Jangan terlalu percaya dengan kata kata, kata kata itu cuma formalitas doang. Selebihnya, tong kosong nyaring bunyinya, omong kosong tanpa buktinya.
-Arka Algatama-Kini, Rachel sedang terduduk lemas di depan ruang operasi, Arka harus di operasi karena dokter harus mengeluarkan peluru yang masuk ke tubuh Arka. Perasaan Rachel tak karuan, antara kesal, khawatir, sedih, dan marah. Kesal karena Arka menyelamatkan nya tetapi tak memikirkan bagaimana keadaan dirinya sendiri, khawatir karena operasi sudah dimulai dari 2 jam lalu tetapi tanda tanda dokter keluar belum ada, sedih karena dirinya terlalu bodoh, dan marah karena ulah Khansa yang benar benar kelewat batas.
Sedangkan Mamah Arka sedang menangis tersedu sedu, karena mendengar anaknya mengalami pendarahan yang cukup parah, hingga membuat dirinya harus mendonorkan darahnya kepada Arka. Mama Arka lemas, karena darahnya di ambil cukup banyak.
Tak lama, dokter keluar dengan wajah gusar. Membuat mereka menatap sang dokter penuh khawatir. "Gimana dok kondisi anak saya!?" Tanya Veera cepat.
"Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar, tetapi-" ucapan dokter terpotong karena Veera.
"Kenapa dok??" Tanyanya sangat cemas.
"Kondisi pasien masih sangat lemah, di akibatkan pendarahan yang cukup parah, bisa dikatakan pasien koma." Balas sang dokter. Veera terkejut, begitupun dengan semuanya, Terutama Rachel.
"M-maksud dokter??" Balas Rachel terbata bata.
"Pasien mengalami koma, 50% kemungkinan pasien akan bangun. Selebihnya, kita hanya bisa berdoa untuk pasien," balas sang dokter.
"Arka..." Lirih Veera menangis lagi.
"Kalo gitu, lakuin yang terbaik dok buat Arka, saya mohon..." Rachel memohon, dengan wajah sendunya.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, kalo begitu saya permisi." Balas sang dokter, lalu pergi. Rama yang melihat Veera lemas pun langsung menghampiri nya.
"Tante, mending tante makan dulu, tante butuh nutrisi, biar badan tante fit lagi." Ujar Rama menyarankan. Ia sedari tadi hanya diam tanpa berkata apa apa.
"T-tapi Ram, A-arka-" ucapan Veera- Mama Arka terpotong.
"Rama yakin Arka gapapa Tan, Arka juga nantinya bakalan sedih kalo ngeliat Mamanya sakit gara gara gak makan," ujar Rama menenangkan. Membuat mata Chiko, dan Haikal membulat. Rama?! Berbicara sepanjang itu?! Kejadian yang sangat langka!
"Ram anjir! Lo-"
"Gausah ngerusak suasana Ko," balas Rama ketus.
"Pssttt Kal, ada yang aneh gak si dari Rama?" Bisik Chiko yang berada di samping Haikal. Haikal menoleh.
"Iya njir, tumben tumbenan tu anak mau ngomong sepanjang itu. Jangan jangan si Rama demen sama nyokapnya Arka?" Balas Haikal ngawur. Chiko begidik ngeri.
"Ihh anjir! Rama demen nya sama nyokap temen sendiri." Balas Chiko mengedikkaan bahunya geli.
"Gausah ngomongin gue," ujar Rama tiba tiba, ia memutar bola matanya malas. Dasar temen lucknut!
"Eheheh, peace Ram!" Chiko dan Haikal cengengesan seraya menunjukkan jarinya membentuk V. Lalu, akhirnya Veera mengiyakan, ia pergi menuju kantin rumah sakit sendiri, karena ia tak mau merepotkan teman teman Arka.
"Gue ke toilet dulu ya." Pamit Rachel dengan langkah gontai, ia berjalan menuju toilet yang tak begitu jauh dari ruang operasi.
Raina, Ririn, Haikal, dan Chiko menatap Rachel kasihan. Pasti Rachel sangat merasa bersalah karena Arka menolongnya tadi dan membuat lelaki itu kritis sekarang. Bahkan, mereka belum diperbolehkan masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector
Teen Fiction"Arka!! Kembaliin gak tas gue?!! Jangan ampe gue depak lo ya sampe pluto!" Pekik seorang perempuan yang bernama rachel. "Hahahah! Mau dong! Enak adem, iya kan??" Balas arka dengan tampang menyebalkan nya. "ARKAA! SINI LO!" Rachel adistia razuma. Seo...