'Gara-Gara Al Malak'

111 8 0
                                    

Setelah merasakan hal yang aneh ditubuhnya, Adam segera lari ke kamar mandi. Saat di ana tangga dia berpapasan dengan kakak iparnya, tapi alih-alih menyapa Adam justru langsung menuju tempat sasarannya.
Baru saja dia membuang hasratnya di kamar mandi, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.

"Bang, kau baik-baik saja kan?" Tanya sebuah suara di luar pintu yg tdk lain adalah Ain.

"Kata Abang Al kau sudah lama dikamar mandi. Tadi aku sudah hampir tiba disini." Terang Ain.

"Ya Allah cobaan apa lagi ini." Runtuk Adam di dalam kamar mandi. Dengan kesusahan akhirnya dia mencoba bertahan mendekati pintu.

"Ain, dengar. Aku baik, aku begini gara-gara Abangku." Jelas Adam, sedangkan di balik pintu Ain menggaruk-garuk kepalanya tak faham akan apa yang dimaksud Adam.

"Aku tak faham lah." Jawab Ain.

"Ain boleh aku minta tolong?" Tanya Adam.

"Tentu saja." Setelah itu Adam membuka pintu kamar mandi dan memperlihatkan tubuhnya yang hanya terlilit handuk di pinggangnya yg mengejutkan Ain. Dengan segera Ain membalikkan tubuhnya dan menutupi matanya dgn kedua telapak tangan.

"Apa Abang gila! Kenapa berpakaian seperti itu?"

"Ini semua gara-gara Abangku." Ulang Adam.

"Memangnya apa yang Abang Al lakukan?"

"Dia menambahkan obat perangsang di minumanku." Terang Adam.

"A ap pa?" Tanya Ain tergagap.

"Aku butuh pelampiasan." Imbuh Adam sambil menundukkan kepalanya. Setelah itu hening, blm ada jawaban dari Ain.

"Lebih baik kau pergi, aku tak ingin kita kebablasan." Ucap Adam yg sdh sangat gelisah. Bukan gelisah krn blm mendapatkan jawaban dari Ain tetapi gelisah krn obat perangsang yg dicampurkan Al. Entah berapa tetes obat itu yg dimasukkan Al Malak sampai menyiksa Adam.

"Jika dengan melakukan itu bisa membuat Abang lebih baik, kenapa tidak melakukan itu?"

"Karena aku tak ingin melakukan itu dalam kondisi seperti ini."

"Namun jika Allah menghendaki kita melakukan itu dalam kondisi Abang seperti ini bagaimana?"

"Apa kau sedang memprovokasi diriku?"

"Anggap saja demikian." Setelah itu terdengar tarikan nafas panjang Adam.

"Pergilah..." Ucap Adam lemah, tapi Ain bukannya pergi justru ikut duduk di atas kasur.

"Tak akan!" Tegas Ain.

"Kau..." Ucap Adam dgn mata sdh merah menyala.

"Bang, aku ridho jika kita melakukan itu. Meskipun dengan keadaan Abang yang dibawah pengaruh obat perangsang itu. Kita ini suami istri, jika kita melakukan itu kita tak akan berdosa bukan? Dan bukankah sudah selayaknya jika kita melakukan itu." Ucap Ain tenang dgn senyumannya. Hening lagi-lagi tercipta antar ke duanya.

"Aku lebih suka melihat film horor dari pada meminum kopi yang sudah dicampur obat perangsang." Gumam Adam.

"Kau bilang sesuatu?" Tanya Ain.

"Tak ada..." Ainpun mengangguk tanda mengerti.

***

Sedangkan di ruang tamu Al, Rais, dan Insi sdg asik melihat drama Korea di tv.

"Oh ya Al, tadi saat ditangga aku sisipan dengan Adam. Dia kelihatan tersiksa, kau apakan adik ipar ku itu?" Tanya Insi memecahkan kefokusan terhadap film yg mereka lihat.

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang