Jadikan kehilangan itu sebagai pelajaran, jangan jadikan halangan untuk kamu menuju kebahagiaan. You should know, you deserve to be happy.
-Rachel Adistia Razuma-Gelap. Sunyi, kotor, menyeramkan, itulah kata yang cocok untuk mendeskripsikan tempat ini. Tempat yang membuat gadis itu mengerjapkan matanya berkali kali, apakah ia tidak salah lihat? Tempat ini cocok sebagai tempat gudang sampah.
"Ohh udah bangun dear? Bagus, gue gak perlu ngotorin tangan gue buat bangunin lo." Ucapnya dengan nada lantang. Rachel mendongak, mendapati, seorang... Eh? Khansa?
"Kaget? Gue dendam sama lo karena lo udah bikin gue malu di depan Arka!"
Plak.
Setelah membentak Rachel, Khansa menampar pipinya keras, menyebabkan sudut bibir Rachel robek. Rachel memberontak, mencoba melepaskan diri, tetapi tak bisa. Karena tangan dan kaki nya diikat oleh tali tambang yang tebal.
"Mau lo apa?" Tanya Rachel setenang mungkin. Ia tak merasa kesakitan sedikitpun karena sudah menjadi kebiasaan nya selama latihan karate dulu.
"Lo nanya mau gue apa? Mau gue lo pergi dari SMA Antariksa! Lo pergi dari kehidupan Arka! Arka itu cuman milik gue! Arka cuma punya gue, lo cuman cewek sampah kalo jalan sama Arka! Gak pantes," Khansa merendahkan Rachel, membuat tangan Rachel tanpa sadar mengepal. Hey! Siapa yang tidak emosi? Ia merendahkan harga dirinya, cewek itu kalo menghina suka gak ngaca ya?
"Gue gaakan biarin sahabat gue deket sama lo, lo iblis." Cibir Rachel menusuk. Ia sangat muak dengan drama ini.
Plak.
"Ngomong apa lo barusan?!" Bentak Khansa tepat di depan wajah Rachel.
"Gausah ngomong di depan gue, mulut lo bau." Ejek Rachel dengan nada santai. Membuat Khansa menatap nya penuh emosi.
"Sialan lo! Gue sikat gigi 3x sehari ya!" Jawab Khansa.
"Ga nanya." Jawab Rachel, bahkan ia menatap Khansa menantang. Tidak ada sejarahnya seorang Rachel takut dengan manusia. Prinsipnya gini, "kalo gue takut sama manusia, tuhan gue anggap apa?"
"Bangsat lo!" Umpat Khansa dengan wajah memerah. Ia malu, marah, dan tak terima Rachel dengan santainya merendahkan dirinya.
"You too." Jawab Rachel.
"Ohh lo berani sama gue?!" Khansa mulai mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket hitamnya, lalu mengarahkan nya ke dahi Rachel.
"Maennya senjataan, dasar lemah." Ejek Rachel dengan mata yang sinis. Khansa tak terima, lalu ia mulai menggores kan pisau lipat itu ke dahi Rachel dengan perlahan membuat Rachel memejamkan matanya, Menahan sakit. Rachel benci benda tajam, ia lebih rela di pukul habis habisan daripada harus mati konyol karena benda benda tajam. Dahi nya mulai mengeluarkan darah sedikit demi sedikit.
"Hahaha! Bilang aja lo takut kan?!" Tawa Khansa pecah, membuat Rachel menatapnya heran.
"Waras gak sih?" Pertanyaan konyol meluncur begitu saja dari bibir Rachel membuat Khansa menatap nya murka.
"KENAPA LO NANYA GITU HAH?! MASALAH BUAT LO?! GUE TUH SUKA SAMA ARKA, RACHEL! LO GAK BOLEH DEKET DEKET SAMA DIA!" Bentak Khansa sangat keras membuat Rachel terkejut.
"Terus hubungannya sama gue apa?" Tanya Rachel setenang mungkin.
"LO UDAH REBUT ARKA DARI GUE! LO MURAHAN TAU NGGAK? CAPER!" balas Khansa.
"Rebut apaansi anjir, gue kan sahabat lama Arka." Gerutu Rachel tak mengerti.
"GAUSAH PURA PURA BEGO! GUE MINTA LO JAUHIN ARKA! ATAU GUE AKAN BERBUAT LEBIH DARI INI!" Ancam Khansa memegang dagu Rachel kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector
Teen Fiction"Arka!! Kembaliin gak tas gue?!! Jangan ampe gue depak lo ya sampe pluto!" Pekik seorang perempuan yang bernama rachel. "Hahahah! Mau dong! Enak adem, iya kan??" Balas arka dengan tampang menyebalkan nya. "ARKAA! SINI LO!" Rachel adistia razuma. Seo...