Penuduh

2.1K 116 5
                                    

Seorang lelaki muda nampak panik di area TK tempat Ain mengajar. Dia beberapa kali mengecek ruang belajar yang kosong guna mencari keberadaan seseorang.
Beberapa kali dia menelpon seseorang untuk meminta pertolongan. Dan sesekali memaki maki orang yang sedang dia telpon.

"Kalian ini goblok atau tolol sih? jaga anak kecil aja ga becus!" bentak nya keras dan segera mengakhiri percakapan singkatnya.

"Jam 14.10, gue telat banget. Mana Tere belum ketemu lagi. Cari kemana lagi gue? apa gue minta bantuan temen Papa yang di kepolisian aja?" karna merasa frustasi, Tak lama pria itu menelpon seseorang.

Hari sudah sore, lelaki itu sedang berbicara kasus hilangya seorang anak kecil kepada polisi yang berpenampilan preman di rumahnya. Setelah menunggu 24 jam baru polisi baru lekas mencari. Pria itu mengantar polisi tanpa seragam dinas sampai di depan gerbang rumahnya. Tak jauh dari sana matanya mengarah ke arah kiri karna terdengar rengekan yang tak asing buatnya.

Ya, rengekan itu adalah milik adiknya yang bernama Tere, matanya melebar saat mendapati seorang wanita menarik paksa tangan adiknya yang kala itu berjongkok.

"Nah pak itu adik saya, apa dia mau di culik?" ucapnya seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah adiknya. Lantas buru-buru menghampirnya.

"PENCULIK!!!" pekik lelaki itu menghampiri wanita yang sedang menole dan melongo cengoh menatapnya.

"Kamu mau nyulik anak inikan!?" tanyanya dengan nada kasar lalu menggendong Tere.

"Ekh, aku bukan, bukan penculik." jawabnya  gagu.

"Hahaha..." Tawa meremehkan dari pria itu terdengar. "Mana ada penculik Ngaku. Yang ada penjara malah penuh. Dasar penculik anak anak."

"Udah pak polisi bawa aja ke kantor polisi!" perintahnya.

*******

Ain berdiri menyandarkan tubuhnya di tembok dekat pintu ruangan introgasi. Dia menendang nendangkan kaki kirinya di udara. Guratan guratan kekesalan nampak jelas di wajahnya ketika ia harus menerima berbagai pertanyaan dari polisi perihal tuduhan penculikan anak.
Sesekali dia menghela napas panjang dan mengembungkan ke dua pipinya lantas mengeluarkan napasnya melalui mulutnya.

Tak lama kemudian tubuh Ain terkesiap dan menoleh kekanan ketika sosok penuduh keluar dari ruangan yang ada di balik tembok yang dia sandari.
Di tatapnya lurus wajah lelaki penuduh yang masih berdiri di badan pintu lantas berjalan berdiri tepat di hadapan Ain.

"Mana pengacara lo? katanya mau dateng?" Ucapnya meremehkan.

sejenak Ain terdiam, lalu dia tersenyum ketika seorang pria berjas hitam datang dengan tas jinjingnya menghampiri yang kala itu Ain enggan untuk berbicara kepada pria asing di depannya.

Ain lantas berdiri tegak, terus menghampiri lelaki itu. Di peluknya tubuh Ain erat nan hangat, hanya saja Ain masih tak membalas pelukan lelaki itu semuanya nampak jelas dari kedua tangan Ain yang masih menggantung.

"Kamu gak pa-pa kan?" Tanyanya memastikan.

"Aku gak pa-pa kok Ger?" jawab Ain seadanya lantas mendorong pelan tubuh lelaki yang bernama Gery itu menjauh dari tubuhnya.

"Oke, aku masuk dulu ya? kamu disini. Jangan kuatir semua pasti clear kok selama aku yang menangani," ujarnya sambil menepuk nepuk bahu kiri Ain lantas masuk ke ruangan yang ada dibelakang Ain.

Masih dengan tatapan meremehkan dan intimidasi dari penuduh membuat Ain malas meladeni, hingga si penuduh bersuara.

"Pengacara atau pacar lo? atau pengacara rasa pacar?"

Benar-benar lelaki kepo dan lagi siapa dia? kenal juga tidak, tapi ingin tau.

"Kamu..." Ain menggantungkan kalimatnya sejenak.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang