Happy reading!!!
Mohon maaf atas keterlambatannya!! Sejujurnya saya bingung harus melanjutkan cerita ini bagaimana....
Mohon dimaklumi! Saya juga masih belajar!!!
***
Seorang gadis terlihat berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 06.45. Namun karena hari ini hari bebas, makanya siswa-siswi memilih untuk datang lebih lambat. Lagi pula sudah tidak ada pembelajaran. Tinggal menunggu penerimaan raport saja, berdoa semoga naik kelas.
"Nathan nggak berangkat ya?"
"Iya. Tadi gue tanya katanya nggak berangkat."
Dara menajamkan pendengarannya. Telinganya yang kurang berfungsi dengan baik memang sensitif jika mendengar nama Nathan disebut. Ia berhenti sejenak, menunggu kelanjutan kalimat yang akan diucapkan oleh dua orang cowok yang tengah berjalan di belakangnya. Suara mereka terdengar jelas, mengingat suasana masih sepi.
"Kenapa sih emangnya?"
Dara semakin memasang telinganya baik-baik. Untuk urusan Nathan, entah mengapa pikirannya selalu menomorsatukan.
"Sakit katanya."
Deg.
Jantung Dara seakan berhenti berdetak mendengar kabar tersebut. Nathan sakit? Sakit apa? Apakah sakitnya parah? Apakah sampai dibawa ke rumah sakit? Atau hanya demam biasa? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benak gadis bersurai sebahu itu.
Dengan segera, Dara berbalik dan menghampiri kedua cowok tadi. Langkahnya ia percepat untuk memastikan kabar tersebut.
"Dara?"
Roy dan Reno menatap bingung ke arah gadis yang tiba-tiba saja menghampiri mereka. Kedua cowok itu memperhatikan Dara yang terlihat mengambil note kecil dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut.
Aku tadi denger kalian ngomongin soal Nathan, apa bener Nathan sakit?
Kedua cowok tampan itu saling berpandangan setelah membaca kalimat tersebut. Mereka kemudian mengangguk sebagai jawaban.
Dara kembali menuliskan sesuatu kemudian menyerahkannya pada Reno.
Parah nggak sakitnya?
Reno melipat kertas itu, "Kayaknya sih lumayan, soalnya dia sampe nggak berangkat sekolah sih."
Tubuh Dara melemas seketika.
"Gue juga heran, biasanya Nathan nggak kayak gini. Ya nggak Ren. Paling dia cuman demam sedikit, terus tetep berangkat sekolah, ya meskipun nantinya bolos juga," ucap Roy.
"Yaelah, namanya juga manusia. Mungkin aja Nathan sakit gara-gara kemarin banyak pikiran, makanya sampe drop."
Dara tetap diam memperhatikan perbincangan mereka.
"Iya juga sih, kemarin dia kan banyak banget masalahnya."
Dara memasang raut bingung, masalah apa? Bukankah kemarin hanya saat putus dengannya? Atau jangan-jangan ada masalah yang lain.
"Oh ya, lo nggak tau ya?" ucap Roy setelah melihat raut bingung Dara. Sementara itu Dara hanya bisa mengangguk mengiyakan.
Roy dan Reno menghela nafas panjang. Hal itu membuat Dara menunduk sambil meremas kedua tangannya. Gadis itu merasa sangat tidak berguna bagi hidup Nathan. Padahal selama ini, Nathan telah banyak membantunya.
"Sebenarnya, waktu itu kita udah mau ngasih tau sama lo. Tapi Nathan yang ngelarang... Dia bilang takut jadi beban pikiran buat lo," jelas Roy.
Dara mendongakkan wajahnya, menatap tak percaya pada Roy yang baru saja mengatakan hal itu. Jadi selama ini, Nathan menyembunyikan banyak masalah dari dirinya?
"Setelah putus dari lo, bundanya Nathan dibawa ke rumah sakit Ra, penyakit jantungnya kambuh," sambung Reno.
"Bahkan sempet kritis beberapa hari."
Dara tercengang.
"Bukan cuma itu, adiknya juga sempet masuk ke RSJ di waktu yang bersamaan," kali ini Roy yang angkat bicara.
Apa? Bukankah adiknya Nathan baik-baik saja?
Tiba-tiba ingatan saat Nathan mengucapkan kalimat saat di kamar ganti waktu itu kembali terputar di otak Dara. Apakah saat itu dimana Nathan mengalami hal yang sulit? Kalau benar, Dara akan merasa sangat bersalah. Seharusnya ia berada di samping Nathan saat cowok itu sedang dalam keadaan terpuruk. Bukannya meninggalkannya sendirian. Sekarang ia merasa seperti orang yang paling tidak berguna di dunia ini.
Dara menuliskan sesuatu di note kecil miliknya yang kemudian ia tunjukkan pada Roy dan Reno.
Kalian mau jenguk Nathan kan?
Kedua cowok itu mengangguk. Memang, mereka akan pergi ke rumah Nathan setelah pulang sekolah nanti.
"Lo mau ikut?" tanya Reno dan diangguki oleh Dara.
"Ya udah, nanti pulang sekolah kita jemput ke kelas lo," sambung Reno sembari tersenyum manis. Mau tak mau, Dara ikut tersenyum.
"Apaan lo Ren, senyum-senyum sama Dara?" ucap Roy dengan nada sinis.
"Yee... suka-suka gue dong!"
"Gue laporin ke Nathan baru tau lo!"
Reno melotot ke arah Roy. Sementara yang dipelototi hanya bisa tergelak melihat ekspresi ketakutan dari sahabatnya itu.
"Hahaha... takut kan lo!"
"Kambing lo!" umpat Reno sembari memukul kepala Roy dengan cukup keras.
Dara yang melihat kelakuan dua sahabat ini hanya bisa tersenyum kecil. Apakah mengharapkan Nathan kembali untuknya bisa terwujud? Gadis itu segera menggeleng kuat, menepis semua angan-angan yang kemungkinan kecil terjadi dalam hidupnya.
Dara memundurkan langkahnya, gadis itu kemudian melambai ke arah dua cowok tadi sambil tersenyum simpul. Ia berjalan menjauh dan pergi menuju ke kelasnya.
"Ati–ati Ra!" pekik Roy karena tubuh Dara sudah mulai menjauh.
Dara menengok sejenak sambil mengangkat jempolnya.
Senyuman Dara luntur seketika saat ia mulai melangkah jauh. Pikirannya jauh melayang entah kemana. Gadis itu bahkan tak perduli lagi dengan orang-orang di sekitar yang memandangnya rendah. Lagi pula hal itu sudah biasa terjadi. Direndahkan dan dicemooh seolah menjadi makanan sehari-hari gadis itu.
Sekarang aku tau, nggak selamanya semua masalah bisa kita bagi ke semua orang yang kita sayang. Karena itu pasti sulit.
***
Terima kasih
Kamis, 12 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA
Teen FictionSemuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. Nathan Dirgantara, badboy nya SMA Rajawali bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah berbicara di...