Supermarket

7.5K 356 17
                                    

Bertemu lagi dengan saya...

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...

Selamat membaca....

***

Dara melangkahkan kakinya menuju ke supermarket terdekat. Gadis itu memutar pandangan, mengamati keadaan jalanan yang cukup ramai karena waktu masih menunjukan pukul 19.35. Ia memasukkan kedua tangannya pada saku jaket yang ia kenakan. Hoddie yang sebelumnya berada di punggung, ia naikkan untuk menutupi kepalanya.

Gadis itu akan membeli kebutuhannya. Matanya menangkap sosok cewek yang telah mengambil alat bantu dengarnya tadi siang berada di dalam supermarket bersama kedua antrk-anteknya. Kalau saja tidak ada Nathan, mungkin sampai sekarang ia belum bisa mendengar. Ia sangat bersyukur karena masih ada yang mau membantunya.

Dara mengurungkan niatnya untuk pergi ke supermarket tersebut yang kini berada di depan mata. Gadis itu bersiap untuk berbalik dan meninggalkan area tersebut sebelum Tasya dkk melihatnya.

"Kenapa nggak masuk?"

Dara terlonjak kaget saat tiba-tiba seorang cowok berwajah tampan dengan rahang tegas berada tepat di depannya saat dirinya berbalik.

"Lo mau ke sana kan?" tanya Nathan setelah melihat Dara tidak jadi masuk ke supermarket.

Dara menggeleng kuat sambil menundukkan kepalanya. Nathan menatap curiga pada gadis di depannya ini. Matanya mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan Dara tidak mau masuk ke supermarket.

Nathan tersenyum miring saat melihat Tasya dan kedua temannya keluar dari supermarket.

"Karena mereka?" tanya Nathan, dengan cepat Dara menggeleng.

"Masuk!" perintah Nathan. Lagi, Dara menggeleng membuat Nathan geram sendiri.

"Kalo lo nggak mau beli sesuatu di dalem, temenin gue masuk!" Baru saja Dara ingin melakukan penolakan, Nathan sudah terlebih dulu menarik pergelangan tangan Dara dengan kasar. Dara sedikit meringis kesakitan pada pergelangan tangannya karena cengkraman Nathan yang terlalu kuat.

Di pintu supermarket, mereka berpapasan dengan Tasya dan kedua temannya. Terlihat Tasya memandang Dara dengan tatapan sinis. Nathan mengamati Dara yang kini tengah menundukkan kepalanya.

"Jangan nunduk!" tegasnya sambil menarik dagu Dara. Matanya beralih pada Tasya yang masih saja menatap Dara dengan tatapan sinis plus jijik.

"Ngapain lo liatin Dara kayak gitu?" tanya Nathan dengan sinis.

"Heh, cewek gagu! Ngapain lo pegang-pegang tangannya Nathan? Kecentilan banget deh! Kasian tuh Nathan, jijik dipegang sama lo," ucap Tasya dan mendapatkan sambutan tawa dari Seli dan Della.

Dara mencoba melepaskan cekalan tangannya yang berada di tangan Nathan. Namun sepertinya Nathan justru mempererat cekalan tersebut. Bahkan cekalan yang tadinya kuat, berubah menjadi genggaman hangat.

"Emang kenapa? Bukan Dara yang duluan megang tangan gue. Tapi gue sendiri," ucap Nathan dengan ekspresi menyebalkan.

"Gue nggak percaya!" elak Tasya meskipun sebenarnya ia tahu Dara tak mungkin berani melakukannya.

"Gue nggak butuh kepercayaan lo! Bye...." ucap Nathan masih mempertahankan ekspresi menyebalkan sebelum akhirnya beranjak meninggalkan Tasya yang telah tersulut emosi.

Tasya menghentakkan kakinya dengan kesal. Sementara kedua sahabatnya tak berani menegur Tasya. Karena mereka tahu, Tasya tidak bisa diganggu saat sedang marah atau kesal.

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang