Cengeng

768 40 2
                                    







Semalaman Mario tidak tidur setelah kembali dari rumah Sarah, Ia hanya berbaring di kamar hotel. Wanita itu benar-benar membuatnya kehilangan rasa kantuknya dan Mario hanya memikirkannya, selalu. Yang masih menjadi kebimbangan lelaki itu adalah suara hatinya yang condong mengatakan jika itu Ain. Mario di buat pusing sampai pagi dia terjaga.

Menghela nafas panjang dan Mario mulai duduk di pinggir ranjang, tak lama ponsel di atas nakas berdering  panggilan dari Abi. Mario mendengus, sudah bisa di tebak jika ada urusan kerjaan yang menjadi pembahasan dia.

"Halo,"

" Lo kapan pulang Yo? gue keteteran di kantor, lo gilak ya, bukannya balik malah enak-enakan di sana. Lo mau bunuh gue di sini, lo mau buat gue stroke mikirin kerjaan numpuk di meja?!" semprot Abi dari ujung telpon.

Mario merotasikan matanya malas, sungguh mendengar Abi yang nyerocos tanpa jeda membuatnya tambah pusing saja.

"Pala lo peang gue di sini enak!" seru Mario meninggikan nada bicaranya.

" Lah emang iya kan? harusnya lo sekarang pimpin rapat hari ini. Kenapa sih lo betah banget di sana? kayak ketemu jodoh aja," nyinyir Abi pedas.

"Emang. Gue nemuin jodoh gue. Puas lo!"

" Serius lo? Demi apa?"

Suara cekikikan mulut gagak terdengar di telinga lelaki yang sedang frustasi.

"Gak usah sok kaget lah!?"

Rasanya Mario pengen nampol kepala Abi yang di ujung sana sedang tertawa cekikikan lantaran ucapannya barusun.

Detik selanjutnya Abi terdiam.

"Gue ketemu Ainia, Bi"

"Lo gak bercanda kan Yo?"

"Kapan gue bercanda kalau masalah Ain," lelaki itu lalu berdiri menuju balkon.

" Yo, lo harus balik ama dia. Gimana juga kita punya hutang budi ama dia. Toh kita udah janjian kan, kalau perusahan kita udah maju mau ngebalikin apa yang kita pinjem. Gue harap lo gak lupa,"  peringat Abi. Mario mengangguk.

"Tapi... Dia udah nikah Bi," kata Mario bernada sedih.

"Ah... Lo salah info kalik."

"Beneran,"

"Cari kebenarannya dulu aja, Yo. Siapa tau itu salah. Saran gue, lo harus cari kebenarannya sampek akar- akarnya. Kalau masalah kerjaan, gue yang handle dulu di sini. Lo percaya aja ama gue. Gue dukung lo. Kasian gue liat lo ngejomblo terus." cibir Abi meremehkan.

"Bangke lo, Bi!" justru di sebrang sana Abi tertawa puas.

Setelah berbicara melalui telpon dengan Abi, Mario sedikit lega. Setidaknya temen yang suka ia panggil mulut gagak sudah memberikan dukungan buatnya.

Mario melihat jam yang ada di ponselnya sudah jam tujuh pagi, ada cara agar ia dapat menemui perempuan itu. Memanggilnya ke kamarnya dengan alasan mau komplen. Mengingat posisi wanita itu di sini sebagai Guest Relation Officer yakni orang yang melayani keluh kesah tamu di hotel ini. Mario segera menelpon Receptionist dan menyuruh Sarah langsung datang.

Ide bagus.

**

Suara ketukan terdengar, lalu muncul Sarah dari balik pintu. Menyadari aksinya itu akan berhasil, lelaki itu pura-pura pasang wajah lempeng dan meyakinkan alias poker face. Drama di mulai.

"Selamat pagi pak, Ada yang bisa saya bantu?" katanya sambil tersenyum ramah.

Sambil berdiri di pinggir ranjang ia melipat tangan di dada, Mario melongo menatap Sarah dengan senyum manisnya.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang