si TENGIL

1.1K 66 9
                                    


😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎




Ain baru saja istirahat mengajar, dia duduk di ruang guru mengistrahatkan fikirannya karena lelah. Ingatannya tiba-tiba tentang tetangganya muncul, siapa lagi kalau bukan Mario. Dia teringat ketika Mario bertamu di rumahnya semalam. Tumben aja si Mario gak banyak tingkah dan ngomong yang ganjeng-ganjen. Biasanya sih kalau ketemu Ain, si Mario itu ngomongngya aneh-aneh.
Ain menggelengkan kepalanya cepat saat teringat Mario. Mario lagi. Batinnya.

Ain menoleh ke samping kanannya, pengdengarannya tajam ketika Maya tengah asik mengobrol dengan suaminya melalui sambungan telepon. Gimana gak denger, kursinya dan Maya hanya berjarak 1 meter saja.
Ain mendengus pelan saat Maya mulai merayu-rayu suaminya.
Astaga...Ain kan jadi pengen juga Kayak gitu. Ain fikir juga Mario gak seburuk yang dia liat, udah ganteng, kaya, muda lagi. Ya robbi kenapa keingetan si tengil lagi sih?

Fikiran akan Mario langsung bubar di benak Ain, setelah suara ponsel di dalam tasnya terdengar dengan nada dering Boombayaah dari BLACKPINK, nada panggilan lebih tepatnya. Ain tak langsung mengangkat, bukan karena apa ya? karna Ain merasa tidak kenal nomor itu.

Tak lama nomor yang sama menelpon kembali, masih dengan nada yang sama, Ain nampak ragu untuk menggeser layar ke kanan guna menerima panggilan dari nomer tak di kenal.

"Angkat In telponnya, Udah 3 kali manggil tuh? Berisik tauk!?" ujar Maya heran karna Ain tidak segera menerimanya. Ain nyengir dan mengangguk.

"Hallo?"

"kok lama ngangkatnya?" Suara Wanita itu terdengar lantang, sehingga Ain kaget dan sedikit menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ain lagi mengerutkan keningnya.

"Iya Maaf." Ain Memutar bola matanya sedikit tidak asing dengan suara wanita di seberang sana.

"Ini Nenek Sayang, nenek Mario, Pacar kamu. Nanti siang bisa ketemu gak?"

Ain terdiam sebentar, menimbang ajakan Nenek.

"Sayang? kamu ga pinsan kan?"

"Oh iya nek, nanti Ain usahakan," balas Ain pasrah.

"Oke. Good. Nanti nenek kirim alamatnya. Dan simpen no nenek ini ya. See you..."

Nit...

Ain melongoh meratapi ponselnya. Astaga dia baru sadar dari siapa Mario dan Tere pintar bicara, ternyata gen Neneknya.
Tak lama Ponsel Ain bergetar dan pesan masuk dari Nenek.

"Astaga,,," Ain mengacak rambutnya gusar.

"Kamu kenapa?" Tanya Maya heran melihat Ain.

"Gak pa-pa. Kesel aja!"

"Gak usah kesel-kesel gitu. Nanti cepet tua," ledek Maya dan melanjutkan mengobrol dengan suaminya.

Lagi-lagi Ain mendengus. Menyebalkan.

****

Ain sekarang berdiri di depan Restoran yang sangat mewah, Restoran sesuai dengan alamat yang di kirim. Astaga ini Restoran tempatnya orang kaya makan. Yang benar saja dia di ajak ketemuan disini. Boros-borosin uang aja hanya sekedar makan seporsi udah nguras uang jutaan rupiah.

Ain memasuki tempat itu. Matanya terbelalak melihat interior ruangan itu. Mewah, bersih, rapi, nyaman dan MAHAL tentunya.

Ain celingak celinguk, mencari keberadaan Nenek, tak lama Ain menoleh ketika namanya di panggil.

Pacarku Brondong [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang