Lima Belas

120 10 1
                                    

"Kau ini lagi ngapain?" 

Song Chae Young terkejut saat melihatku tiba-tiba muncul dari balik dinding. Aku tahu ia belum pulih dari 'urusannya' dengan Oh Sehun, sehingga kehadiranku yang tiba-tiba ini sangat mengejutkannya. 

"Aduh, apaan sih bikin kaget aja," ujar Chae Young ketus. Senyum salah tingkah yang tadi sempat kulihat berubah menjadi raut wajah kesal. 

Aku berjalan mendekat kepadanya, sementara gadis itu membuang muka ke arah layar televisi. Aku menggenggam erat kotak P3K di tangan kiriku, masih menimbang-nimbang apakah aku perlu mengobati memar di tangannya. Tadinya aku sangat yakin ingin mengobati perempuan aneh itu, tapi setelah aku mendengarnya bertelepon dengan Oh Sehun tadi, aku jadi bimbang. 

Ah, tapi masa bodoh lah. Kenapa juga aku harus bimbang?

"Nih, untuk ngobatin memar di tanganmu," kataku sambil setengah melempar kotak P3K itu ke sofa tempat Chae Young duduk. 

----

song chae young. 

"Nih, untuk ngobatin memar di tanganmu." 

Aku memperhatikan kotak P3K yang mendarat pelan di sofa. Bingung, tapi lebih tepatnya tidak menduga lelaki itu akan memberikan kotak P3K. 

"Memar?" gumamku sambil meraih kotak P3K itu. 

"Yang tadi siang," ujar Jaehyun. Lelaki itu sedang berjalan menuju dapur. "Sorry  ya, aku gak tahu tanganmu ternyata selembek tahu." 

"Maksudnya?!" seruku kesal. "Tadi tuh kau pegang tanganku kuat banget, tau! Udah kayak lagi narik babi!" 

Mendengar perkataanku tadi, Jung Jaehyun... tertawa. Bukan tertawa terbahak-bahak, bukan pula tertawa yang normal. Hanya tawa kecil, tapi entah kenapa terasa tidak biasa. Mungkin karena ketampanan lelaki itu yang meningkat berkali-kali lipat saat dia tertawa. Atau bisa jadi karena lesung pipinya yang, ugh, sangat mempesona. 

"Emangnya kau pernah narik babi," balas Jaehyun. Ia lalu menatapku. "Aku mau makan ramyeon dulu, baru kuusir kau dari sini." 

Aku mencibir. "Kenapa gak sekarang aja kau usir aku?"

"Kan kubilang aku mau makan dulu," ucap Jaehyun. 

Aku meletakkan kotak P3K di sofa, lalu berjalan menuju dapur. Dipikir-pikir, aku laper juga karena tadi siang tidak makan dengan benar. 

"Kenapa kau kesini?" Jaehyun yang sedang merebus air menatapku ketus. 

"A...aku mau juga dong ramyeon," ucapku, malu-malu.

"Bayar," gumam Jaehyun. 

Aku terkejut. "Berapa?" 

"40 ribu won," kata Jaehyun. 

"Hah kok mahal banget!" 

Jaehyun menatapku malas. "Ini kan hotel, bukan minimarket." 

"Maksudnya,  kau kasih aku harga room service?" 

Jaehyun mengangguk sambil menatapku datar. "Kalau gak mampu ya gak usah." 

HUH!! Bukannya aku gak mampu, tahu! Tapi bisa-bisanya bocah ini menagihku dengan harga room service! Samsung chaebol kurang kaya apa, sampai-sampai dia harus sepelit ini padaku?

Aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke sofa. Selain karena kesal, aku juga sudah mulai nggak tahan dengan aroma ramyeon yang sedap yang mulai memenuhi ruangan. 

"Ya udah cepetan makannya aku juga laper!" seruku kesal. 

Jaehyun tidak menjawabku, tapi beberapa menit kemudian aku mendengar suara lelaki itu menyeruput ramyeon. Aku memutar bola mataku, kesal karena aku malah membayangkan semangkuk ramyeon panas. Aku akhirnya memutuskan untuk mengencangkan volume TV. 

Songs of SummerWhere stories live. Discover now