Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...
Selamat membaca....
***
"Dan lo harus tau satu hal terpenting dari gue!"
Dara memasang telinganya baik-baik. Apapun yang dikatakan oleh Nathan, ia akan menerimanya. Ia terima jika Nathan memutuskan hubungan dengannya hari ini juga. Itu lebih baik dari pada ia terlalu berharap banyak pada seseorang yang hanya kasihan padanya.
"Gue jadiin lo pacar bukan karena gue kasihan sama lo!"
Dara menatap tak percaya pada Nathan. Apa yang dipikirkan oleh cowok di hadapannya ini? Cowok itu mengatakan kalau ia bukan suka, ia juga mengatakan kalau ia bukan kasihan. Lalu apa yang ia inginkan?
"Gue jelasin! Bukan karena kasihan ataupun suka alesan gue jadiin lo pacar...." Nathan menjeda kalimatnya. Kali ini ia akan mengatakan yang sejujur-jujurnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi gadis di hadapannya ini.
Nathan menghembuskan nafas panjang. Ia harus bisa menjaga emosinya jika ia tidak ingin membuat Dara ketakutan.
"... tapi karena gue cinta sama lo!"
Dara mendongakkan wajahnya. Genangan air di pelupuk mata yang sudah siap meluncur seakan hilang begitu saja. Gadis itu menatap wajah Nathan yang tengah tersenyum kearahnya.
"Bukannya gue udah bilang, kalo gue itu cinta sama lo waktu pertama kali gue maksa lo jadi pacar gue ya?"
Dara hanya bisa menunduk. Tentu saja ia tidak akan pernah lupa soal hal itu. Saat perasaan takut dan senang menyelimuti dirinya. Ia senang karena cowok yang sudah ia perhatikan sejak pertama kali bertemu akhirnya menjadi pacarnya. Saat Nathan mengomel ketika ia dihantam bola basket saat itu. Dan perasaan takut jika Nathan hanya menaruh perasaan iba padanya. Bukan cinta.
Tapi semua itu sudah jelas sekarang. Nathan adalah orang yang mencintainya. Dan Nathan adalah orang yang ia cintai.
"Nanti pulang bareng!"
Tak ada jawaban lain yang bisa Dara ungkapan selain menganggukkan kepalanya sambil tersenyum simpul.
"Kalo ada yang gangguin lo, bilang sama gue! Oke?!"
Dara kembali mengangguk. Nathan berdiri dari tempat duduknya untuk kembali ke kelas. Sebelum pergi, ia sempat mengacak gemas rambut Dara.
***
Suasana kantin terbilang sepi. Hal ini dikarenakan sedang jam pelajaran, sehingga siswa-siswi berada di kelas.
Namun tidak bagi Nathan dan teman-temannya. Mereka justru asyik bercanda saat ini. Ya, mereka membolos di jam pelajaran dengan alasan malas karena guru yang mengajar tidak jelas.
"Nath! Lo udah tau kabar terbaru tentang Andra belum?" ucap Reno. Sementara Nathan hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Gue belum tau dan nggak mau tau!"
"Emang kenapa sih?" tanya Roy dengan heboh.
"Dia di keluarin dari sekolah! Soalnya, kemarin waktu masa skorsingnya udah abis, dia bikin masalah lagi sama Lucas anak geng Cakra. Sekarang nggak tau juga tuh orang sekolah dimana," jelas Reno.
"Apa? Kulkas?" sambar Beni yang sudah mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Lucas!" bentak Reno dengan kesal.
Nathan hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf o. Apa pentingnya juga berita itu untuknya? Matanya melirik ke arah Beni yang dari tadi sibuk memandang ponselnya sambil sesekali menggaruk-garuk kepalanya.
"Lo dari tadi kenapa sih?" tanya Nathan.
Beni menoleh, "Ini, gue lagi ngapalin cara bikin kue bolu buat praktek besok," ucapnya.
"Kelompok?" tanya Roy.
"Ini dia yang jadi masalah. Praktek ini individu, makanya gue sampe rela ngapalin video kek beginian. Kalo kelompok, ogah banget gue," jawab Beni.
"Iya juga sih, kalo gue juga males pastinya," ucap Reno.
Nathan hanya mengangguk mengerti. Itu berarti Dara juga akan praktek membuat kue bolu besok. Ini adalah kesempatan baginya untuk merasakan bagaimana masakan Dara.
***
Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Dara melangkah menuju ke gerbang sekolah untuk mencari Nathan. Katanya cowok itu akan menunggunya di gerbang sekolah. Gadis itu berbelok di ujung koridor. Karena tidak melihat ada orang di belokan, ia akhirnya menabrak orang tersebut.
Bruk...
Tabrakan pun tidak bisa dihindari. Untung saja Dara masih bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga ia tidak terjatuh ke lantai. Hanya saja beberapa buku paket yang ia bawa terjatuh berserakan di lantai.
Gadis itu mendongak untuk melihat siapa orang yang ia tabrak. Matanya membulat seketika melihat seseorang yang cukup lama tidak mengganggunya belakangan ini bersama kedua temannya.
"Lo punya mata nggak sih? Jalan aja pake nabrak segala lagi," ucap Tasya.
"Udah gagu, sekarang buta lagi," imbuh Seli.
"Iya, nggak berguna banget jadi manusia," ucap Dela.
Dara hanya bisa menunduk dan meremas ujung roknya. Kejadian beberapa waktu yang lalu membuatnya sedikit trauma. Bahkan kini keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.
"Cabut girls!" ucap Tasya sebelum akhirnya meninggalkan tempat diikuti oleh Dela dan Seli.
Dara masih berdiri sambil menunduk. Perkataan ketiga cewek tadi benar-benar menyakitkan. Keadaan sekitar sudah sepi, sehingga ia bebas untuk berdiri di sana selama yang ia mau.
Dara menyeka sudut matanya yang berair. Terkadang ia membenarkan perkataan mereka. Hidupnya tidak berguna.
Gadis itu hendak mengambil bukunya yang berserakan di lantai. Hingga sebuah suara lembut dan menenangkan menghentikan aksinya.
"Ara?"
Dara menoleh dan mendapati Nathan tengah menatapnya dengan sendu. Sepertinya cowok itu mendengar semua cacian yang dilontarkan oleh Tasya dkk. Dara mencoba untuk tersenyum pada Nathan untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Lo nggak papa kan?"
Dara mengangguk mengiyakan. Gadis itu berjongkok untuk membereskan buku-bukunya dibantu oleh Nathan.
"Gue denger semuanya," ucap Nathan tiba-tiba.
Dara menghentikan aksinya membereskan buku-bukunya. Gadis itu menatap wajah Nathan sekilas sebelum akhirnya kembali menunduk.
Nathan menyerahkan buku terakhir pada Dara. Cowok itu kemudian berdiri diikuti oleh Dara.
"Nggak usah didengerin omongan mereka. Yang ngomongin lo nggak berguna adalah orang yang iri sama lo."
"Lo adalah manusia yang berguna."
Dara menatap wajah Nathan, menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh cowok itu.
"Apalagi di hidup gue."
***
See you next time!!!
Terima kasih!!!
Kamis, 2 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA
Teen FictionSemuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. Nathan Dirgantara, badboy nya SMA Rajawali bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah berbicara di...