"Kamu pernah gak, nggak di anggap ada walau kamu ada?" nada bicara Ain terdengar parau. Dan itu sangat menggangu Mario.
"Kamu tau gak rasanya di buang oleh orang yang kamu sayang?" tanya Ain lagi.
Mario teringat pertanyaan Ain tadi. Menurutnya pertanyaan wanita ini sangat penuh makna.
Sesekali Mario menoleh kesamping kirinya dimana Ain tertidur pulas. Mereka sekarang dalam perjalanan pulang. Susah payah Mario membujuk Ain pulang. Apalagi sudah lebih dari 30 menit menunggu pihak bengkel datang, namun dengan alasan kemungkinan dua preman tadi datang lagi dengan membawa antek-anteknya sedang Mario hanya seorang dan akhirnya Ain mau untuk pulang. Wanita ini sangat susah di bujuk.
Ada apa? apa yang terjadi pada Ain hari ini, wajahnya yang tertidur seperti menunjukan ketertekanan. Apalagi di tambah pertanyaan semacam tadi, pertanyaan yang hanya Mario jawab dengan Anggukan.
Berulang kali dia mencuri pandang ke wanita yang ada di sampingnya."Lo cantik. Sama cantiknya saat 6 tahun lalu," gumam Mario lantas tersenyum sendiri.
Mobil mereka sampai di parkiran apartemen. Mario tersenyum dia tidak tega untuk membangunkan Ain. Mario gemas melihat Ain tertidur memiringkan kepalanya ke Kanan, bibirnya sedikit terbuka. Sungguh pemandangan yang menggugah sahwat.
Perlahan dan hati-hati dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Ain. Lagi-lagi dia tersenyum. Jantungnya berdebar semakin menggila. Dia menelan ludahnya sendiri karena tak tahan dengan wanita yang ada di hadapannya. Fikiran nakal lelaki itu muncul.
Perlahan Mario memajukan bibirnya, dan mendaratkan kecupan di bibir merah nan kenyal milik Ain. Kecupan seperkian detik namun sangat berarti buat Mario.
"Astaga. Nih orang udah kayak kebo aja. Tidur sampai nggak kerasa gue cium," gumamnya dalam hati lantas tersenyum.
*****
"Udah keluar belum sih dia?"
Lagi-lagi Mario menempelkan telinganya di pintu unitnya, mencoba mencari informasi apakah Ain sudah lewat atau belum melalui langkah kaki. Apalagi unit Ain terletak di paling ujung. Dan bersebelahan dengan unit Mario.
"Nah..." Mario melebarkan mulutnya, senyumnya terbit ketika terdengar seorang sedang berbicara melalui telponnya. Mario membuka pintu, nah kan bener ternyata mbak Ain pujaan hati. Mario nyengir memasang senyum termanisnya kepada Ain yang baru saja selesai berbicara.
"Pagi?"
"Udah ada kabar dari bengkelnya?"
"Oh? kok ngga jawab salam pagi gue sih?"
"Mario!!"
"Iya iya... Katanya nanti ngerjainnya. Karena pakunya terlalu dalem" Mario beralibih. Padahal Mario sendiri saja tidak tahu.
Ain mendecak sebal dan mendengus pelan. Dia melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan Mario. Mario dengan cepat melebarkan langkahnya mensejajarkan langkahnya dengan Ain.
Sesampai di luar gedung apartmen Mario menghampiri Ain dengan mobilnya.
"Ayo bareng gue," tawar Mario.
"Aku nunggu taksi aja, Yo." Tolaknya halus.
"Nanti kesiangan.Toh kantor gue ngelewti tempat lo ngajar." Mario meyakinkan. Sejenak Ain menimbang dan akhirnya mengangguk.
Dalam perjalan baik Ain dan Mario tak saling bicara, mereka hanya diam dengan fikiran mereka masing-masing.
"Ada acara apa kok atributnya serba hitam?" tanyanya heran tentang penampilan Ain. Ain melirik dan tak menjawab, Ain dingin dan raut wajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Brondong [END]
General Fiction(Follow dulu sebelum membaca) Maria Ainia Emanuel cewek dingin berusia 29 tahun masih jomblo, harus bertemu Mario Mertaherlambang berusia 23 tahun yang selalu membanggakan 3 K. Yaitu Ketampanan, Kecerdasan dan Kemapanan. Namun kehidupan Ainia beruba...