22 || Kambuh.

45 2 11
                                    

Aku menyikut lengan Bang Diyo, dengan degup kencang penuh kekhawatiran, aku menatap mata Bang Diyo.

"Emang Rasyid mirip siapa bang?. " tanyaku tentang hal yang sedari tadi aku curigai, jangan-jangan..

Bang Diyo membalas dengan menatap Rasyid, menyelidik dari atas kepala sampai bawah kaki.

" Abang rasa, Rasyid itu mirip....
Iqbaal yg jadi Dilan 1990."

Pfffttt

Seketika aku, Tania dan Fitri menahan tawa, sedangkan Cahyo sudah tertawa terbahak bahak.

" Aduh, kaga lah bang, saya si dibawah level nya Iqbaal Cjr. "

" Jangan gitu, kek nya kamu punya potensi jadi aktor deh, kamu ikut ekskul Teater? . "

Raut wajah Rasyid seketika mendung.

" Pas Smp pernah bang, kebetulan saya jadi ikonic teater di Smp, dan itu masa-masa nya saya masih bersahabat baik dengan Rangga. "

" Eh?. " selidik Bang Diyo tak mengerti lalu menatapku penuh tanda tanya, aku mengisyaratkan bang Diyo untuk lebih menunduk, membisikkan sesuatu ditelinganya.

" Pas Smp, Rasyid sama Rangga bersahabat baik bang, cuma sekarangnya Rangga sudah beda, dia jadi arogan dan sensitif, terus ga pernah berkomunikasi lagi dengan Rasyid. "

Bang Diyo mengangguk paham lalu membetulkan posisi berdiri nya semula.

" Abang minta maaf ya Rasyid kalo topik ini terlalu sensitif buat kamu,ah kita bahas hal lain aja. "

" Iya bang santai aja. "

" Btw bang, maap, bukan maksud ngusir, tapi ini udah lewat jam kegiatan study group kami, takutnya nanti kami pulang ke rumah nya terlambat kalo ga segera dimulai. " ungkap Cahyo dengan sopan.

" Astaghfirullah iya maap, abang kalo udah diajak ngobrol suka bablas."

Bang Diyo menghadapku menatap lamat lamat, seakan ada kekhawatiran di matanya.

"Jangan sampe kecapek an ya dek, kalo udah selesai langsung telpon abang, nanti abang jemput. "

Aku mengangguk, sambil membalas senyum yang lebih manis, bang Diyo terkekeh, lalu mengacak rambut ku dengan gemas.

Aku menatap punggung Bang Diyo yang mulai menjauh, sekarang aku memiliki firasat tak enak. Rasa nya hari ini aku perlu pengawasan dari Bang Diyo.

"Ayuk mulai!. " ajak Cahyo yang diiringi anggukan kami berlima dan segera menuju kelas ku.

***
Dia mengendap endap, memeriksa sekitar kelas nya,
Lengang, ia segera lari, meluncurkan strategi nya.

Di belakang kelas X Ipa 2,tepatnya di sekitaran kantin outdoor kelas sepuluh, ia sudah mengumpulkan dedaunan kering yang gugur dari pohon mangga sekitar kantin tersebut,lalu menumpahkan sedikit minyak disekitar daun tsb.

Setelah terkumpul, ia mengambil korek api yang berada di saku celana nya,lalu perlahan di nyalakan, di lemparkan langsung kearah daun daun kering itu , api cepat menyulut, menyebar ke dedaunan, menimbulkan kobaran api yang besar, menyala nyalang.

Ia gesit berpindah tempat ke depan kelas, mengambil kunci kelas, dan segera mencocokkan nya pada gembok yang tergantung jelas di pintu kelas.

Kelas itu berhasil terkunci.

Terkurung sambil menikmati asap yang terus menyebar berusaha masuk ke kelas X Ipa 2 melalui sela sela ventilasi,

Ah dia lupa satu hal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Power Study Group. [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang