yang ramah.

LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang