~MP (11) Mulai~

1.6K 69 1
                                    

Kalau boleh bilang, gue lebih suka lo yang dulu perhatian sama gue, daripada lo yang sekarang cuek.
~Rachel adistia razuma~

Mungkin kalian fikir rachel akan berdiam diri dirumah seraya menikmati banyak makanan yang di beri bunda nya, tetapi kalian salah. Rachel memaksa bunda dan ayahnya agar mau mengizinkan dirinya berangkat ke sekolah karena bilang dia sudah tidak apa apa karna masalah 'kemarin'.

Sebenarnya bunda rachel tidak mengizinkan, namun rachel memaksa, membuat bunda rachel terpaksa mengizinkan. Rachel memang keras kepala.

"Bundaa, rachel pamit yaa?" pamit rachel setelah memakai sepatu berwarna abu abu nya.

"Iya chel, tapi kamu beneran udah gapapa kan?" widya-bunda rachel, menjawab nya ragu.

"Rachel gapapa bundaaa." balas rachel terlihat semangat, namun widya masih ragu, karna wajah rachel sedikit pucat.

"Yaudah, tapi kalo ada apa apa telepon bunda atau abang rasya ya?"

"Ishh iya iya! Bunda bawel deh," gerutu rachel lalu menyalimi tangan bundanya.

"Kamu ini." bunda rachel menggelengkan kepalanya melihat tingkah rachel.

"Dah bunda! Assalamualaikum!" akhirnya rachel hilang dari pandangan bundanya.

"Waalaikumsalam."

Sesampainya di sekolah, rachel segera menaiki tangga menuju lantai 2, sedangkan kelas 12 di lantai 3, kelas 10 di lantai 1, koprasi di lantai 4, dan rofftop di lantai 5.

Saat sedang enak enak berjalan seraya bersenandung pelan, ada orang yang sengaja menyelengkat rachel sehingga gadis itu terjatuh cukup keras. Menjadi sorotan kelas 10.

Rachel meringis pelan, mengingat kakinya yang belum sembuh karna kemarin di tambah di selengkat pula.

"Aduhh,„" ringis rachel pelan.

Orang yang menyelengkat rachel pun tertawa keras seperti orang gila.

"Hahahahah! Mampus lo!"

Rachel pun menatap cewek itu sinis.

"Gila." tandas rachel.

"heh! Enak aja lo ngatain gue gila! Elo kali yang gila, masa tiba tiba jatoh kenceng banget gara gara di selengkat gitu aja, lemah!" ledek cewek itu.

"Apaansi lo fanesha! Gajelas." ketus rachel lalu berdiri.

"Elo yang ga jelas cabe!" balas fanesha tersenyum sinis.

"Lo goblok! Tiba tiba nyelengkat orang, ampe jatoh, cara lo terlalu klasik buat anak karate kayak gue." ucap rachel pedas seraya berdiri tegak.

"Cih. Baru karate aja belagu lo! Dasar jalang!"

Plak!

"Lo yang jalang! Inget nes, jangan jadi api kalo gamau terbakar." peringat rachel setelah menampar fanesha dengan tangan kanannya, beserta memakai tenaga dalam.

Tamparan itu sungguh sangat berasa, bagaimana tidak? Rachel dulu saat ikut eskul karate, dari kelas 8 sampai kelas 10 hampir memakai sabuk hitam menampar seorang perempuan melalui tenaga dalamnya. Emosi rachel sungguh tidak terkontrol hingga menyebabkan pipi fanesha lebam kebiruan.

My ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang