BELA

872 51 12
                                    

"Jangan menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dalam"

Ain berdiri di samping pintu unit Mario. Menunggu lelaki itu pulang malam ini. Hatinya agak tidak tenang setelah Anita menelpon dan berbicara perihal Mario dan Gunadi. Karenj Anita tahu jika Ain adalah kekasih Mario. Lantas Ain tersenyum tipis mendapati Mario datang menggendong Tere.

"Yo."

Ain memanggil pria itu di radius tujuh meter, namun Mario menempelkan telunjuknya di bibirnya mengartikan pelankan suara, karena Tere sedang tertidur. Ain tersenyum lega melihat Mario baik-baik saja. Mario mendekat memberikan kunci unitnya pada Ain, agar membukakan pintu.

Setelah menidurkan Tere di kamar Mario, dia mendatangi Ain duduk di ruang tengah. Mario duduk di sebelah Ain, menghela nafas panjang nan berat. Entah sudah berapa kali pria itu menghela nafas panjang semenjak bertemu papa nya.

"Yo. Kamu gak pa-pa?" Ain mulai bertanya memecahkan keheningan.

Mario hanya tersenyum dan menggangguk hanya itu yang saat ini dia lakukan. Dia sangat terluka akibat ucapan papanya. Dan Ain mengetahuinya dari Anita.
Mario menyandarkan kepalanya di pundak kiri Ain.

"Pinjami aku bahu mu. Sebentar saja." Gumannya lirih.

Ain sempat tak percaya dengan Mario yang sekarang, sejak tiga bulan terakhir Ain kenal adalah Mario yang ceria dan menyebalkan, namun sekarang berbeda. Menyedihkan.

"In. Berjanjilah kalau kamu gak akan pergi meninggalkanku begitu saja. Berjanjilah."

Ain terkesiap, "Aku janji Yo. Karna aku cuman punya kamu."

Mendengar itu, Mario mendudukan tubuhnya tegap. Di sorotnya Ain dalam-dalam.

"Akupun. Akupun hanya punya kamu." Mario tersenyum."

*****

Mario tengah membuang pandangannya ke arah lain, Sengaja memang ia tidak mau memandang orang yang ada di sebrang mejanya saat ini. Sesekali dia mempercepat kunyahannya. Dia tak mau buang-buang waktu berada di restoran dengan orang asing yang dia tidak kenal. Lebih tepatnya di kenalkan oleh Gunadi.
Mario hanya menuruti permintaan Anita, agar hari ini dia makan siang dengan anak teman Gunadi. Mario tidak menyangka akan semembosankan seperti ini, apa lagi si Bela-Bela ini ngomongnya ngalor-ngidul gak jelas tanpa jeda. Ngeromet terus.

Demi apalah Mario itu sangat sebal, apalagi lawan bicaranya selalu membahas masalah fashion. Andai ada bendera putih, Mario udah ngibarin tanda menyerah.

"Gimana? makanannya enak kan?" tanyanya dengan nada manja.

Mario hanya diam tanpa memberi jawaban, raut wajahnya datar tanda tak suka.

"Mario..."

"Apa sih?" balasnya ketus.

"Makanannya enak enggak?"

"Enak."

Bela mendengus kesal.

"Habis ini kita jalan kemana?"

"Serah." Balas Mario malas

Drtt...

Ponsel Mario bergetar tanda pesan masuk.

Ainku😍
Lagi di mana? sedang apa?

Tengilkuh😏
Ditempat ramai, tapi membosankan
dan aku gak suka.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang