~Laras- 35

6 0 0
                                    

"Gimana kemarin liburan lo?" tanya vina sambil duduk disamping kursi laras.

"Ada serunya ada jengkelnya" ucapnya yang enggan untuk membahas liburannya.

Vina menautkan kedua alisnya bingung, "Jengkel gimana? lo jadi liburan sama damar kan?".

Laras menghembuskan nafasnya pelan untuk melegakan sedikit hatinya masih merasa sesak, "Jadi, tapi damar ngajak malika terus pas lagi ditaman topi bokapnya damar dateng. Dia maki-maki gue didepan umum, mana bokapnya nyuruh gue pulang sendirian lagi" bercerita ke vina itu akan lebih baik daripada laras bercerita ke ryan nanti yang ada ryan akan mencaci maki balik ayahnya damar.

Vina menganga kaget, "Anying nyesek banget tuh pasti. Parah ya emang tuh mak lampir" vina menjadi ikutan kesal.

"Udahlah vin mau gue berusaha kayak gimana juga pasti malika yang bakal menang" ucap laras dengan muka lesunya.

"Yaudah deh. Gue mau ke kantin, lo ikut gak?" ajaknya sambil berdiri dari posisi duduk.

"Yuk gue kangen bakso sama teh" laras dan vina langsung beranjak pergi ke kantin sekolah.

Saat dikoridor kelas, seseorang menabrak tubuh laras hingga laras terjungkir ke lantai.

"Awww" ringisnya kesakitan.

Vina mencoba membangunkan laras dari jatuhnya, lalu berbalik menatap seseorang yang sudah menubruk temannya itu.

"Kalo jalan tuh hati-hati!" kesalnya.

"Suka-suka gue dong mau jalan model apa juga" balasnya tanpa takut dan tanpa rasa bersalah.

"Yehh lo udah salah nyolot lagi" geram vina.

"Terus masalah gitu buat lo?" ucap gadis itu.

"Lo anak kelas berapa sih, nyolot banget jadi orang!" vina dibuat semakin kesal oleh gadis itu.

"Gua sela temannya malika, kelas sembilan sembilan" jawabnya dengan lantang.

"Gue gak nanya lo temennya siapa pinter!" judes vina, laras menahan vina agar vina mengalah.

"Lo laras kan?" unjuk sela ke laras.

"Iya" jawabnya acuh.

"Dekil banget sih, pantesan damar sekarang lagi berduaan sama malika di outdor cewenya buluk si" ingin sekali vina menoyor kepala sela namun sayang laras menahan gadis itu, sela pun pergi meninggalkan vina yang siap untuk memakannya.

"Gue harus ke outdor" ucap laras.

"Perlu gue temenin?" tawar vina.

"Gak perlu vin, lo ke kantin aja" jawabnya langsung beranjak pergi menuju outdor.

-_-

"Tolong kasih aku kesempatan untuk perbaiki hubungan kita, aku yakin pasti kamu bakal sayang sama aku" pinta seorang gadis kepada seorang cowo yang berada didepannya.

"Gue gak bisa, jadi tolong bilang ke ayah lo kalo kita itu gak cocok supaya ayah lo gak menekan ayah gue lagi" jawab si cowok sambil membuang muka kesamping.

"Pliss, aku mohon sama kamu. Aku masih cinta kamu, kasih aku kesempatan lagi supaya aku bisa berubah jadi lebih baik" pintanya yang kedenderannya sedikit memaksa.

"Terus laras mau gue kemanain?" ucap damar dengan nada sedikit tinggi.

"Ya kita bisa pacaran dibelakang dia, kalo kamu udah liat perubahan aku. Kamu putusin dia tapi kalo aku gak berubah aku janji bakal jauhin kamu" jawab malika dengan memegang kedua pundak damar.

Damar membuang nafasnya kasar, "Dam, mau ya?" ucap malika.

"Oke aku bakal kasih satu kesempatan tapi laras gak boleh tau hal ini" jawabnya sambil menatap tajam malika.

Malik tersenyum senang, "Iya aku janji" jawabnya sembari memeluk damar.

