Pergi

765 48 5
                                    

.........HAPPY READING📖📖📖.......

Ain masuk kedalam mobil Gery yang sudah  menunggunya di area parkir kantor Mario. Gery menatap Ain yang sudah duduk di sampingnya. Ain menangis sesegukan, ingin rasanya ia berteriak meluapkan unek-unek di dalam dadanya. Lelaki itu hanya diam memperhatikan sebelum akhirnya membuka suara.

"Kenapa?" tanya Gery tak tega melihatnya menangis.

Ain hanya menggeleng dan menyeka air matanya, wajahnya memerah. Wanita itu tetap diam saja merasakan nyeri di hatinya. Kepingan hati yang hancur datang lagi.

"Bener?" tanya Gery memastikan.

"Ayo jalan."

"Kemana?"

"Bandara."

"Serius kamu mau keluar Negri?"

Ain hanya mengangguk mantap. Dengan cara ini semua akan menjadi baik-baik saja.

"Ya. Tapi kalau kamu berubah fikiran, kamu ngomong aja. Karena menurut aku kam--"

"Ger...."  Ain mulai kesal, memotong kalimat Gery, lelaki itu lalu terdiam, dia tidak ingin merusak suasana hati temannya yang sedang rapuh menjadi hancur.

Gery mulai menghidupkan mesin mobil dan menuju bandara.

"Lima menit lagi pesawat udah mau berangkat, kamu jangan nangis terus dong. Nanti apa kata orang waktu liatin kamu." Gery menasehati Ain. Lalu menangkupkan ke dua tangannya di pipi Ain. selanjutnya ke dua jempol nya menyeka air mata wanita itu.

"Kamu kuat kok," mengepalkan tangan memberi semangat, " kamu yang terbaik. Setelah sampai di Paris langsung hubungi aku ya." Ain mengangguk dan ia mulai tersenyum dan memeluk Gery erat. Setelah itu mereka berpisah.




*****

Mario kini merutuki dirinya sendiri, berulang kali ia mencoba menghubungi Ainia untuk meminta maaf atas ucapannya serta memperbaiki apa yang sudah terjadi namun nomor Ain tidak dapat di hubungi. Mario benar-benar menyesal telah mengusir Ain tadi dan yang membuat dia sangat- sangat menyesal saat ia mengucapkan kata putus dengan entengnya, tanpa mendengarkan penjelasan Ain terlebih dahulu. Raut sedih wanita ini selalu berputar-putar di kepalanya. Isi otaknya tentang Ain.

"Akh... Brakk!!"

Mario membanting ponselnya di lantai.

"Harusnya gue gak ngomong kayak tadi! Harusnya gue gak mutusin Ain!" Mario tetap merutuki dirinya. Batinnya berperang.

"Gue harus ketemu dia, gue harus minta maaf."

Mario lantas bergegas dari ruang kerjanya, sebelum dia pergi, lelaki itu merapikan file milik Ain dan membawanya untuk di kembalikan ke pemiliknya.

Sampai di loby kantor Mario, langkahnya terhenti. Pandangannya menangkan Gery yang juga berdiri di depannya. Tatapan Gery beralih ke bawaan Mario. Pengacara itu menyungginkan senyum seolah mengolo-olok dirinya saat ini.

Mario benar-benar tidak nyaman dengan ekspresi Gery. Dan pengacara itu tau benar.

"Udah puas!"

Gery yang tadinya diam mendekat lalu membuka obrolan yang bisa di bilang memulai obrolan menyulut emosi

Mario tertegun. Ia salah, ia tadi emosi.

"Gimana? udah puas kan sekarang?" ucapnya sengit lalu mendekati Mario lebih dekat sedekat mungkin.

Dan...

Bughk!!

Gery benar-benar tersulut emosinya, Sampai memukul Mario bagian wajah tepat mengenai ujung bibirnya. Mario lantas menyentuh ujung bibirnya menggunakan jempolnya. Darah, itu yang ia lihat di jempolnya. Tapi bagi lelaki itu, tidak ada rasa sakit sedikitpun. Hati, hanya hatinya yang terasa sakit. Ini kali kedua lelaki itu merasa sakit seperti ini, pertama ketika kehilangan mamanya. Dan sekarang Ain.

Melihat Mario di pukul, security yang tak jauh darinya cepat-cepat mendekat. Namun Mario mengibaskan tangannya menyuruh pergi dan tidak ikut campur. Security itu menurut. Namun tetap saja masih waspada apalagi melihat Bosnya di hajar. Semua pasang mata yang ada di sana memperhatikan dua lelaki itu.

Gery mencengkram kerah kemeja Mario.

"Lo brengsek. Lo udah buat Ain nangis. Lo gak pantes jadi orang yang Ain cintai!" cerca Gery lalu meninju perut Mario.

Mario membungkuk, terbatuk memegangi perutnya. Lelaki itu menerima semua pukulan. Ini lebih baik dari pada dia menerima hatinya yang kini hancur karena pebuatannya, Ain menangis karenanya.

"Lo tau?! baru kali ini gue liat Ain nangis kayak tadi, kejadian yang sama udah gue liat lagi, dulu waktu calon suaminya mati, dan sekarang Lo yang udah buat dia nangis. Lo tuh brengsek Mar!!"

Mario tersentak karena ucapan Gery. Dia tadi gegabah. Bawaan Mario jatuh kelantai. Jari-jarinya tak memiliki tenaga.

Semua karyawan yang hendak lalu lalang hanya melihat Mario di maki-maki sambil berbisik. Keduanya menjadi pusat perhatian semua orang. Merasa ada yang aneh di loby Abi lantas memastikan apa yang terjadi. Abi sempat kaget mendapati Mario tengah berdiri agak membungkuk memegangi perutnya dan belum lagi bibirnya berdarah.

"Mario!" pekik Abi lantas mendekati Mario.

"Eh, lo siapa ha! Dateng- dateng buat keributan. Satpam!!"

"Bukan urusan lo." Tandas Gery. Abi geram dan tidak terima akan ucapn Gery, ia maju dan Mario mencegahnya.

"Bi, udah Bi." Abi menoleh bingung, kenapa Mario melarangnya.

"Gue minta Maaf. Biarin gue ketemu Ain."

Nada memohon itu tidak ada artinya bagi Gery. Menyedihkan.

Kali ini Abi faham apa yang terjadi. Ain.

"Lo mau ketemu Ain? Mikir woy! jangan mentang-mentang Ain lebih dewasa dari lo, lo seenak jidat lo nyakiti dia terus lo dateng ke dia minta maaf, di mana otak lo?" Umpat Gery.

Mario tertunduk menyesal. Dada Mario sesak seketika.  Kali ini Gery membahas masalah umur, dan Mario membenarkan ucapan Gery dalam hati. Ini salahnya.

"Andai dia mau nerima lamaran gue, mungkin Ain gak bakalan sesakit ini. Tapi dia malah milih lo yang..." Gery menjeda kalimatnya dan Mario menunggu kelanjutannya.

"Lo yang udah ngelukis senyumnya, tapi sekarang Lo yang mahat luka di hatinya."

Mario terdiam membatu, hatinya seolah tertusuk belati putih tajam. Sakit dan menusuk. Ucapan Gery semuanya benar.  Ini salahnya.

"Hanya gara-gara salah faham lo bilang satu kata yang buat dia hancur. Lo bajingan Mar."

Gery seolah kehabisan kata-kata, namun alih-alih ingin berbicara tenang, pengacara muda itu justru tidak bisa mengontrol dirinya.

Abi benar-benar geram saat ini, ingin rasanya dia menjotos mulut Gery, namun di urungkan niatnya karna Mario, mengingat di sini Abi juga terlibat dalam kesalahpahaman antara Mario dan Ainia. Abi ikut andil, karna dialah yang menyesponsori Mario memutuskan Ain.

"Percuma lo mau ketemu Ain, dia udah gak di Indonesia," Mario mendongak tak percaya.

"Dan buat dokumen yang lo pegang itu, gue harap bisa ngebayar kerugian lo, Walau gak sepenuhnya" tambah Gery lalu pergi begitu saja.

Mario meresapi apa yang sudah Gery ucapkan. Apa? Ain pergi keluar negri?
Mario hanya menatap Gery yang sudah pergi dengan mobilnya. Tatapanya pilu.

Tubuh Mario mulai limbung, untung Abi segera menopang tubuh Mario.

"Bi, Ain Bi, dia pergi ninggalin gue." Sesal Mario.

Abi terdiam ikut menyesal.

*
*
*
Bersambung....

Mario nyesel setengah Modar.

Trus Abi juga yang tiba2 ambil kesimpulan buruk Tentang Ain.

Gue suka sikap Gery Is the best lah👍.

Mana nih Vote dan komentnya????

Jangan lupa Follow @Ran_AP yah biar tambah membara semangat nulisnya.

Met ketemu di bab selanjutnya...

See You all😎😎.....

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang