Camer

2.9K 164 10
                                    

Bertemu lagi dengan saya...

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...

Selamat membaca....

***

Dara merasakan matanya mulai berkaca-kaca saat Nathan tak juga menampakkan dirinya. Sudah dua puluh menit ia duduk di bangku tersebut. Dalam hati ia terus memanggil–manggil nama Nathan, berharap cowok itu datang dan menenangkannya.

Perlahan tapi pasti, air mata gadis itu mulai turun. Isakan kecil terdengar dari mulutnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Nathan tega meninggalkannya di sini sendirian. Gadis itu mengusap kasar air matanya menggunakan punggung tangan.

Isakannya terhenti saat tiba-tiba sepasang tangan menutup matanya. Keadaan menjadi gelap gulita karena matanya terpejam. Gadis itu mematung di tempat merasakan deru nafas seseorang di belakangnya.

"Kenapa nangis sayang?" ucapnya dengan nada lembut.

Nathan menarik tangannya yang menutup mata Dara, cowok itu beralih memandang gadis di hadapannya yang kini juga tengah memandangnya. Pandangan mereka bertemu selama beberapa saat sebelum akhirnya Dara memutuskannya terlebih dahulu.

Dara kembali menangis membuat Nathan kebingungan dibuatnya. Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Nathan yang melihat itu berjalan memutari bangku dan duduk di samping Dara.

Tanpa berpikir panjang, cowok itu menarik Dara ke dalam pelukannya. Ia menepuk pelan punggung gadis tersebut untuk sekedar memberikan ketenangan.

"Ssstt... sorry, pasti lo panik banget ya?" Dara hanya menganggukkan kepalanya.

"Makanya, lain kali nurut sama gue!"

Beberapa menit kemudian, Dara mulai tenang. Nathan melonggarkan pelukannya dan menatap wajah tenang gadis itu.

"Ikut gue ya?! Lo tenang aja, mereka nggak akan ngapa-ngapain lo kok," ucap Nathan dan mendapat anggukan kepala dari Dara.

***

"Assalamualaikum!" ucap Nathan sembari melangkah menuju rumahnya diikuti oleh Dara. Cowok itu menghentikan langkahnya sejenak dan menggandeng tangan mungil Dara.

"Wa'alaikumssallam!"

Nathan dan Dara memasuki ruang tamu, di sana sudah ada Nantha yang tengah duduk di sofa sembari membaca buku.

"Eh, ada Kak Ara?!" ucap Nantha dengan wajah yang berbinar. Dara hanya bisa tersenyum simpul melihat reaksi gadis itu saat bertemu dengannya.

"Lo duduk di sini dulu ya," ucap Nathan dan diangguki oleh Dara.

Nathan berjalan masuk untuk mencari kedua orangtuanya. Memang, Rajendra sengaja tidak bekerja hari ini untuk menemui Dara. Matanya menangkap dua orang yang sedang ia cari tengah duduk di pinggir kolam renang. Tanpa menunggu lama, cowok itu menghampiri keduanya.

"Yah! Bun! Aku udah ngajakin Ara ke sini!"

Ratri tampak terkejut sebelum akhirnya beranjak menghampiri putranya diikuti oleh Rajendra.

"Sekarang di mana?" tanya Rajendra.

"Depan," jawab Nathan singkat.

"Yasudah, mendingan kita samperin aja sekarang!" imbuh Ratri.

Ketiga-tiganya lalu berjalan menuju ke ruang tamu dimana Dara tengah menunggu di sana. Dari kejauhan, Rajendra dan Ratri bisa melihat seorang gadis cantik yang tengah duduk di sofa ruang tamu mereka. Gadis itu berdiri dan tersenyum ramah ke arah keduanya.

"Oh... Jadi ini yang namanya Ara? Cantik sekali kamu, Nak!" ucap Ratri seraya mengelus rambut Dara yang kini tengah menyalimi tangannya. Dara hanya bisa tersenyum simpul mendengar kata-kata tersebut, meskipun ia tidak mendengarnya dengan jelas.

Dara beralih ke arah Rajendra dan hendak menyaliminya juga. Nathan memejamkan matanya sembari menatap ke arah lain karena tak sanggup melihat reaksi Rajendra nantinya. Bukan hanya Nathan, Ratri dan Nantha juga menunduk saat Dara akan menyalimi tangan Rajendra. Karena biasanya pria itu akan menolak mentah-mentah bersentuhan dengan orang yang tidak ia sukai. Dalam hati, Nathan merapalkan doa semoga ayahnya bisa menyambut Dara dengan baik.

"Gadis yang cantik," ucap Rajendra seraya mengelus rambut Dara. Hal itu membuat ketiga orang lain yang berada di ruangan tersebut tersenyum lebar melihat reaksi Rajendra yang menyambut baik kedatangan Dara.

"Silahkan duduk!" ucap Ratri, sementara Dara memasang wajah bingung karena gadis itu tidak sempat membaca gerak bibir Ratri yang terlalu cepat. Gadis itu menatap Nathan yang kini tengah tersenyum simpul.

"Duduk Ra!"

Nathan menggiring gadisnya untuk duduk di sofa, sementara dirinya duduk di sampingnya.

"Sekarang saya mau tanya," ucap Rajendra yang kini tengah duduk sambil menyandarkan punggungnya di sofa.

"Kamu ini anaknya siapa? Keluargamu dari mana? Biar saya tau jelas asal-usul kamu," tanya Rajendra langsung pada intinya. Pria itu memang tidak suka berbasa-basi.

"Anaknya Bapak Langit sama Ibu Citra," bukan Dara yang mengucapkannya, melainkan Nathan. Sementara itu, Dara hanya bisa tersenyum simpul.

"Ayah nggak tanya sama kamu Nath! Kamu juga, kenapa Nathan dibiarkan jawab pertanyaan buat kamu?"

Nathan baru saja ingin membuka suara, namun Rajendra langsung memotongnya.

"Apa kamu tuli? Bisu?" Dara hanya bisa diam sambil menunduk.

Rajendra memang sebenarnya sudah tahu kalau Dara itu tuna rungu.

"Yah!" panggil Nathan.

"Oh...bisu? Pantesan dari tadi diem aja."

"Ayah!" tegur Nathan lagi. Nafasnya mulai memburu karena menahan emosi.

Bukannya menjawab, Rajendra justru beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk.

"Nak, maafin perlakuan Ayahnya Nathan ya?" ucap Ratri dengan nada bersalah. Dara hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, meski tidak tahu persis apa yang barusan diucapkan oleh Ratri. Karena wanita cantik itu mengucapkannya dengan perlahan.

Berbeda saat Rajendra yang berbicara tadi, ia mendengarnya karena suara pria itu cukup keras. Selain itu, ia juga memperhatikan baik-baik gerakan bibir Rajendra.

"Bunda tinggal dulu ya, nyusul Ayah." ucap Ratri seraya beranjak dari tempat duduknya diikuti oleh Nantha.

Nathan melirik ke arah gadis di sampingnya, cowok itu menggenggam tangan gadis tersebut. Dara menoleh ke arah Nathan yang tengah tersenyum manis. Mau tak mau ia ikut tersenyum, gadis itu membalikkan tangannya dan membalas genggaman tangan Nathan.

"Maaf ya?! Ayah gue emang gitu sifatnya."

Dara mengangguk sambil tersenyum manis pada Nathan. Gadis itu bisa memaklumi sifat ayahnya Nathan yang terlihat keras dan berkharisma karena Nathan juga memiliki sifat itu.

***

Keheningan menyelimuti Dara Nathan yang kini dalam perjalanan pulang ke rumah Dara. Memang setelah berpamitan dengan kedua orangtuanya Nathan, cowok itu langsung mengantarkan gadis itu pulang.

Lampu jalan raya berubah menjadi merah, membuat Nathan menghentikan motornya. Cowok itu melirik ke belakang melalui kaca spion. Dilihatnya Dara yang sedang menguap sambil menutup mulutnya. Nathan terkekeh pelan melihat raut wajah Dara yang terlihat sangat menggemaskan bagaimanapun keadaannya, bahkan mengantuk sekalipun.

Nathan menarik kedua tangan Dara dan melingkarkan ke pinggangnya. Dara tak menolak sedikitpun, gadis itu justru menopang kepalanya di pundak Nathan sembari menutup matanya perlahan.

"Pasti capek banget ya?!" gumam Nathan diiringi dengan senyumannya.

***

Sekian dulu dari saya!!!

Arigatou gozaimasu!!!!

Sabtu, 28 Desember 2019

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang