Deg deg

853 45 2
                                    







Hampir dua tahun lamanya Mario menjalankan bisnis dari modal saham yang Ain berikan, selama dua tahun itu juga Mario menjadi sosok yang berbeda, mudah marah, dan gila kerja apalagi mengenai urusan bisnisnya. Dan selama hampir dua tahun juga Bella masih setia menunggu Mario, seperti sekarang misalnya, ia sedang menunggu lelaki itu di ruang kerja Mario, sedang Mario ada di ruang rapat. Setia banget kan Bella?

Demi menghilangkan rasa bosan karena sendirian, Bella melihat-lihat foto yang terpampang di tembok ruangan itu. Mulai dari foto Tere yang tersenyum memegang Piagam penghargaan karena menang lomba cerdas cermat antar SD, foto Anita_nenek Mario dengan pameran Berliannya, foto Mario di tempat bersejarah dan foto para karyawan.

Namun ada bingkai foto yang masih tengkurap di atas meja nakas pojok ruangan yang menjadi pusat perhatiannya, kenapa hanya foto ukuran 5×10 yang tergeletak di atas nakas, sedangkan foto lainnya terpajang di atas meja dan tembok. Bella semakin penasaran.

Perlahan Bella mengulurkan tangannya. Penasaran, memberanikan melihat foto itu, mengingat Mario sekarang bukanlah Mario yang dulu, Mario sekarang mudah marah. Ia takut jika di katakan lancang.

Manik hitam Bella terasa panas dan berkaca-kaca. Ada rasa tidak suka dalam hatinya saat ia mengetahui gambar dalam bingkai itu.

"Ainia," gumam Bella lirih.

"Orangnya entah kemana, belum tentu juga ia masih mengingat Mario," sebal Bella mengumpat sambil memegangi foto itu.

Bella kesal, di angkatnya foto itu hendak di banting. Ia terhenti dan mengurungkan niatnya. Bagaimana jika Mario mengetahui kalau ia yang membating foto itu? pasti Mario akan murka. Dan parahnya, ia akan di jauhi olehnya. Ia tak mau itu terjadi. Dan menghadapi Mario yang marah adalah hal yang menyusahkan. Lelaki itu susah untuk melunak.

Bella hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Kenapa kamu masih ada dalam hidup Mario, menyebalkan!" umpatnya lagi menatap sinis foto Ainia yang  tersenyum.

"Apa yang lo lakuin dengan foto itu?"

Tiba-tiba suara Mario terdengar dengan nada tinggi, membuat Bella yang mengumpat tercekat, lalu gugup menguasainya. Ia terlalu larut dalam fikirannya sehingga tidak menyadari kehadiran Mario.

Mario mendekat, wajahnya sinis dan datar. Wajah poker.

"Apa yang lo lakuin di sini?" kali ini nada lelaki itu acuh tak acuh.

"G-gue... gue nunggu lo disini," ucapnya sedikit gagu, "heh!!" Bella terkesiap saat Mario merebut foto yang ada di tangannya dengan paksa.

Mario berjalan ke arah meja kerjanya, memasukan foto itu di laci meja kerja. Bella terdiam seribu bahasa.

"Gimana hasil rapatnya?"

Bella membuka suara untuk memulai pembicaraan

"Baik."

"Gue mau ngajak lo makan siang nanti...."

"Gue gak bisa!" tolak Ryo tegas

Mario lalu bersiap-siap untuk pergi, ia mulai melepas jas nya, dan hanya memakai kemeja putih saja.

"L-lo ada janji Mar?"

"Gue mau jemput Tere. Emang kenapa?"

"Gak, enggak pa-pa sih. Cuman tanya aja."

"Udah gak ada perlu lagi kan? gue buru-buru."

Bella hanya diam saat Mario berlalu begitu saja tanpa menganggap kehadirannya. Rasanya ingin sekali menangis jika menghadapi Mario yang sekarang, Mario yang berhati dingin.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang