Maaf, jika TYPO bertebaran 🙏🙏
Siang itu Mario dan Abi sedang berada di kafe langganan mereka untuk makan siang bersama klien mereka.
Mario sengaja memilih tempat duduk di tembok ujung sebelah kanan agar obrolan mereka nanti tidak begitu terdengar orang.
Apalagi kafe itu saat ini lumayan ramai. Maklum karena siang ini waktu jam makan siang.Mario masih sibuk berkutat dengan laptopnya dan Abi masih sibuk memilih menu makanan yang hendak di pesan.
"Lo, mau makan apa, Yo?"
"Yang jelas bukan batu," ucapnya tanpa berpaling dari layar laptopnya.
Dan ucapan itu membuat pelayan yang masih di samping Abi tersenyum, setelah menerima pesanan pelayan itu pergi.
"Gimana kunjungan kerja di Sulawesi kemarin? gak ada masalah kan?"
"Enggak ada, semua beres. Kayak lo gak tau kinerja temen lo, yang muda dan tampan ini bekerja. Hehehe," Mario menyombongkan diri.
"Trus gimana ama Dinda?"
Mario menghentikan aktiftas laptopnya.
"Gue... Kadang masih suka deg degan ketemu dia. Entah kenapa."
Abi tertawa geli mendengarnya, kadang dia tidak menyangka kalau teman yang di depannya sangat kaku dan polos mengenai wanita. Padahal Mario itu kalau dengan Ain aja agresif nya kebangetan.
"Ainia!!"
Samar-samar Mario mendengar seorang pria memanggil nama yang tidak asing di telinganya. Mario menoleh ke arah kiri. Benar saja dia mendapati pria yang duduk di meja dekat jendela kaca paling ujung sedang melambaikan tangan ke arah pintu masuk. Wajah pria itu tidak asing untuk Mario. Dia pernah melihatnya tapi dimana? Mario mencoba mengingat.
Mario lantas menatap ke arah pria itu melambai ke arah pintu masuk.
Mario sedikit terkejut mendapati Ainia tersenyum. Cantik senyumnya. Tapi bukan untuk Mario.Mata Mario mengikuti gerak Ain sampai di tempat duduknya. Apa lagi jarak Ain dan Mario dari ujung tembok satu dan tembok lainnya.
Ain masih saja tersenyum membuat mata Mario tak ingin pindak objek."Pengacara sialan!!" Umpat Mario tanpa mengalihkan pandangan.
"Lo ngomong apa, Yo?" tanya Abi tak mengerti.
"Bi, kalau gebetan lo di deketi cowok laen, apa tindakan lo?"
"jelas gue samperinlah."
"Gitu ya?"
Kali ini Abi mengikuti arah pandang Mario.
"Lo liatin apa, Yo?" Abi heran melihat Mario. Mario tidak seperti biasa jika melihat seseorang bergenggaman tangan.
Tanpa menjawab Mario segera mengeluarkan ponsel yang ada di dalam sakunya. Di carinya Nomor milik Ain, dia mulai menghubungi.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar ja--
Nit...
Tiba-tiba Mario lemas seketika mendapati Ain menerima kotak berbentuk hati.
Matanya terbelalak melihat Ain mengenakan cincin di jari manisnya.
Mario kesal. Baru di tinggal seminggu kerja aja mbak Ain udah di embat pengacara itu.Apa lagi liat muka Ain yang dari tadi senyum-senyum kayak kesurupan setan, Mario kan tambah kesel. Kalau di depan Mario aja hawanya ngamuk teros.
kalau di liat liat tampanan Mario daripada pengacara itu. Mungkin Mario kalah sajen harus cari dukun yang ampuh nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Brondong [END]
Tiểu Thuyết Chung(Follow dulu sebelum membaca) Maria Ainia Emanuel cewek dingin berusia 29 tahun masih jomblo, harus bertemu Mario Mertaherlambang berusia 23 tahun yang selalu membanggakan 3 K. Yaitu Ketampanan, Kecerdasan dan Kemapanan. Namun kehidupan Ainia beruba...