Rasanya ini seperti mimpi buruk. Pasti ini mimpi bukan kenyataan, itu yang laras rasakan.

Tapi inilah yang sebenarnya, laras mendengar semua percakapan mereka berdua. Tubuhnya serasa lemas, laras berjalan meninggalkan autdor sekolah.

Belum ada tetesan air mata yang keluar dari matanya tapi luka sudah terbentang dihatinya. Laras berada diperpustakaan, tempat paling pojok sangat pas untuknya menangis.

Tidak akan ada orang yang melihat laras karena dari sisi mana pun tubuhnya tertutup oleh rak buku. Ia menelungkupkan mukanya diatas meja.

Rasanya begitu perih, sangat menohok dihati laras. Ia ingin pulang saja tapi sayang laras tidak tau bagaimana caranya bolos.

Seseorang memegang sebelah pundak laras membuat laras menoleh kearahnya. "Loh kok kamu nangis?" tanya damar saat melihat wajah laras yang sudah penuh dengan air mata.

Laras langsung menghampus air matanya, "A.. aku, aku kangen sama papa" jawabnya sedikit kikuk.

Damar memeluk laras tapi laras mendorong damar sangat kuat bahkan sampai kepala damar terpentok ujung meja.

"Jangan deket-deket" perintah laras tapi sayang damar tidak mendengarkan itu.

Laras mencakar lengan damar. Damar reflek mendorong laras sangat kencang, kepala gadis itu mengenai tumpuhan jendela.

"Kamu kenapa si ras, kenapa?!" bentak damar.

"Kamu jahat" lirih laras.

"Aku jahat kenapa? kamu yang nyerang aku duluan" jawabnya dengan nada kesal.

Laras kembali meneteskan air matanya, "Ternyata kamu bisa ya nyakitin aku" ucapnya lalu berlari meninggalkan damar sendirian diperpustakaan.

Untung saja guru perpustakaan sedang beristirahat jadi tidak ada yang mengetahui kejadian ini.

-_-

Saat dikelas laras mengambil tasnya lalu menghampiri adit yang sedang asyik memainkan ponselnya.

"Dit" Panggilnya.

Adit menoleh ke arah laras, "Kenapa?" tanyanya yang kembali memainkan ponsel.

"Gue pusing, anterin gue pulang yuk" adit langsung menatap laras, gadis itu keliatannya benaran pusing. Wajahnya terlihat sangat pucat.

"Yaudah kita izin dulu ke bu jeni ya" adit membawa tas ransel laras, setelah mendapat izin dari bu jeni adit langsung membawa laras keparkiran motor.

"Tunggu disini, gue ambil motor dulu" laras mengangguk paham.

"Ayo naik" laras naik ke motor adit.

Saat melewati sebuah apotik motor adit berhenti, ia masuk ke dalam apotik dan keluar membawa beberapa obat.

"Ini makan rotinya sedikit aja" laras menurut memakan roti itu hanya tiga gigitan.

"Nih obat pusingnya sama pereda sakit kepala" adit mengulurkan dua buah obat dan sebotol air mineral.

Laras meminum obat itu, "Gue tau pasti lo pusing bukan karena lo sakit tapi pasti karena damar kan?" tebaknya yang sangat tepat.

"Gue mau pulang dit" jawabnya, adit mengangguk paham dan langsung naik ke motor lalu kembali melajukan motornya.

Hari ini adalah hari paling terburuk untuk laras. Ia tidak ingin memikirkan hal itu tapi ternyata rasanya hal itu selalu terulang-ulang diotak laras seperti kaset yang diputar berulang-ulang kali.

Lebih baik laras memendam dulu, ia tidak mau jika nantinya masalah ini menjadi lebih besar.

"Udah sampe nih" ucap adit.

Laras tersadar dari lamunnya, ia turun dari motor adit. "Thanks ya" setelah itu laras melangkah pergi tapi langkahnya terhenti karena adit mencekal lengannya.

"Inget, kita masih smp jadi lo gak boleh patah hati dan jangan jadi lemah" ucap adit agar laras bersemangat.

Laras tersenyum sambil mengangguk pelan, lalu kembali melanjutkan langkahnya.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang