"Oi Mew! Sebelah sini!" teriak Gun Napatn sambil melambaikan tangan
Mew berjalan dengan santai di koridor universitas siang itu sambil melihat teman seangkatannya terus melambaikan tangan padanya
"Apa yang membuatmu terlambat seperti ini? Seperti bukan kau saja? Apa terjadi sesuatu?" ujar Gun
"Apa rapatnya sudah dimulai?" Mew mengabaikan pertanyaan Gun padanya
"Belum. Mereka memilih untuk menunggu mu"
"Kalau begitu ayo" Mew terus melenggang
"Hei. Apa kau tidak akan memberitahuku apa yang membuatmu terlambat?"
Mew tersenyum miring
"Oho! Kau habis berburu, eh. Bagaimana hasilnya?"
"Luar biasa. Aku bahkan ingin merasakannya lagi"
"Benarkah? Serius? Aku tidak salah dengar, bukan? Seorang Mew Suppasit ingin melakukan sex dengan orang yang sama?"
"Dia berbeda. Dia sangat luar biasa. Semua yang ada padanya membuatku menginginkan lagi dan lagi"
"Berapa ronde?"
"Semalaman. Mungkin tiga, empat, bisa juga lima atau lebih. Entahlah. Itu terlalu nikmat untuk dihitung"
Gun Napatn menghentikan langkahnya dan memandang punggung Mew yang berjalan di depannya
Mew berhenti, menyadari bahwa Gun tidak ada di sampingnya. Dia kemudian berbalik ke belakang.
"Apa yang terjadi?" tanya Mew
"Kau tidak membunuhnya, bukan?" horor Gun
"Hah? Kenapa aku membunuhnya?"
"Kau memperkosa anak orang sampai separah itu!! Dia sudah pasti mati!" teriak Gun
"Dia jelas masih sangat hidup. Karena saat aku bangun, dia sudah pergi" senyum Mew
"Hah? Kau yakin? Bagaimana bisa seseorang masih bisa bangun dan pergi begitu saja setelah kau menghajarnya lima ronde? Orang macam apa dia?" heran Gun
"Dari reaksimu, kau jelas tahu siapa lawan mainku" seringai Mew
Gun ikut menyeringai "Aku memang tidak cukup pintar, tapi aku mengenal teman baikku seperti apa. Jika kau sampai bermain lebih dari tiga ronde, sudah pasti dia bukan wanita"
"Ayo, pergi. Teman-teman yang lain sudah menunggu" Mew melenggang
"Kabur dari obrolan, eh" cibir Gun
.
.
.
.
.
."SAKIT!!!!!" teriak seorang pria rupawan
"Pelankan suaramu, Gulf! Kau bisa tahan di hajar sex berkali-kali, tapi menahan sakit seperti ini tidak bisa. Kau sungguh membuatku malu" gerutu Mean Phiravich
Gulf Kanawut. Pria dengan wajah rupawan itu sedang telungkup di atas ranjang, sementara Mean memasang koyok di sekitar pinggangnya.
Dia hanya bisa memasang wajah cemberut mendengar omelan Mean
"Dan lagi, kenapa kau begitu murahan?"
"Apa katamu? Murahan? Siapa yang kau sebut murahan?" kesal Gulf
"Kau. Kau. Kau"
"Kenapa? Kenapa? Kenapa?"
"Karena kau membiarkan seorang pria asing memperkosamu berkali-kali! Apa dia sangat ahli sampai kau tidak bisa menolaknya?"
"Uhm" singkat Gulf setengah hati
"APA??? Kau bahkan mengakui kehebatannya di atas ranjang?!! Bagaimana bisa?? Apa dia mencekokimu obat-obatan yang bisa mencuci otakmu?" parno Mean