~Laras- 27

5 0 0
                                    

Laras mencari orang yang sudah membuatnya malu tidak kepalang. Orang yang menempelkan poster dimading sekolah.

"Dimana si tuh orang. Ketemu gue abisin, liat aja lo bakal gue cari sampe dapet!" cecarnya.

Laras menemukan orang itu, tepat di sudut kantin. Ia sedang bercengkrama dengan beberapa anak cowo disampingnya.

"Maksud lo apaan anjing nempel poster begini!" sentak laras dengan menggebrak meja.

"Santai aja mba" jawab orang itu santai, kelewat santai.

Laras sudah sangat emosi saat ini. Bahkan ia tidak perduli dengan tatapan semua siswa yang berada dikantin.

Tujuannya kesini hanya untuk memberi pelajaran kepada orang yang sudah menempelkan poster memalukan.

Poster yang bergambarkan laras sedang memijit kaki adit beserta tulisan 'Kalo kalian butuh pijat khusus telfon gue aja'. Laras mengingat kejadian saat dimana adit keseleo dan dia lah yang memijat adit agar kaki adit tidak sakit.

"Maksudnya apaan nih!" tanya laras sekali lagi dengan nada yang sedikit rendah.

"Ngebantu promosiin aja. Siapa tau nanti jadi tukang pijat plus plus" ucap orang itu dengan wajah tengil.

"Cuih. Mba lo liat disini yang plus plus tuh siapa? Lo dikelilingin sama para cowo gini. Lagi ngerencanain mau kehotel yang mana ya mba" balas laras tidak kalah tengil.

Perempuan itu naik darah. Beraninya laras berkata seperti itu kepadanya. "Jaga mulut lo. Gak bisa sopan banget sama kaka kelas" orang itu mendorong bahu laras kencang, untung saja laras masih bisa menyeimbangkan diri.

"Gue cuma bisa sopan sama orang yang juga sopan ke gue. Buat apa gue sopan ke perempuan ceneh model lo gini. Ngerendahin diri aja" perempuan itu semakin marah, ia menjambak rambut laras. Sayang sekali laras tidak bisa melawannya karena ia kalah cepat.

"Lo pikir lo oke bisa nandingin gue hah?! Lo cuma bocah kemarin sore bangsat. Kenapa mesti marah kalo emang lo tukang pijit plus plus. Apa jangan-jangan damar mau jadi pacar lo karena lo jadi tukang pijit plus plusnya dia" orang itu masih menjambak laras.

Laras berusaha melepaskan tangan orang itu dari rambutnya namun selalu gagal. Jambakannya semakin kencang, kepala laras menjadi sangat sakit dan pusing kembali menyerangnya.

"Bangsat lepasin dia!" Teriak damar dari jauh.

Bukannya takut orang tersebut malah tersenyum sinis ke arah damar.

"Gue punya nama" jawabnya.

"Malika? Nama lo udah gue ganti jadi bangsat!" damar melepaskan tangan malika dari rambut laras.

Laras melotot ke arah malika. Ia masih sangat kesal dengan perempuan itu. Semakin kesini malika semakin menjadi.

"Pantes damar mutusin lo. Sikap lo ternyata lebih rendah dari hewan" ucap laras.

"Eh anjing beraninya lo bilang gitu" baru hendak ingin menyerang, tubuhnya ditahan oleh vina.

"Ewh, terpaksa nih gue pegang tangan lo.." vina melepaskan cengkramannya. "Mak lampir, ganggu banget si lo dipercintaan damar sama laras. Ibarat kata kek parasit di tubuh. Gak baik, harus disingkirin" perkataan vina semakin membuat malika naik pitam, perempuan itu juga ingin menyerang vina. Untung saja bima datang tepat waktu.

"Eehh enak aja lo cabe mau nyerang cewe gue. Nih ya cabe gue bilangin sama lo. Dimata damar lo mah gak ada apa-apanya kalo dibandingin laras, jadi mending lo berenti deh ngejar-ngejar sahabat gue. Emang lo mau dicap jadi cewe murahan antar sekolah?" seperti itulah ucapan pedas yang keluar dari mulut seorang bima.

