Haruskah?

2.1K 119 2
                                    

I'm back!!!

Happy reading!!!

***

Seorang pria memasuki rumahnya dengan wajah yang terlihat sangat marah. Baju formal masih melekat pada tubuhnya. Kemarahannya semakin memuncak saat melihat banyak remaja seusia anaknya berkumpul di ruang tamu.

"NATHAN!" teriak pria itu. Wajahnya sudah memerah menahan amarahnya.

Remaja-remaja yang berada di ruang tamu sontak menghentikan aktivitas masing-masing. Tak ada yang berani bersuara apalagi mendongakkan wajah mereka.

Nathan berjalan dengan tenang menghampiri ayahnya. Cowok itu menarik tangan Rajendra untuk kemudian dicium. Ia tidak peduli dengan ekspresi ayahnya yang terlihat sangat murka.

"Ayah sudah pulang?" tanya Nathan masih dengan nada tenang. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan.

Plak...

Suara tamparan yang begitu nyaring terdengar memenuhi ruangan. Suasana semakin tegang. Teman-teman Nathan hanya bisa diam sambil menundukkan kepala. Mereka saling menyenggol lengan satu sama lain.

Nathan memejamkan mata sambil memegangi pipinya yang memerah. Ia tersenyum kecil. Sadar dengan apa yang ia lakukan hingga membuat ayahnya marah besar.

"Siapa yang nyuruh kamu bawa pulang adikmu?!" ucap Rajendra dengan nada tinggi.

"Aku sendiri."

Rajendra memutar pandangan, menatap nyalang teman-teman Nathan, "KALIAN SEMUA PULANG KE RUMAH MASING-MASING!!" teriaknya.

Tanpa menunggu perintah kedua, Roy, Reno, Zelo, Laskar, dan Beni beranjak dari tempat mereka. Tak mau menanggung resiko selanjutnya.

Tinggallah kini dua orang dalam keadaan mencekam. Rajendra yang menatap nyalang putranya dengan tangan yang mengepal, dan Nathan yang diam sambil menundukkan kepalanya.

"Mau kamu sebenarnya itu apa? Hah?" tanya Rajendra dengan suara tegas.

Nathan terdiam.

"Semua permintaan kamu sudah Ayah kabulkan. Bahkan saat kamu menolak perjodohan itu."

Keadaan hening sejenak.

Rajendra memijit pelipisnya. Pusing dengan kelakuan putranya yang satu ini. Tidak di sekolahan tidak di rumah selalu membuat masalah.

"Ayah nggak tau gimana kondisi Nantha, kan?"

Rajendra mendongakkan wajahnya. Memang selama ini ia belum pernah menjenguk putrinya di RSJ. Pria itu merasa telah melakukan yang terbaik untuk anaknya.

"Jangan menasehati orangtua!"

"Terserah Ayah saja!"

***

Seorang gadis terlihat duduk di depan meja belajarnya. Tangannya tergerak untuk membolak-balik halaman buku yang berjudul MATEMATIKA UMUM. Sesekali ia mendengus kesal saat beberapa materi tidak ia pahami.

Cklek...

Pintu kamar yang tiba-tiba terbuka membuat gadis itu terlonjak kaget. Karena memang posisi pintu kamar tak jauh dari tempat meja belajarnya. Matanya menatap tajam seorang cowok yang dengan santainya masuk ke kamarnya tanpa izin.

"Fell! Ajarin gue kimia dong," ucap Lucas setelah mendaratkan bokongnya di atas kasur empuk milik Dara.

"Lain kali kalo mau masuk kamar orang, ketuk pintu dulu!" peringat Dara menggunakan bahasa isyarat.

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang