__Hay hay. Ini Bab terakhir___
Selamat membaca. Trimakasih sudah sampai sejauh ini membaca
💜💜💜💜🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤Ain menangkup pipinya dengan kedua tangannya setelah mandi dan berdiri didepan cermin. Pipinya terasa hangat dan merona.
''Duh kok aku kayak abege yang baru kenal cinta. Astaga kenapa aku seagresif tadi di depan Mario. Astaga? Pasti dia mikirnya aneh aneh,'' gertuknya sambil menutup wajahnya yang memerah. Tak lama terdengar bunyi bel pintu.
''Ada apa lagi si...h?''
Tiba-tiba Ain memelankan suaranya bersamaan dengan dibukanya pintu unitnya. Ia malu setengah mati dengan sosok yang sekarang berdiri di depannya dengan tatapan penuh tanya. Seaneh itukah Ain? Lebay.
''P-papa!''
''Memang kamu kira siapa hem!?''
Ain kelabakan, ia kira Mario datang lagi, namun bukannya Mario melainkan Papanya yang berkunjung. Astaga Ain lupa jika bukan Mario saja yang tau tempat tinggalnya, namun Papanya juga. Ain tersenyum canggung.
''Papa boleh masuk?''
Emanuel bersuara menyadarkan putrinya yang setengah melamun. Tanpa menunggu Ain menjawab Emanuel menerobos masuk berjalan mendahului Ain. Setelah menutup pintu Ain menyusul papanya, sambil berjalan ia memukul kepalanya merutuki kebodohannya. Bodohnya.
''Kamu kenapa? Kepala kamu sakit?'' Emanuel bertanya saat mendapati keanehan Ain.
''Enggak kok Pa.''
''Tadi ada tamu?'' Emanuel bertanya kembali setelah berhenti di ruang tengah dan mendapati dua gelas teh yang masih tergeletak di atas meja lalu ia duduk. Tiba-tiba Ain di serang rasa panik. Dia lupa.
''Tadi tamunya gak sempet minum teh?'' Emanuel bersuara.
Gimana mau minum teh, tamunya aja udah aku sosor kok, jadi udah gak haus lagi Pa, Ain membatin
''Maria... Kamu kenapa berdiri ngelamun gitu? Sini duduk deket Papa.'' sambil menepuk sofa di sebelahnya.
Ain mengangguk dan duduk di sebelah Papanya.
''Tadi siapa yang bertamu?''
Ain tersentak kaget.
''Pa, Ain boleh ngomong sesuatu?''
''Ngomong aja.''
''Pa, gimana hubungan papa dan papanya Ma-Mario?''
Mendengar itu raut Papanya berubah lebih serius.
''Pah?''
''Kenapa tanya orang itu?'' mendengarnya Ain menjadi murung. Dia yakin kalau keduanya masih bermusuhan.
Terdengar suara helaan Ain, menyadari kerisauan anaknya Emanuel menoleh dan memosisikan tubuhnya menghadap anaknya yang sekarang tertunduk lesu.
''Kamu kenapa tanya tentang itu?''
Emanuel menggenggam tangan Ain. Ain menggeleng lesu.
''Hahahaha''
Ain mendongak menatap papanya yang tertawa. Apakah sekacau itu wajahnya sampai papanya tertawa. Mengerutkan kening Ain tak paham.
''Ada yang lucu kah?''
''haha... Tidak ada.''
''Jadi?''
''Boleh Papa tanya sesuatu?''
Ain mengangguk
''Kenapa Mario tidak sempat meminum tehnya saat bertamu disini?''
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Brondong [END]
General Fiction(Follow dulu sebelum membaca) Maria Ainia Emanuel cewek dingin berusia 29 tahun masih jomblo, harus bertemu Mario Mertaherlambang berusia 23 tahun yang selalu membanggakan 3 K. Yaitu Ketampanan, Kecerdasan dan Kemapanan. Namun kehidupan Ainia beruba...