"Ern" sapa seorang pria
Ern menoleh, lalu tersenyum "Kawan"
"Apa yang kau lakukan di fakultas kedokteran? Mengunjungi kekasihmu?"
Pria itu adalah Pak Papungkorn. Seangkatan dan satu fakultas dengan Mew, hanya saja Pak mengambil jurusan ilmu bedah
"Kekasih pantatku! Aku kemari untuk mengantar seorang nong bertemu dengan Mew"
"Mew? Maksudmu Mew Suppasit?"
"Uhm. Apa kau ada masalah dengannya juga?"
"Tidak ada. Apa yang menemui Mew adalah kekasihnya?"
"Aku rasa bukan. Sepertinya Gulf cukup membenci Mew"
Pak tersenyum. Entah apa maksud dari senyumannya itu
"Ada apa dengan senyuman mu?"
"Ada apa dengan senyuman ku? Apa terlihat aneh?"
"Tidak aneh, hanya sedikit mencurigakan"
"Kau terlalu berlebihan. Bagaimana bisa sebuah senyum tampak mencurigakan?" ramah Pak
Ern mengendikkan bahunya "Entahlah. Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat"
"Aku mengerti. Kalau begitu aku tidak akan tersenyum lagi" canda Pak
"Oi! Jangan begitu. Itu berlebihan" ujar Ern
Pak hanya tersenyum
"Kalau begitu aku pergi dulu. Ospek akan segera di mulai lagi"
"Uhm. Sampaikan salam ku pada nong Gulf"
"Kau juga?" heran Ern
"Apa?" heran Pak
"Jangan katakan kau juga tertarik pada Gulf?"
"Apa dia sudah memiliki kekasih?"
"Bukan. Bukan begitu. Hanya saja banyak sekali yang tertarik padanya. Wanita, pria, semua menyukainya"
"Itu artinya, kau pasti memiliki nomor ponselnya"
"Kau mau? Iya! Akan aku berikan karena kita teman baik" Ern mengeluarkan ponselnya dari saku celana
Pak tersenyum sambil menyerahkan ponselnya pada Ern
"Apa kau juga memberikan nomornya pada yang lain?"
"Tentu saja tidak. Aku tidak suka mengumbar privasi seseorang, kau tahu itu" Ern mengembalikan ponsel Pak
"Aku tahu" Pak melihat layar ponselnya, tertera di sana sederet nomor dengan nama Gulf
"Aku pergi" Ern melenggang
"Terima kasih, kawan" ujar Pak melihat kepergian Ern
Pak kembali melihat layar ponselnya, lalu tersenyum
"Kenapa nong menemui Mew? Ada hubungan apa diantara mereka?"
Pak lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana
"Aku tidak mengira akan tertarik pada orang yang sama dengannya. Kira-kira bagaimana ekspresinya jika dia tahu nanti?" seringai licik terpatri di wajah tampan Pak
.
.
.
.
.
."Aku memberi phi Mew nomormu" enteng Mean mengganti pakaiannya, memunggungi Gulf
"Hm" singkat Gulf lalu masuk ke kamar mandi
Mean berbalik, tapi dia sudah tidak menemukan Gulf
"Apa? Kenapa dia tampak sangat tenang? Apa akan ada badai setelah ini?" bingung Mean