Akhir Yang Biasa Saja

6.6K 189 24
                                    

Maafin authornya yang lama update 🙏

Idenya buntu :(

Happy reading!!

Moga nggak kabur ya, para pembaca :(

***

Dara tersenyum cerah. Kedua tangannya ia gunakan untuk mendorong sebuah kursi roda di sekitar taman rumah sakit. Hatinya begitu lega, seakan segumpal beban yang semula menempati hatinya terlepas begitu saja.

Gadis itu berhenti di depan sebuah air mancur di taman rumah sakit. Tak banyak yang datang, entah kenapa. Padahal suasananya sangat bagus. Langit juga cerah.

Dara menatap ke depan.

Inilah akhirnya. Akhir dari segala kesalahpahaman yang terjadi dalam ruang lingkup kehidupannya.

Ending yang cukup membahagiakan. Baik untuknya, untuk Nathan, dan tak lupa juga untuk para pembaca.

Nathan mendongak, menatap wajah Dara yang berseri di antara hembusan angin. Membuat beberapa helai rambut gadis itu beterbangan dengan indah.

Cowok itu menarik kedua telapak tangan Dara, kemudian menangkupkan di wajahnya. Membuat yang empunya tangan terpaksa menunduk untuk menatap wajah Nathan.

"Makasih buat semuanya!"

Dara memalingkan tatapannya ke arah lain. Entah mengapa jantungnya seakan mau melompat keluar saat tak sengaja ia menatap manik tajam milik Nathan.

Nathan tertawa kecil saat melihat perubahan warna pada pipi Dara. Cowok itu mengusap rambutnya yang kini pewarnanya mulai memudar.

"Gue penasaran sama cerita kita selanjutnya."

Dara kembali menunduk, menatap wajah Nathan. Ia bungkam. Selain karena gadis itu tak dianugerahi kemampuan berbicara oleh Tuhan, Dara juga tidak tahu harus menjawab apa dengan pernyataan Nathan.

Dara beranjak dari tempatnya. Gadis itu kemudian duduk di atas tanah, tepat di samping kursi roda Nathan.

Ia menulis sesuatu.

Nathan hanya memperhatikan Dara yang tengah menulis itu. Butuh beberapa saat hingga akhirnya Nathan menerima lembaran kertas dengan tulisan tangan di atasnya.

Kamu harus janji! Jangan pernah lagi tinggalin aku sendiri.

Nathan tersenyum kecil. Cowok itu mengambil alih pulpen yang berada di tangan Dara, hendak membalasnya. Untuk saat ini, permintaan itu sangatlah mudah baginya. Bagaimana mungkin ia bisa meninggalkan Dara? Kalau dirinya saja membutuhkan gadis itu.

Gue malah takut kejadian sebaliknya. Lo ninggalin gue.

Dara membaca kalimat itu dengan seksama, sedetik kemudian ia menggeleng perlahan sembari tersenyum manis.

Gadis itu mengulurkan jari kelingkingnya. Membuat perjanjian sederhana dengan Nathan. Berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain.

Untuk detik ini dan selanjutnya.

Membangun sebuah kisah klasik untuk masa depan. Menghadapi suka duka bersama.

"Iya-iya, gue janji!"

Nathan pun mengulurkan jari kelingkingnya. Mengaitkan dengan jari kelingking milik Dara. Menandakan bahwa ia menyetujui perjanjian sederhana itu.

***

2 minggu kemudian

Suasana SMA Rajawali begitu ramai. Hal ini dikarenakan tahun ajaran baru telah dimulai. MOS pun dilaksanakan.

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang