Sembilan Belas

127 11 5
                                    

Kriiiing.... kriiingg....

Kriiiing.... kriiingg....

Ini adalah hari Sabtu pagi yang tenang dan damai sebelum telepon berbunyi. Suara telepon itu menggema ke seluruh penjuru ruangan dalam sebuah mansion mewah di kawasan Cheongdam-dong. Mansion itu tak lain tak bukan adalah milik keluarga Jung Jaehyun. Mansion besar itu idealnya cukup untuk ditinggali 20 orang, tetapi sang pemilik rumah memang hanya berjumlah 2 orang. Sisanya? Ya jelas... tim pelayan.

Sebagai keluarga yang sangat menghargai privasi, sebuah panggilan yang masuk ke telepon rumah tersebut hanya memiliki 2 arti. Satu, telepon dari sang Nyonya Lee Soo Jin; Dua, telepon dari sang Tuan Muda Jung Jaehyun. Tetapi karena saat itu sang Tuan Muda sedang terlelap di kamar tidurnya, kemungkinan besar panggilan itu datang dari Nyonya Lee.

"Kediaman Nyonya Lee Soo Jin, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" ucap sang kepala pelayan, Ibu Soo Hyang-sun, dengan ramah. Seluruh attitude pelayan diatur ketat dalam protokoler, termasuk sapaan telepon.

"Oh, Soo Hyang-ah," terdengar suara Nyonya Lee di seberang telepon. Ini memang kebiasaan sang nyonya besar, yakni memanggil Bu Soo dengan panggilan Soo Hyang. "Jam berapa disana?"

Suara sang nyonya besar terdengar seperti terburu-buru. Bu Soo yakin, Nyonya Lee pasti sedang di luar negeri. Tidak mungkin kan ia susah-susah menelepon cuma untuk menanyakan jam? Bu Soo begitu yakin, karena ia sendiri memang sudah mengurus Nyonya Lee dari mulai ia masih gadis. Bisa dibilang seluruh hidupnya memang didekasikan untuk melayani Lee Soo Jin--juga Jung Jaehyun. "Sekarang pukul 10.40 pagi waktu Seoul, Nyonya," ucap Bu Soo tetap dengan nada ramah.

"Oke. Jaehyun sudah bangun?" tanya Nyonya Lee.

"Belum, Nyonya," jawab Bu Soo. "Kemarin Tuan Muda pulang lewat tengah malam setelah pergi keluar bersama dengan Tuan Jeno."

"Ha, Jeno si anak nakal itu," gerutu sang nyonya besar. "Bisa tolong bangunkan Jaehyun? Saya telpon hapenya enggak diangkat-angkat. Saya harus bicara dengan dia, sekarang."

Setiap perintah yang diakhiri dengan kata 'sekarang' berarti mendesak, dan harus segera dilakukan dengan sempurna. Itulah yang muncul dalam benak Bu Soo ketika mendengar perintah Lee Soo Jin. "Baik, Nyonya. Akan segera saya bangunkan."

"Ya, terima kasih, Soo Hyang. Suruh dia langsung telpon saya," ujar Nyonya Lee sebelum menutup telepon.

Bu Soo meletakkan gagang telepon, lalu segera bergegas menuju kamar tidur Jung Jaehyun. Tidak seperti kelakuan Tuan Muda kebanyakan yang tergambar di drama-drama Korea, membangunkan Tuan Muda Jung Jaehyun bukanlah pekerjaan yang sulit. Bahkan pelayan-pelayan yang jauh lebih muda dari Bu Soo pun dapat melakukannya dengan mudah. Jaehyun bukan tipe seperti Goo Jun Pyo di Boys Before Flowers yang dengan mudah membentak bahkan memecat pelayan yang berusaha membangunkannya. Jung Jaehyun adalah seorang Tuan Muda yang sopan dan penuh rasa hormat terhadap orang lain.

Ah... kecuali karena kemarin malam ia pulang dengan bau alkohol yang menyengat, pasti membangunkannya kali ini akan menjadi sedikit lebih sulit, pikir Bu Soo. Dia pasti akan sedikit kesal.

Bu Soo membuka pintu ganda ruangan Jung Jaehyun dengan masterkey yang dimilikinya. Seperti dugaannya, Jaehyun masih terlelap dengan tirai yang masih tertutup rapat dan selimut yang berantakan. Bu Soo menarik nafas, menghembuskannya, kemudian berjalan mantap mendekati Jaehyun. Bu Soo memperhatikan wajah damai Jaehyun dalam tidurnya. Benar-benar anak muda yang mempesona, batin Bu Soo. Siapapun yang menjadi istrinya nanti akan sangat beruntung karena bisa melihat wajah yang seperti ini setiap pagi.

"Tuan Muda," gumam Bu Soo. "Tuan Muda Jung Jaehyun, ayo bangun."

Jaehyun bereaksi, merengut ketika merasakan ada seseorang yang memasuki kamarnya. Tetapi ia belum mau membuka matanya.

Songs of SummerWhere stories live. Discover now