Kenangan

793 44 4
                                    


🌺🌺





Mario mempercepat langkahnya setelah melihat pintu unit apartmen Ain terbuka. Senyumnya merekah, berharap jika yang ada didalam sana adalah dia. Dalam hatinya ia inggn meminta maaf dan ingin kembali merajut kasih. Dan yang paling penting dia akan bilang, kalau ia sangat rindu. Karena sudah satu bulan tidak bertemu dan tidak ada komunikasih via telepon.

"Ain, Aku..."

Mario lalu  tersenyum kikuk tanpa melanjutkan kalimatnya, setelah mendapati beberapa orang pria sedang membereskan barang milik Ain. Belum lagi tatapan mereka yang menatap Mario aneh. Siapa mereka?

Mario menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Kamu siapa?"

Pandangan Mario lalu beralih kesumber suara yang berasal dari kamar Ain. Wanita paruh baya yang bisa di bilang seumuran dengan almarhumah Mamanya lalu keluar dari dalam kamar Ain. Ia Mamanya Ain. Bisa Mario tebak karena banyak persamaan dari garis wajahnya.

Mario terdiam, ekspresi wajahnya berubah menjadi lesu.

"Ada apa? ada perlu apa?" tanyanya kembali dengan tatapan menilai.

Mario menghela nafas berat, kali ini dadanya sesak memikirkan Ain.

Wanita itu menghampiri Mario. Matanya menyorot dari ujung kaki sampai ujung kepala Mario.

"A-aku Mario, Tante. Tetangga Ain."

"Oh, iya, iya. Ain udah tidak tinggal disini lagi."

Mario mengangguk, matanya berkaca-kaca. Raut wajah Mario memerah.

Mama Ain lalu menutup mulutnya yang menganga dengan jarinya. Ia terkejut, ia baru menyadari siapa lelaki yang  berdiri di hadapannya.

"Kamu?"

Mario mengangguk seolah mengetahui apa yang akan di pertanyakan mengenai dirinya.

Mama Ain lalu memeluk Mario. Namun tubuh lelaki itu gemetar karena menangis.

"Maaf, maaf tante." Ucap Mario parau menyesali apa yang sudah dia perbua.


Dan disinilah mereka sekarang, duduk di sofa panjang milik Mario, mereka berada di unit Mario. Mario ingin bicara empat mata.

"Oh ya, nama tente, Ayu."

Mario mengangguk lalu duduk setelah menyuguhkan secangkir teh untuknya.

"Di minum Te," tawarnya.

"Maaf sebelumnya ya, atas perbuatan Papa Ain."

Mario tersenyum tulus. Kali ini dia tidak perduli dengan bisnisnya. Jika memang sudah hancur, maka hancurlah.

"Kalau bukan karena suami Tante, mungkin perusahaan yang kamu pimpin gak mungkin bangkrut dan Rugi, jadi sekali lagi..."

"Aku yang harusnya minta maaf tante," lelaki berwajah sedih itu memotong kalimat Ayu.

"Harusnya aku enggak ngusir Ain waktu itu."

"Tante tau kok, wajar jika kamu marah, namun perlu kamu ketahui, Ain gak seburuk itu. Dia gak tau apa-apa masalah ini." Wanita itu lalu mengulukan tangannya mengangkat teh yang disugukan Mario.

"Mengingat hubungan Ain dan Papanya memang buruk sejak empat tahun terakhir, Ain pergi meninggalkan rumah dan tinggal di Apartmen sendirian. Dan ia menjadi guru TK."

"Ia tante, saya khilaf."

"Kamu tau Ain pergi kemana?"

Mario menggeleng lesu. Dia benar-benar tidak tahu. Gery juga tidak tau.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang