26 (Kevin-Rian)

877 74 3
                                    

Rian terkejut ketika mendapat telepon dari Aero. Sungguh mengejutkan. Apalagi begitu Aero bilang kalau Kevin habis minum.

Rian menggigit bibir bawahnya. Seketika perasaan bersalah menyeruak dalam hatinya. Jangan bilang Kevin minum dan berakhir dengan berantem sama Aqsa karena masalahnya dengan Kevin...

"Tadi siapa yang telepon, Yan?" Marcus bertanya karena dia tidak tahu apa-apa.

"Eh? Eum.. Anu Ko, itu Aero yang telepon."

"Loh, tumben banget dia telepon kamu, ada apa katanya?" Melihat Rian yang begitu gelisah dan tampaknya akan menangis lagi, Marcus segera memeluk Rian dan menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Ka-katanya Kevin habis minum di tempatnya Aero terus sekarang berantem sama Aq-" Rian menangis lagi. Aduh Rian jadi sebel sendiri kenapa sih hari ini dia nangis terus?!

Marcus mengusap air mata yang mulai mengalir di sekitar pipi Rian. "Jangan nangis lagi, Yan. Kokoh lama-lama jadi sedih kalau kamu nangis terus." Rian mengangguk walau masih menangis.

"Kamu tau letak barnya Aero?" Rian mengangguk namun setelahnya menggeleng.

"Aduh yang mana yang bener nih?"

"Rian tau tapi lupa, Ko.." Rian mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya sudah, Kokoh anterin kamu. Tapi begitu sampai Kokoh tinggal aja gak papa 'kan? Soalnya Kokoh janjian mau pulang sama Fajar."

Rian mengangguk. Sebenarnya tak apa kalau Marcus langsung pergi setelah mengantarnya. Toh kali ini urusannya hanya dengan Kevin seorang.

Marcus menggandeng Rian menuju parkiran motor. Dengan cepat, keduanya naik ke atas motor milik Marcus lalu dengan cepat membelah jalanan yang panas saat itu.

🏆🏆🏆

Anthony dan Jonatan tengah duduk bersama walau tidak ada satupun yang mulai membuka percakapan.

Jonatan dapat mendengar kalau Anthony menghela napas. Jangan-jangan ada yang lagi dipikirin sama Kak Thony.

"Kak.." Anthony menengok dan menunggu Jonatan untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Tadi UAS-nya gimana?"

"Ck, harusnya aku yang nanya gitu ke kamu." Jonatan hanya menyengir.

"Kamu sendiri gimana tadi UAS-nya? Bisa gak?" Walau nada ketus begitu terdengar, Jonatan yakin Anthony mengkhawatirkan dirinya karena Jonatan belajar sendiri bukan dengan bantuan Anthony.

"Bisa sih, Kak..."

"Yakin?"

"ANTHONY! JONATAN!" Yang barusan dipanggil hanya bisa mengusap dada karena terkejut. Fajar nyebelin kalau udah teriak begitu menurut Anthony.

"Ada apa sih, Jar?"

"Tau si Kokoh di mana gak?" Anthony mengerutkan keningnya lalu menggeleng.

"Emangnya gua cenayang yang bisa tau Ko Marcus di mana?"

"Bukan gitu Malih, masalahnya si Kokoh gak nyamper-nyamperin gua padahal dia ngajak pulang bareng."

"Kak Fajar gak bawa motor sendiri emangnya?"

"Enggak, kata Kokoh gausah bawa motor karena hari ini dia yang anter-jemput."

"Kok Ko Marcus mau banget sih jadi ojeknya Fajar? Dikasih pelet ya?"

"Heh, mulutnya gak bisa bener banget ih kalo ngomong!" seru Fajar tak terima. Untuk apa pakai pelet kalau Marcus sendiri yang menawarkan, bahkan memaksa Fajar untuk pergi dan pulang sekolah berdua.

(①) BOOCiN // jothony [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang