Warning: cerita ini semakin tidak jelas arahnya! Dimohon bagi yang tidak suka dengan ketidakjelasan untuk segera meninggalkan lapak saya!!
Bagi yang masih bisa bertahan dengan ketidakjelasan bisa tetap membaca cerita saya!!!
Terima kasih!!
***
Nathan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tempat dimana bundanya dirawat. Cowok itu mencoba menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman manis. Hal pertama yang ia lihat adalah ketiga anggota keluarganya tengah berada di sana. Untuk kondisi Nantha, gadis itu mulai membaik. Rajendra sering membawanya ke tempat psikiater bahkan tak jarang juga mengundang psikolog ke rumah. Sementara kondisi bundanya juga sudah membaik.
"Assalamualaikum!" ucap Nathan.
"Wa'alaikumsallam!"
Nathan berjalan mendekati mereka, kemudian mencium tangan Ratri dan Rajendra. Tangannya beralih mengacak gemas rambut adiknya yang kini tengah duduk di samping ayahnya.
"Bunda gimana kabarnya?" tanya Nathan.
"Besok juga Bunda udah boleh pulang," jawab Ratri membuat Nathan tersenyum simpul.
Keheningan terjadi selama beberapa saat. Nathan hanya menatap lurus ke depan. Bahkan senyuman yang tadi sempat mengembang kini telah pudar. Hal itu membuat Rajendra dan Ratri mengerutkan keningnya.
"Kamu kenapa?" tanya Rajendra tiba-tiba membuat Nathan mengerutkan keningnya.
"Nggak papa."
Rajendra tertawa kecil, "Oh ya?" ucapnya. Pria paruh baya itu sudah tahu sebabnya. Mulut Nathan memang mengatakan kalau dia baik-baik saja, namun sorot matanya tidak demikian. Rajendra mengetahui hal itu. Pria paruh baya itu memang memiliki insting yang kuat.
Nathan menelan susah salivanya, ayahnya ini benar-benar tidak bisa dibohongi.
"Putus dari pacarmu?" ucap Rajendra karena ia memang sudah tahu semuanya.
Deg....
Dari mana ayahnya itu tahu? Ia bahkan tidak pernah membahas soal itu meskipun ia sudah putus dari Dara satu mingguan yang lalu.
Nathan hanya bisa diam.
"Iya kan?"
Nathan memutar malas bola matanya kemudian mengangguk pasrah. Mau disembunyikan bagaimana pun, ayahnya akan tetap tahu nantinya.
Rajendra kembali tertawa kecil, "Putus karena dia dijodohkan?"
Nathan membulatkan matanya setelah Rajendra mengatakan hal itu. Bagaimana bisa tepat sasaran? Apakah ayahnya ini seorang pembaca pikiran? Sampai-sampai hal seperti itu tahu?
"Tahu dari mana Ayah?" tanya Nathan.
Rajendra menghembuskan nafasnya perlahan, "Ayah dapet undangannya. Minggu depan pelaksanaannya, dan mereka mengundang kita ke sana. Kamu juga harus ikut!"
"Hah?"
Nathan menatap tak percaya pada ayahnya. Ekspresinya seolah mengatakan Ayah jangan bercanda!
"Ayah nggak bercanda!" ucap Rajendra seolah menjawab apa yang dipikirkan oleh Nathan.
"Nathan nggak mau ikut!"
Rajendra menggelengkan kepalanya sambil berdecak. Dasar anak muda!
"Kamu harus ikut Nak! Nggak enak sama keluarganya Om Langit," ucap Ratri.
Nathan berdecak kesal sembari mengacak rambutnya frustasi. Dara itu mantan gue..., Batin Nathan.
Cowok bersurai kemerahan itu melirik kesal satu persatu anggota keluarganya. Sepertinya akan sangat menyebalkan jika ia tetap berada di ruangan ini. Mungkin jalan-jalan sebentar bisa mengembalikan sedikit moodnya. Matanya tertuju pada adiknya yang kini tengah menatapnya polos. Ia menghembuskan nafasnya perlahan.
Sepertinya masih ada satu di ruangan ini yang tidak tahu apa-apa.
Nathan melangkah mendekati adiknya. Ia sedikit membungkukkan badannya agar bisa menyamai tubuh Nantha yang kini tengah duduk.
"Beli es krim yuk!" ucap Nathan sembari. Perkataan itu jelas disambut baik oleh adiknya.
"Ayo!" jawab Nantha dengan semangat. Matanya bahkan sampai menyipit saking senangnya.
Nathan sedikit menarik sudut bibirnya ke atas saat melihat reaksi adik satu-satunya itu.
***
Seorang gadis terlihat duduk di balkon kamarnya. Matanya menatap pemandangan di sekitar rumah dari langit dua. Semilir angin yang berhembus menerbangkan rambut sebahunya. Sehelai daun kering yang diterbangkan angin menerpa wajahnya.
Gadis itu menghela nafas panjang. Otaknya memutar kejadian kemarin saat berada di ruang UKS. Mengingatnya saja membuat dadanya kembali sesak. Aku nggak bisa nyalahin kamu Nath, batin Dara.
"Dara!"
Dara menoleh saat telinganya yang terpasang alat bantu dengar menangkap suara. Seorang wanita cantik berjalan mendekati dirinya sambil tersenyum manis.
"Kenapa Ma?"
Citra tersenyum, "Kamu lagi ngapain?" ucapnya.
Dara menggeleng pelan. Gadis itu kembali menatap lurus ke depan.
"Ganti baju gih!"
Dara mengerutkan keningnya. Untuk apa ganti baju?
"Emangnya mau kemana Ma?"
"Kita mau ke butik! Beli baju buat acara pertunangan kamu."
Dara mematung di tempatnya. Ia hampir saja melupakan hal itu. Padahal acara itu tinggal satu mingguan lagi.
Citra menepuk pundak Dara, "Kamu siap kan?"
Dara menunduk dalam. Siap tidak siap ia perjodohannya akan tetap dilaksanakan. Tidak mungkin juga pertunangannya akan dibatalkan jika ia bilang tidak siap. Untuk saat ini, percuma saja jika ia mencari alasan guna membatalkan perjodohan itu. Gadis itu mengangkat kepalanya. Ia mengangguk mantap.
Citra tersenyum melihat putrinya. Wanita itu kemudian keluar dari kamar Dara, meninggalkan Dara yang menatap kosong ke arah punggungnya.
***
Di sinilah Dara berada. Di sebuah toko butik yang cukup besar di Jakarta. Suasana butik ini terbilang cukup ramai.
Gadis itu memilih duduk menunggu sang Mama memilihkan baju untuknya. Sudah hampir satu jam Dara duduk dan menunggu. Namun Citra tak juga selesai dengan pekerjaannya.
"Dara! Sini sayang!"
Dara menoleh, berdiri dari tempat duduknya, kemudian berjalan mendekati Citra.
"Ini bagus nggak?" ucap Citra sembari tersenyum lebar.
Dara menatap dress itu. Dress berwarna biru dan putih, warna kesukaannya. Akan sangat anggun jika dirinya yang memakainya. Dress selutut ditambah dengan pita di bagian perutnya.
Dara mengangguk sambil tersenyum paksa. Lagi pula ia tidak ingin berlama-lama di sini. Ia ingin cepat pulang dan belajar. Ralat. Sepertinya tidak, mengingat tadi pagi adalah hari terakhir UKK.
Namun entahlah, gadis itu sedang tidak ingin melakukan aktivitas apapun. Ia hanya ingin di kamarnya, tidur dan istirahat.
***
Terima kasih!!!
Sabtu, 15 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA
Teen FictionSemuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. Nathan Dirgantara, badboy nya SMA Rajawali bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah berbicara di...