Dara beranjak naik ke atas ranjangnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.30, dan gadis itu belum tidur sama sekali. Untung saja ini sudah memasuki masa liburan. Jadi ia tidak perlu khawatir tentang sekolahnya.
Gadis itu menghela nafas panjang, mencoba menutup matanya. Namun ia gagal. Pikirannya melayang jauh memikirkan cowok itu. Cowok yang entah bagaimana bisa memasuki ke kehidupannya. Membawa kenangan manis dan pahit.
Sekitar lima belas menit Dara tetap membuka matanya. Hingga perlahan matanya mulai terasa berat, dan akhirnya ia terlelap. Menuju ke alam mimpinya.
***
Seorang gadis terlihat berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Tangannya memegang sebuket bunga yang tadi ia beli sebelum menuju ke tempat ini.
Dara menghirup aroma bunga di tangannya itu dalam-dalam. Sejenak ia menikmati aroma menenangkan itu, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk tersenyum. Berharap semoga hari ini Nathan melewati masa kritisnya, sadar dari komanya, dan kembali menyusun cermin kehidupan mereka yang hancur karena kesalahpahaman.
Matanya memicing saat melihat keluarga Nathan tengah berbincang dengan dokter. Yang membuatnya heran adalah raut mereka terlihat sangat sedih. Bahkan Ratri juga terlihat menangis, sementara Rajendra hanya bisa diam sembari memijit pelipisnya.
Dara berjalan dengan tergesa-gesa, kemudian menghampiri Nantha yang tengah terduduk di lantai. Tatapan gadis itu kosong. Matanya kini mulai berkaca-kaca.
Nantha mendongak saat melihat Dara berjongkok di hadapannya. Hanya sejenak. Gadis itu kembali menunduk dalam.
"Ada apa?" tanya Dara yang mulai khawatir dengan keadaan.
Gadis bersurai panjang itu menghapus tetesan air yang mengalir dari matanya, "Dokter bilang, kalo dalam tiga hari Kak Nathan nggak bangun, mereka bakal cabut alat pernapasannya...."
Deg.
Dara merasakan kadar oksigen di sekitarnya menipis. Apa ia tidak salah mengartikan? Dengan susah payah, gadis itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Berharap bisa menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba menghinggapi dadanya.
Dara terduduk lesu. Tangannya masih memegang sebuket bunga yang tadi ia bawa. Pandangannya mulai mengabur karena terdapat genangan air di pelupuk matanya.
***
Keadaan sebuah ruangan terbilang hening. Hanya ada suara alat pendeteksi jantung, yang menandakan seorang cowok yang terbaring lemah di bankar masih bernapas.
Dengan langkah gontai Dara menghampiri Nathan yang tengah terpejam itu. Matanya menatap wajah Nathan sekilas, sebelum akhirnya menatap pada sebuket bunga yang ia bawa tadi. Tangannya tergerak untuk meletakkan bunga tersebut di atas meja. Sementara dirinya sudah duduk di kursi samping bankar Nathan.
Digenggamnya tangan Nathan yang lemah. Matanya tetap tertuju pada wajah tenang Nathan. Berharap cowok itu segera bangun saat merasakan kehadirannya. Namun sepertinya itu sia-sia. Karena Nathan tetap merapatkan matanya.
Kapan kamu bangun? Ara kangen tau... Jangan lama-lama ya, tidurnya.
Wajah Dara terlihat sangat murung. Namun itu tidak lama. Karena beberapa saat kemudian gadis itu tersenyum simpul. Mencoba berpikir positif. Hari ini Nathan akan terbangun dari komanya. Salahkah ia bila mengharapkan sebuah keajaiban?
Aku temenin ya....
Dara mengecup singkat punggung tangan Nathan. Tanpa melepaskan genggamannya, gadis itu membaringkan kepalanya di samping tubuh Nathan. Menunggu cowok itu terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARA
Teen FictionSemuanya berawal dari ketidaksengajaan. Pertemuan mereka tak semanis yang kalian bayangkan. Pertemuan mereka juga tak seburuk yang kalian bayangkan. Nathan Dirgantara, badboy nya SMA Rajawali bertemu dengan seorang gadis yang tak pernah berbicara di...