~Laras- 16

15 1 0
                                    

Hari ini, hari yang melelahkan bagi laras. Tubuhnya masih terkepar lemah. Laras menatapi atap langit, hanya itu yang laras lakukan dari tadi.

"Ras, makan dulu ya" bujuk damar.

"Aku gak laper".

"Walaupun gak laper kamu harus tetap makan, kamu mau cepet sembuh gak?".

"Tapi sedikit aja ya".

"yaudah iya" damar mengambil bubur di atas nakas lalu menyuapi laras sampai suapan terakhir damar memberi obat pada laras.

"Kamu mau sampe kapan diemin ryan?" tanyanya seraya mengambil gelas dari tangan laras.

"Aku gak mau bahas dia".

"Kasian, dia kamu diemin dari tadi".

"Kalo kamu sebut nama atau bahas dia lagi aku bakal pulang sendirian sekarang!" nadanya tegas.

"Oke oke aku gak akan bahas ini lagi. Sekarang kamu tidur udah malem aku juga mau ke kamar. Besok kita pulang" damar beranjak pergi dan menutup pintu kamar laras, ralat kamar ryan maksudnya.

Laras terdiam, enggan untuk menutup kedua matanya. Sesekali ia menatap figura yang terpajang di tembok depan hadapannya itu. Figura itu terdapat ryan dan laras sedang berpose senyum.

"Kenapa lo baru sadar setelah gue nyakitin diri gue sendiri si" ucapnya menatap nanar figura itu. "Gue pikir lo bakal percaya sama gue tapi ternyata lo gampang ragu sama gue. Janji lo itu cuma sebatas kata aja ya? Pantes gue sampe segininya sama lo" air matanya meluap.

"Lo tau gak si pas gue di bawah pohon itu kayak gimana? Untung damar dateng kerumah lo kalo gak pasti lo gak akan nyariin gue kan" senyum hambarnya mengembang. Perlahan air mata yang sudah laras tahan pecah seketika.

"Hiks.. Gue ketakutan yan, hiks.. G-gue kedinginan hiks.. Sedangkan lo lagi bercanda sama charle. Biarin gue marah sama lo karna cuma itu hiks.. Y-yang bisa buat gue mau maafin lo lagi" tangisnya semakin menjadi. Ia menyembunyikan wajahnya dibantal melanjuti tangisnya.

Tanpa laras sadari ada seseorang dikamar mandi. Orang itu mendengar semua perkataan laras barusan. Bahkan semua perkataan yang keluar dari mulut laras membuat orang itu meremas barang yang sedang digenggamnya.

Sudah sepeluh menit berlalu. Tidak lagi ada suara tangisan, orang itu membuka pintu kamar mandi dan berjalan menuju kasur.

Ia menatap lekat wajah laras yang masih basah karena air matanya tadi. Mendekatkan tubuhnya disamping laras. Perlahan tangannya ia arahkan ke rambut laras, lalu mengelus pelan penuh sayang.

"Kamu pantes marah sama aku. Bahkan kamu juga berhak kecewa. Aku ngerasa bego banget ras cuma karena aku cemburu liat kamu deket sama damar, kamu sampe aku kasarin".

Berkali-kali ryan menghela nafasnya. Matanya melirik tangan laras, perlahan ia mengambil tangan laras. Terpampang jelas goresan besar di tangan kiri. Luka itu sedikit mengering, tak terasa air mata ryan jatuh ke tangan laras.

"Perih ya? Selain tangan ini apa lagi yang perih ras. Astaga" ryan terkejut mendapati luka dilutut laras.

Ryan tau betul pasti itu luka yang laras dapatkan setelah kejadian kemarin.

Gadisnya ini, mampu merubah segalanya. Meski laras terlihat sangat marah tapi ryan tidak perduli itu, yang ryan tau hanya ini semua salahnya. Mungkin laras akan memaafkannya nanti.

"Selamat tidur bubu" ryan pergi membiarkan laras tidur dengan nyenyak.

-_-

"Udah gak ada yang ketinggalan kan?" tanya rita ke laras.

