Menjenguk Nathan

2.3K 126 4
                                    

Happy reading!!!

***

Ting...tung...

Reno memencet bel rumah Nathan. Butuh waktu beberapa lama sebelum akhirnya seseorang keluar dari rumah mewah tersebut.

"Assalamualaikum Bunda!" ucap Roy dan Reno secara bersamaan.

"Wa'alaikumsallam! Eh, ada Roy, Reno, Ara juga ada ya...," ucap Ratri dengan ramah.

Ketiga remaja tadi tersenyum lebar. Mereka kemudian menyalami tangan Ratri secara bergantian.

"Masuk aja langsung! Bunda mau ke rumah sakit sebentar."

"Sendirian Bun?" tanya Roy.

Ratri tersenyum," Sama Ayah, katanya bentar lagi jemput."

"Oh...yaudah, hati-hati Bun!"

"Iya."

Dara, Roy dan Reno berjalan memasuki rumah Nathan. Tadi sebelum ke sini, mereka terlebih dahulu membeli buah-buahan di supermarket.

Dara memilih berjalan di paling belakang. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Nathan nantinya saat mengetahui ia datang ke rumah. Apakah akan senang, sedih, atau bahkan marah?

Mereka bertiga mulai menaiki anak tangga. Tak ada yang tahu kalau sekarang Dara tengah menormalkan degup jantungnya yang terasa mau copot. Padahal kan hanya mau bertemu dengan Nathan. Tapi entahlah....

"Woi! What's up bro!" Roy berucap sembari bertos ria dengan Nathan yang tengah duduk bersandar pada tepi ranjang. Sepertinya tengah bermain game online.

Dara belum melihat kondisi Nathan karena tubuhnya terhalang oleh Roy dan Reno.

"Lemes amat lo bos," ledek Reno.

Nathan hanya bisa tersenyum paksa menanggapi ledekan sahabatnya itu. Tak ada yang salah dengan ucapan Reno. Cowok bersurai kemerahan itu memang merasa sangat lemas.

"Oh ya, kita bawa orang spesial buat lo!" ucap Roy dengan antusias, begitu juga dengan Reno. Hal itu membuat Nathan bingung dibuatnya. Pasalnya cowok itu kan tidak punya orang spesial.

"Siapa?" tanya Nathan masih dengan raut bingung.

Roy dan Reno saling pandang sambil tersenyum jahil. Sedetik kemudian Reno bergeser ke kiri dan Roy bergeser ke kanan.

"Tada...."

Nathan mematung di tempatnya. Jantungnya seakan memompa darah lebih cepat saat melihat siapa yang berada di balik punggung kedua sahabatnya tadi. Seorang gadis cantik terlihat berdiri sambil memegang sekantong plastik berisi buah-buahan. Entah Nathan harus bereaksi bagaimana karena ia terlalu bingung.

Begitu juga dengan Dara. Gadis itu bahkan belum sempat melihat bagaimana reaksi wajah Nathan. Dari tadi ia hanya menunduk sembari memegang erat kantong plastik yang ia bawa.

Roy mendorong pelan bahu Dara. Cowok itu kemudian mengedikkan dagunya, bermaksud menyuruh Dara agar menghampiri Nathan.

"Eh bos, Nantha kemana?" ucap Reno untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi sedingin Kutub Utara.

"Ke psikiater!"

Reno membulatkan mulutnya, "Yaudah, Roy, kita susul ke sana yuk!" alibinya, padahal niatnya agar Nathan dan Dara punya waktu untuk berdua. Nantinya mereka akan berada di lantai bawah.

"Ayok lah!"

Kedua cowok itu langsung berjalan keluar dari kamar Nathan. Tak peduli dengan tatapan Nathan yang seolah-olah ingin memakan mereka hidup-hidup.

"Tenang aja, nanti kita balik lagi ke sini," ucap Reno sembari melongok ke kamar Nathan, sebelum tubuhnya benar-benar menghilang di balik tembok.

Duo R bang***, umpat Nathan dalam hati.

Tinggallah kini mereka dalam keadaan canggung. Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Nathan hanya bisa diam sambil menatap lurus ke depan, sementara Dara masih di posisi yang sama, menunduk dengan kedua tangan yang meremas kantong plastik yang ia bawa.

Dara menghembuskan nafas panjang. Tak ingin berlama-lama dalam keadaan yang canggung, gadis itu memilih untuk mendekati ranjang Nathan. Ia mengulurkan tangannya yang memegang sekantong buah-buahan itu.

Nathan memandang kantong plastik tersebut sekilas, "Thanks! Taroh aja di meja," ucapnya sedikit ketus. Padahal dalam hati ia ingin sekali memeluk gadis itu.

Dara mencoba untuk tersenyum, ia menaruh buah-buahan itu di atas meja. Otaknya memikirkan segala cara untuk mencairkan suasana di ruangan ini. Ia tak mau berlama-lama dalam kondisi seperti ini. Gadis itu kemudian mengambil note kecil miliknya.

Gimana keadaan kamu?

Nathan membaca kalimat tersebut, "Udah mendingan sih," ucapnya.

Keadaan kembali hening sejenak. Nun itu tak berlangsung lama karena sedetik kemudian Nathan membuka suaranya.

"Lo nggak papa ke sini?"

Dara mengerutkan keningnya, bingung dengan ucapan Nathan. Gadis itu bertambah bingung saat Nathan tersenyum sinis.

"Calon tunangan lo nggak marah gitu?"

Dara mengerti kemana arah pembicaraan Nathan. Gadis itu kemudian kembali menuliskan sesuatu.

Nggak papa, aku nggak perduli. Lagi pula kami juga belum tunangan.

Nathan tertawa kecil setelah membaca kalimat itu, "Jadi lo lebih perduli sama gue?"

Perkataan Nathan cukup membuat Dara tersenyum geli. Mau tak mau gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

"Gue juga masih bisa bareng lo?"

Dara kembali mengangguk.

"Pegang tangan lo?"

Lagi-lagi perkataan Nathan membuat Dara terkekeh geli. Gadis itu mengangguk lagi.

Nathan menggeser posisi duduknya. Cowok itu kemudian menepuk tempat tidur yang masih kosong di sampingnya, menyuruh Dara agar duduk. Tak butuh waktu lama, Dara langsung duduk di samping Nathan.

Nathan menyelipkan jemarinya di sela-sela jemari lentik milik Dara. Cowok itu tersenyum simpul ke arah gadis yang kini tengah menatapnya. Ia menggenggam erat tangan mungil itu. Tentu saja genggaman tangannya itu dibalas oleh si gadis, membuat keduanya sama-sama tersenyum simpul.

Nathan menatap serius wajah gadis di hadapannya ini, "Gue mau sebelum lo dijodohin, kita habiskan waktu berdua!"

Dara terdiam sejenak. Gadis itu menatap balik wajah Nathan yang kali ini terlihat pucat, mungkin karena efek sakit. Ia menimang-nimang sejenak ajakan Nathan itu. Apa tidak masalah? Namun sedetik kemudian ia mengangguk, masa bodoh dengan perjodohannya itu. Toh, ia juga belum tahu siapa orangnya.

Nathan yang melihat Dara mengangguk akhirnya tersenyum senang. Suatu hari nanti ia harus membawa gadis ini ke tempat spesial yang ia punya. Setidaknya ia bisa membuat Dara bahagia dengan sisa  waktu yang mereka miliki.

Nathan memperhatikan gerak-gerik Dara yang kini setengah menjauh dari ranjangnya. Cowok itu sedikit melongok. Dilihatnya gadis itu yang mengambil buah jeruk yang terlihat segar.

"Mau?"

Nathan tertawa kecil sebelum akhirnya mengangguk. Cowok itu kemudian mengecup punggung tangan yang berada di genggamannya itu. Beberapa saat kemudian, ia melepaskan genggamannya agar Dara bisa mengupas kulit jeruk untuknya.

***

Kenapa semakin kesini ceritanya semakin nggak jelas???!!!

Terimakasih bagi yang sudah membaca!!!

Arigatou gozaimasu!!!

Jumat, 13 Maret 2020

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang