"Hai ras!" sapa vina hendak menghampiri laras.
Laras tersenyum simpul, "Tumben banget lo mau ikut ambil rapot" ucap laras.
"Hahaha, iya nih gue disuruh sama bima ikut" jawabnya.
Laras menautkan alisnya, memberi kesan bingung diwajah gadis itu. "Sangkut pautnya ambil rapot sama bima itu apa ya?" tanya laras dengan nada heran.
"Gak ada sangkut pautnya si. Gue juga heran kenapa dia maksa gue ngikut ambil rapot, katanya si ada urusan penting" Jelasnya, laras membulatkan mulutnya seperti huruf O sambil mennganggukan kepalanya.
"Nyokap lo mana?" vina mencoba mencari keberadaan ibunya laras.
"Gak dateng" jawabnya.
Vina mengelus pundak laras halus, memberikan kesan prihatin karena maya tidak bisa mengambil rapot laras untuk kesekian kalinya.
"Laras..." Panggil seorang wanita paruh bayah.
"Iya tan" jawab laras tidak lupa dengan senyum ramahnya.
"Ini rapot kamu, nilainya bagus kok beda sama nilai adit" ucap wanita paruh bayah itu.
Laras mengambil rapotnya dari tangan wanita yang bernama mila. Wanita itu adalah ibu kandungnya adit, seperti biasanya jika maya tidak bisa hadir pasti maya akan meminta tolong kepada mila.
Maya bisa dikatakan sahabat mila, sejak laras pertama kali masuk kedua wanita itu sudah saling berkenalan dan akhirnya menjadi sahabat.
"Makasih ya tan, maaf laras ngerepotin tante mulu".
"Gak papa sayang, kan sekalian sama adit jadi gak ngerepotin tante sama sekali" ucapnya sangat hangat.
"Tante mau langsung pulang?" tanya laras.
"Iya nih, tante harus pulang cepet kasian adit tante tinggal dirumah sendirian".
Laras kembali tersenyum, tidak lupa laras dan vina salim kepada mila.
"Vin gue duluan ya" izin laras.
"Mau langsung pulang juga?" tanya vina.
"Nggak, damar ngajak ketemuan diperpus" jawabnya.
"Yaudah gih, hati-hati. Kalo dia macem-macem pasang gerakan kuda-kuda" cengirnya.
Laras menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dasar vina, selalu berbicara diluar batas.
Laras menglangkahkan kakinya sambil berayun kesana kemari seperti anak kecil. Wajahnya sangat ceria, sampai akhirnya ia berdiri tepat didepan perpustakaan.
Pintu perpustakaan terbuka lebar, laras membuka sepatunya lalu masuk ke dalam ruangan itu.
Ternyata damar sudah disana lebih dulu, dengan cepat laras menghampiri damar.
"Hai carcar, udah dari tadi ya?" tanya laras sambil duduk disamping damar.
"Baru tiga menit yang lalu, gimana nilai rapotnya bagus gak?" tanya damar.
"Bagus dong" jawabnya bangga.
"Aku mau ngomong sesuatu tapi, aku mau kamu jangan marah ya" wajah damar menjadi sangat serius, laras pun menjadi kikuk karena damar tidak pernah seserius ini sebelumnya.
"E.. ma.. mau ngomong apa?" ucap laras kikuk.
Damar mengambil tangan laras, ia mengusap punggung tangan laras. "Ayah nyuruh aku balikan sama malika. Kali ini aku gak bisa menghindar karena ayah udah tau kalo kita pacaran" jelasnya.
Sebisa mungkin laras tetap memasang wajah datarnya. Ia tidak ingin damar mengetahui bahwa laras sedih.
"Kamu mau putusin aku?" tanyanya polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS
RomanceRyan menatap laras. Wanita yang sangat ia cintai sedang terluka, laras membalas tatapan ryan dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan ryan. "Aku harus apa? Kenapa aku terlalu percaya sama orang itu?! Sejuta janji yang dia kasih dan aku kasih semua...