Malika merasa kalah dengan jumlah dan juga pembelaan. Ia memilih pergi meninggalkan kantin disertai sorakan ricuh dari semua siswa untuk malika.

"Dasar cabe, bisanya ganggu hubungan orang aja" celutus vina.

"Tau yank, ribet dia mah. Dimana-mana ada udah kek kuman" sambung bima.

Laras tertawa bersama dengan damar. Jika bisa dinilai, vina dan bima itu sangat cocok. Ketika mereka bersatu seperti, pasangan yang sangat disegani oleh semua orang.

"Bagus, kamu udah bisa ngelawan malika. Tapi lain kali harus ajak aku. Biar kalo dia nyerang kamu, bisa aku tepis kayak tadi bima tepis si malika".

"Siap bosq" jawab laras dengan senyum semuringah.

-_-

"Senin udah ulangan. Belajar yang rajin jangan males-malesan" ucap damar.

"Bawel banget dah. Yang diingetin itu makan bukan ulangan" ketus laras sambil turun dari motor.

Damar tadi meminta laras agar tidak pulang duluan. Ia mau mengantar laras pulang karena ketika ulangan nanti damar tidak bisa melakukan hal seperti ini.

"Suka-suka lah. Oia mulai hari ini kamu jangan chat aku dulu ya".

Alis laras terangkat sebelah."Kenapa?" tanyanya heran.

"Hp aku nanti dipegang sama mama selama ulangan" jawabnnya santai.

Ingatlah mereka ini adalah anak smp jadi masih butuh bimbingan dari orang tua. Laras juga paham akan hal itu. Terkadang laras juga ingin merasakan bagaimana rasanya diperhatikan seperti yang dilakukan oleh ibunya damar. Tapi itu hanya keiinginan yang tak akan pernah terwujud.

"Iya siap sayang. Yaudah sana pulang hus hus hus" laras menggerakan tangannya seperti mengusir anak ayam.

"Dasar tengil" setelah itu damar pun melajukan motornya.

Laras berjalan sampai masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" salamnya.

"Walaikumsalam" Jawab ara, kaka kandung laras.

"Mama mana?" tanya laras sambil merebahkan tubuhnya disofa.

"Belum pulang. Beresin rumah sana sebelum mama nyampe rumah" Suruh ara.

"Kok gue si, kan lo bisa beresin rumah kenapa mesti gue" Keluh laras tak terima.

"Jangan tengil deh lo. Mama selalu beliin apa yang lo mau jadi harusnya lo rajin disini" sentak ara dengan nada ketus.

"Tapi kan harus adil. Masa iya gue mulu yang beresin rumah" bantahnya.

Setiap hari yang membersihkan rumah itu laras. Sepulangnya sekolah laras langsung membersihkan rumah dan tugas ara hanya memasak nasi saja. Apa itu bisa dibilang adil, kadang laras juga ingin beristirahat tanpa perlu membersihkan rumah terlebih dahulu.

"Ka, gue itu juga cape. Lo pikir gue seneng ya bersihin rumah tiap hari. Kali-kali gitu lo yang bersihin nih rumah dan gue yang masak nasi" entah mengapa rasanya laras tidak nyaman berada disini.

"Oh ya, terus gue perduli gitu. Bodo amat, udah dikasih tugas masing-masing jadi jangan ngeluh. Udah ya gue mau main dulu" ara pun pergi entah kemana.

Harusnya yang ditelan bumi itu laras saja. Bukannya ayahnya, keluarga ini lebih membutuhkan ayahnya dibanding laras.

Dengan rasa pasrah laras pun segera membersihkan rumah.

Setelah selesai, laras mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat asar.

Laras meminta agar tuhan selalu memberinya kesabaran yang berlimpah. Serta kesehatan untuk seluruh orang yang ia sayangi. Tidak lupa juga laras berdoa untuk ayah tercintanya.

-_-

Kejammnya dunia ini bagi laras....















LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang