Selamat membaca!!
***
Nathan menyandarkan punggungnya pada punggung sofa. Cowok itu memejamkan matanya. Mengingat kembali kejadian tadi sore.
"Nath! Udah dua jam lo duduk diem aja di situ, ngapa sih? Ada masalah?" tanya Reno, selaku tuan rumah.
Nathan membuka matanya, kemudian duduk dengan tegak. Cowok itu masih diam.
"Cerita napa! Kita ini temen lo dari kecil Nath!" imbuh Roy.
Nathan menatap tajam ke arah Roy, "Temen? Cih! Sejak kapan gue anggap kalian temen?" ucapnya kemudian tertawa sinis.
Roy dan Reno menatap tak percaya pada Nathan. Lalu selama ini, cowok itu menganggap mereka apa? Pembantu? Tidak! Nathan tak pernah memperlakukan mereka layaknya seorang pembantu.
"Sorry, nggak sudi!"
Kedua tangan Reno sudah mengepal. Rahangnya mengeras, pertanda cowok itu telah tersulut emosi.
Sementara itu, Roy hanya bisa diam dengan tatapan kecewa. Tak percaya dengan apa yang barusan Nathan katakan.
Keadaan menjadi sangat hening. Nathan menatap remeh ke arah Reno yang kini tengah menatapnya dengan tajam. Cowok itu beralih menatap Roy yang terlihat sangat kecewa padanya. Ia tersenyum sinis.
"Karena kalian itu sahabat gue."
"Bang***"
Reno langsung melemparkan bantal sofa yang terletak di sampingnya. Sementara Roy sudah tak berada di tempatnya lagi. Cowok itu menghampiri Nathan kemudian menggoyang-goyangkan kepala Nathan. Tak perduli dengan kepala Nathan yang sudah puyeng dan memintanya untuk berhenti.
Suara tawa Nathan terdengar hingga ke penjuru ruangan. Untung saja rumah Reno sedang tidak ada orang.
"Selamat! Kalian kena PRANK!"
Ketiga remaja itu tertawa lepas. Hal itu sedikit mengurangi beban pikiran Nathan yang hanya tertuju pada gadis itu.
"Sekarang, lo cerita ke kita-kita!" ucap Reno, nafasnya sedikit memburu karena terlalu banyak tertawa.
Nathan menghirup udara sedalam-dalamnya, kemudian menghembuskannya perlahan. Cowok itu kemudian membungkukkan badannya, membuat kedua sahabatnya ikut membungkuk. Hendak menyimak cerita Nathan.
Nathan mulai menceritakan semuanya. Mulai dari pertunangan Dara, hingga tentang dirinya yang diundang ke acara itu.
Roy dan Reno memang sudah tahu soal pertunangan yang akan Dara lakukan. Nathan yang memberi tahu soal itu beberapa saat yang lalu. Namun kedua cowok itu belum tahu kalau Nathan diundang ke acara itu.
"Wah... parah juga nih, ya kali dateng ke acara pertunangannya si mantan," ucap Reno dengan menekankan kata mantan.
Roy mengangguk membenarkan perkataan Reno. Sementara itu Nathan hanya bisa menghela nafas panjang. Haruskah dirinya datang besok?
***
Seorang gadis terlihat duduk di teras rumah. Rambut panjangnya terurai hingga ujungnya menyentuh lantai. Tangan mungilnya memeluk sebuah boneka beruang berwarna krem. Cukup besar, itu adalah pemberian kakaknya.
Gadis itu sama sekali tidak menoleh saat seorang wanita cantik ikut duduk di sampingnya. Pandangannya tetap tertuju pada gerbang rumahnya, berharap seseorang yang ia tunggu menampakkan batang hidungnya.
"Nantha... kita masuk yuk! Udah malem," ucap Ratri seraya mengelus rambut putrinya.
Gadis itu menggeleng, "Nungguin Kak Nathan pulang."
Ratri menghela nafas panjang, "Kak Nathan pulangnya nanti nduk!"
"Kamu juga belum makan kan? Lagian ini udah jam sepuluh."
"Bunda masuk aja dulu," ucap Nantha yang jika dalam bahasa Indonesia berarti.
Ratri menghela napas panjang, "Yaudah, Bunda teleponin Kak Nathan aja ya? Biar cepet pulang," balas wanita itu. Entah mengapa perasaannya tidak enak. Pikirannya berkecamuk memikirkan putranya yang tengah ditunggu-tunggu kepulangannya.
Ratri terlihat menghubungi Nathan melalui ponselnya. Keningnya berkerut saat mendapati nomor ponsel Nathan tidak aktif.
Wanita ini mencobanya lagi. Namun tetap sama, nomor ponsel Nathan tidak aktif. Hanya ada suara operator yang menginformasikan.
"Kok nggak aktif sih," gumam wanita itu.
"Udah belum Bun?"
"Nomornya nggak aktif."
Ratri menatap ke arah langit, terlihat gumpalan awan hitam menghalangi cahaya bulan. Wanita itu menatap putrinya khawatir. Ia harus membawa gadis itu masuk sebelum hal-hal buruk akan terjadi.
"Kita masuk dulu ya," ucap Ratri dengan lembut, berharap bisa membujuk putrinya.
Nantha menggeleng, "Nggak mau!"
Tak kehabisan akal, wanita cantik itu menelpon Reno. Berharap putranya berada di rumah anak itu.
"Halo Bun? Kenapa?"
"Halo Nak! Nathan ada di rumah kamu nggak?"
"Nathan? Udah pulang duluan setengah jam lalu."
Ratri mematung di tempatnya. Kemana putranya itu pergi? Meskipun Nathan sering pulang larut malam, namun tidak biasanya nomor ponselnya tidak aktif. Lagi pula Nathan kalau pergi keluyuran pasti bersama kedua sahabatnya.
Pikiran negatifnya mulai bekerja.
"Ke rumah Roy?" tanya Ratri memastikan.
"Nggak tuh Bun, Roy malah masih di sini."
Ratri terdiam.
"Emangnya kenapa Bun?"
"Nathan belum pulang!"
Saat itu juga Ratri dikejutkan dengan pekikan dari mulut putrinya saat hujan mulai turun. Membuatnya harus memutuskan sambungan sepihak. Meninggalkan tanda tanya pada Reno yang sedang berada di rumahnya.
Ratri memeluk erat tubuh Nantha saat ada suara gemuruh petir yang menyambar bumi. Sementara itu, Nantha terlihat menutup kedua telinganya sambil tetap berteriak histeris. Hal buruk yang ia takutkan terjadi juga.
"AYAH!"
Tak lama setelah itu, seorang pria paruh baya terlihat keluar dari rumah setelah mendengar teriakkan sang istri. Matanya membulat seketika melihat kondisi putri kecilnya yang berteriak ketakutan.
Dengan kewalahan, pria itu menggendong tubuh putrinya dan membawanya masuk.
"Kamu tolong ambil obat penenang!" ucap Rajendra sambil menahan pergerakan putrinya. Ia duduk di sofa ruang tamu.
Beberapa saat kemudian, Ratri kembali dengan membawa obat penenang. Tanpa menunggu lama, Rajendra langsung meminumkannya pada Nantha. Tentunya dengan paksaan agar gadis itu meminumnya.
Tak berselang lama kemudian gadis itu mulai tenang. Rajendra mengantarkan putrinya untuk tidur, selagi menunggu Nathan pulang. Tak butuh waktu lama, gadis itu telah masuk ke alam mimpinya, mengingat kondisinya sudah tenang.
"Nathan belum pulang juga?"
Ratri menundukkan kepalanya kemudian mengangguk sebagai jawaban.
Terdengar suara helaan nafas dari mulut Rajendra, "Padahal aku akan membocorkan rencana kita."
Ratri menatap wajah suaminya dengan kening yang mengerut, "Ayah yakin?" tanya wanita itu, "bukannya ini akan menjadi kejutan buat Nathan?"
Rejendra menggeleng, "Sudah cukup kita membohonginya."
***
Selasa, 24 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA
Teen FictionSemuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. Nathan Dirgantara, badboy nya SMA Rajawali bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah berbicara di...