"Gak ada bun" jawab laras yang sambil masuk ke dalam mobil.

Laras memutuskan untuk pulang siang ini. Walau dari tadi rita sudah meminta laras agar pulang sore hari namun laras tetap kekeh dengan keinginannya itu.

Sudah pasti alasan laras ingin pulang secepat mungkin karena laras tidak ingin melihat wajah ryan. Dua hari yang lalu ryan selalu berusaha untuk minta maaf dan menghibur laras tapi apalah daya laras terlalu terluka saat ini.

"Kamu gak mau ngomong sama ryan dulu?" tanya damar yang duduk disamping supir mobil.

"Bisa kan kita gak bahas dia?" laras menurunkan kaca mobilnya lalu memberi lambaian untuk rita. "Bunda, laras pulang ya. Bunda jangan khawatir ada damar kok yang siap sedia jagain laras disana".

"Iya sayang. Kamu hati-hati ya disana" rita membalas lambaian laras.

"Iya bunda" laras pun menutup kembali kaca mobil tersebut. Kepalanya ia senderkan ke bahu jok mobil, ada rasa aneh didalam hatinya.

"Kamu pusing?".

"Nggak kok. Nanti kalo udah sampe bangunin aku ya" pinta laras.

"Iya nanti aku bangunin" patuh damar.

Dalam perjalanan laras memejamkan kedua matanya. Ia tidak tidur hanya saja laras tidak mau jika nantinya damar membahas ryan kembali. Bukan menghindar tapi laras mencoba untuk menahan segala rasa kecewanya agar tidak melampiaskan itu semua secara langsung ke ryan.

Laras tau jika ryan sudah sangat terpukul walau hanya dirinya tidak dihiraukan oleh laras. Aneh bukan, laras masih mencintai ryan disaat laras juga mencintai damar.

Laras tidak tau apakah dia masih akan tetap mencintai ryan atau tidak yang jelas laras hanya tau jika perasaannya salah.

Merasa sudah sangat lama ia memejamkan matanya dan mobil juga sudah tidak lagi bergerak itu berarti laras sudah sampai ditempat tujuan.

"Ras bangun udah sampe".

"Iya ka" laras membuka matanya.

"Mau aku anter sampe rumah?" sebelum berangkat laras meminta agar dirinya tidak diantar sampai depan rumah. Maka dari itu supir yang mengendarai mobil menepikan mobilnya disamping taman yang berada tidak jauh dari rumah laras.

"Gak perlu. Kamu juga harus pulang kerumah cepet-cepet. Kasian mama sama papa pasti khawatir sama kamu".

"Beneran kamu gak mau aku anter sampe rumah?" tanya damar sekali lagi.

"Iya udah aku gak papa kok. Pak tolong anter damar sampe rumah ya" laras keluar dan menutup pintu mobil lalu beranjak pergi tanpa menoleh kebelakang sedikit pun.

Seperti itulah laras. Sikap cueknya kadang masih melekat di dirinya, sebenarnya bukan cuek tapi laras berusaha untuk tidak memperlihatkan keadaan dirinya yang sebenarnya.

Sesampainya dirumah laras tidak mendapati seorang pun. Tubuhnya masih merasa lemah, ia memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas kasur. Mengerjapkan matanya beberapa kali dan menarik lalu menghembuskan nafasnya panjang.

"Gue pikir persahabatan kita bakal berjalan dengan baik. Tapi ternyata butuh luka untuk tetap berjalannya persahabatan ini. Gue tau ini bukan sepenuhnya salah lo tapi maaf gue gak bisa memilih ke siapa hati gue terluka. Gue harap dengan berjalannya waktu gue bisa pulihin luka ini dan kita bisa kembali seperti semula atau mungkin akan terciptanya jarak dipersahabatan kita" gumam laras sambil melihat foto yang terpampang di layar ponselnya.

"Aku tau ini bukan kamu, aku paham kamu sedang dibodohi tapi biar kuperjelas. Kamu sudah melukai hati yang dari awal selalu kamu jaga" ~laras.














LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang