Apa ini?

849 47 12
                                    

Kasih tau jika menemukan Typo.

Selamat membaca...


Emanuel-papa Ain, mengerutkan kening sembari mengoreksi data-data file yang sudah gagal mendapatkan proyek.

"Jadi... Siapa yang akan menjelaskan terlebih dahulu?"

Dua orang yang duduk di depannya lalu menegakkan punggungnya tegang. Di ruang kerja Emanuel terasa dingin karena Ac, namun dari kening kedua pria itu nampak mengembun. Ada rasa gemetar dari tubuh keduanya, mengiat, Bosnya itu adalah orang yang keras dan sangat diktaktor terhadap bawahannya. Bisa di bilang sikap Bos seperti itulah yang membawanya sampai menjadi perusahaan sebesar ini.

"Maaf, Pak. Ka--"

"Maaf? Ini proyek kenapa gagal? Ini kan tanggung jawab kalian? Pergi."

Kedua orang itu lalu bangkit dari duduknya, ketika hendak keluar langkah keduanya terhenti. Firasat buruk bagi keduanya.

"Segera urus surat pengunduran diri kalian."

Emanuel lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya. Kepalanya terasa pening. Dia memejamkan matanya, kesal, marah dan kecewa semuanya bercampur jadi satu. Hari ini sangat berat.

"Masuk."

Suara ketukan pintu terdengar. Emanuel membuka mata dan  melihat siapa yang baru saja ia perintahkan masuk.  Helaan nafas terdengar lalu dia duduk menegakkan punggungnya. Lelaki yang perawakan preman itu lalu meletakkan beberapa gambar di meja kerja Emanuel. Tugas dari Emanuel.

"Tuan, ini hasil yang Tuan minta."

Emanuel lalu mengulurkan tangannya untuk meraih foto Ain yang sedang bersama Mario.

"Siapa lelaki ini?"

"Akhir-akhir ini, Nona Ain suka keluar masuk apartmen lelaki itu."

Lelaki itu sengaja di tugaskan untuk memantau perkembangan Ain, papanya sangat khawatir terhadap putri sulungnya. Yang Ain fikirkan, Papanya tidak perduli terhadapnya, namun faktanya Papanya sangat menyanginya. Walau caranya untuk memata-matainya.

"Apa?"

"Mereka bertetangga. Saya pikir Nona..."

"Berhenti, jangan bicara lagi tentang putri kesayanganku."

"Maaf, Tuan."

"Siapa lelaki ini?"

"Namanya Mario. Anak sulung dari keluarga Gunadi. Pesaing perusahaan kita."

Emanuel tersenyum licik mendengar nama Gunadi. Awalnya dia hanya ingin mengetahui gerak gerik putrinya. Namun siapa sangka jika sang putrinya justru membawanya ke jalan bertemu musuh bebuyutannya.

"Gunadi..."

"Iya tuan, saya juga sudah menempatkan beberapa mata-mata di perusahaan Mario. Dari mereka jugalah nanti kita bisa tau perkembangan perusahaan mereka."

"Jadi aku bisa menghancurkan dari dalam... Hmm.."

"Iya tuan."

"Bagus. Aku tidak menyangka, kamu bekerja jauh lebih dari perkiraanku. Lakukan penghancuran mulai sekarang, bagaimana pun aku ingin Gunadi hancur."

"Baik tuan. Kalau begitu, saya permisi." lelaki itu beranjak lalu sedikit membungkuk dan pergi.

"Gunadi... Kamu harus hancur sehancur hancurnya."

*****

Mario tengah sibuk menatap layar laptop di ruang kerjanya, tak lama suara pintu ruang kerjanya terbuka, namun matanya masih tetap tak beralih dari layar laptop. Sampai dia salah menebak orang yang masuk.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang