Dua Puluh Satu

109 8 2
                                    

author's view. 

"Makasih ya, udah anterin aku." 

Jaehyun menghela nafas pelan, berusaha setengah mati untuk tidak mendengus. 'Terima kasih' adalah kata-kata yang memang seharusnya Chae Young ucapkan padanya. Tapi entah kenapa, ia tak suka mendengar kata-kata itu sekarang. 

"Hati-hati ya, pulangnya," ucap Chae Young lagi. 

"Orang itu... yang bakal anterin kamu pulang?" tanya Jaehyun setengah hati. 

Chae Young mengerutkan kening. "Ani, aku pulang sama supirku," jawab gadis itu. "Sekali lagi makasih ya, Jaehyun ssi. Kapan-kapan aku traktir."

Jaehyun tersenyum kecut, sembari menekan tombol sabuk pengaman Chae Young. "Gak usah repot-repot. Aku emang baik ke semua orang." 

Chae Young menatap Jaehyun bingung. Gadis itu hendak bertanya, namun akhirnya memutuskan untuk mengubur keingintahuannya. Ia pun membuka pintu mobil dan melangkah keluar. 

----

"Chae Young-ah!" 

Sehun berlari sekencang yang ia bisa saat melihat Chae Young dari kejauhan. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hati lelaki itu. Senang karena melihat gadis itu, bersyukur karena ia masih sudi menemuinya, sekaligus takut kalau-kalau malam ini adalah kesempatan terakhirnya bertemu dengan gadis itu. 

Ketakutan Sehun semakin bertumbuh subur ketika ia melihat wajah gadis itu. Ia tak tersenyum sama sekali. 

"Chae Young-ah..." bisik Sehun pelan saat gadis itu hanya berjarak beberapa meter darinya. Gadis itu masih bergeming, hanya menunduk. "Chae Young-ah, mianhae," ucap Sehun sungguh-sungguh. Untuk beberapa saat ia hanya menatap gadis itu, berharap mendapat kesempatan untuk sebentar saja melihat wajahnya.

 "Aku tau aku gak berhak membela apa yang tadi siang aku lakuin. Itu semua salah aku. Sepanjang hari aku cuma bisa nyalahin diri sendiri, kenapa aku harus ada di SKY siang tadi... atau kenapa aku harus ada di lorong itu... semuanya salahku." 

Sehun menghela nafas berat sambil mengacak-acak rambutnya, frustrasi. Sesekali ia menatap Sungai Han yang mengalir lembut di sisinya, kemudian kembali memperhatikan perempuan cantik yang masih berdiri menunduk di hadapannya. Hanya Tuhan yang tahu betapa ia ingin sekali mendekap perempuan itu. Namun rasa bersalahnya begitu besar pada perempuan itu, membuatnya bahkan takut untuk sekadar menyentuhnya. 

"Harusnya... harusnya aku lebih berani tadi siang," ucap Sehun lagi, penuh rasa frustrasi. Lelaki itu merasa sangat malu, sampai-sampai ikut menunduk. "Harusnya aku gak perlu peduli apapun kata mereka. Mereka memang fansku, tapi bukan berarti mereka bisa mengontrol hidupku. Gak seharusnya aku..."

"Babo.

 Sehun mendongak. "N...ne?

"Babo-ya, Oh Sehun," Chae Young kini menatapnya lurus-lurus. "Kamu melakukan hal yang seharusnya kamu lakukan tadi siang. It was my fault.

"Aniya..." Sehun makin frustrasi. Masa bodoh, ia sangat ingin memeluk gadis itu. Dengan satu hentakan ia mendekap Chae Young, mengelus lembut rambut gadis itu. Dalam pelukannya, ia bisa merasakan Chae Young bergetar menahan tangis. "Aku cuma... takut gak bisa lihat kamu lagi," bisik Sehun. Lelaki itu sungguh merasa takut. "Aku bodoh. Aku bener-bener bodoh. Maafin aku, Chae Young-ah..." 

Chae Young akhirnya balas memeluk Sehun. Dalam dekapannya ia menangis tersedu, mengingat kembali pedih yang ia rasa tadi siang. Tak bisa ia bohongi, Chae Young memang merasa kecewa. Tapi perlahan ia paham, bahwa Sehun sesungguhnya melakukan hal yang seharusnya ia lakukan. Ia yang seharusnya memahami lelaki itu, kalau benar-benar ingin mencoba menyayanginya. 

Songs of SummerWhere stories live. Discover now