'Sakit'

141 9 0
                                    

Sesuai dgn prediksi Al saat baru tiba di Korea, hari ini Korea tengah dilanda salju. Meski tak selebat tapi dinginnya sdh mampu menyusun kedalam tulang manusia. Pagi ini Al dan Insi msh berada didalam hotel menikmati sarapan mereka dan gelas yg sdh penuh dgn coklat hangat serta penghangat ruangan yg sdh Al atur sblmnya. Insi dgn telaten menyuapi Al krn dia blm tau klu Al sebenarnya sdh bisa makan sendiri menggunakan tangannya.

"Coklat hangatnya Bang." Ucap Insi sambil mengarahkan segelas coklat hangat kpd Al.

"Terimakasih..." Ucap Al dgn ikhlas. Insi menganggukkan kepala lalu memberantaknya rambut Al dgn tangannya. Eh🙄 bahasa dari mata tuh🤔

"Ins, nanti rambut Abang kusut tak tampan lagi." Komen Al.

"Gak papa biar gak ada Hawa lain yang suka Abang, hehehe..." Jawab Insi sambil berlalu lalu duduk di sofa dekat kamar setelah itu dia mulai menyalakan televisi mencari kartu kesukaannya yaitu Tom And Jerry.

"Dari pada kamu lihat kartun mendingan lihat berita tentang hari ini." Komen Al lalu duduk disebelah Insi. Insi pemandangan Al sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke tv lagi.

"Aku tak suka berita." Jawab Insi singkat lalu menidurkan dirinya dipangkuan Al.

"Nanti kalau salju sudah selesai Abang mau bawa kamu pergi ke Ice-Skating Outdoor di Seoul Plaza, Garden Of Morning Calm, Taebaek Snow Festival, Everland dan Pyeongchang. Jadi kalau Abang sudah selesai bekerja kita bisa jalan jalan."

"Iya, dimana saja. Tempat seorang Istri kan selalu ada disamping Suami."

"Hem, jadi kalau saya kerja atau mandi anda akan ada disamping saya lah ya." Insi sdh menjeling Al, sedangkan Al sdh tertawa lepas. Insi yg gerampun mencubit perut Al hingga Al mengaduh.

"Macam macam!" Ucap Insi. Al hanya memberikan senyum manisnya. Setelah kartun yg ditonton Al dan Insi selesai, Insi bangun dari rebahannya. Matanya sayu, hidungnya sedikit memerah, wajahnya pucat Al pun menyentuh keningnya.

"Anda demam, tunggu sini sebentar. Saya akan segera kembali." Pesan Al.

Setelah beberapa waktu Al kembali dgn nampan yg berisi semangkuk bubur, segelas air, dan beberapa bulir obat. Al pun berjalan mendekati Insi yg duduk di sofa.

"Anda makan ini ya." Pintanya, Insipun mengangguk lalu memakan bubur yg dibuat Al. Hingga sampailah di suapan terakhirnya.

"Ini obatnya, diminum." Pesan Al stlh Insi menyuapkan suapan terakhirnya. Insi menghentikan kunyahannya lalu menatap Al.

"Kenapa menatap Saya seperti itu?" Tanya Al, Insi terdiam beberapa saat sambil menghabiskan makanan yg msh ada didalam mulutnya.

"Aku tak suka obat." Ucapnya.

"Ya sudah biar saya haluskan."

"Tidak tidak tidak, jangan. Nanti pasti tambah pait tak mau." Bantah Insi.

"Lalu? Anda harus minum obat."

"Apa disini ada pisang?" Tanya Insi.

"Akan saya carikan." Setelah itu Al keluar kamar tak lama kemudian dia kembali lagi dgn membawa setundun pisang 🤔.

"Ini." Ucap Al sambil menyerahkan satu buah pisang kepada Insi.

"Terimakasih." Setelah itu Insi memakan pisang yg kulitnya sdh dikupas🤔 (serah author dah😒) saat akan menelan pisangnya Insi segera memasukan obat lalu ditelan bersamaan dgn pisang🙄

"Kenapa tiba-tiba Anda jadi sakit gini sih Ins?"

"Abang seharusnya kan lebih tahu. Abang kan Dokter."

"Saya ini Dokter Psikolog bukan Dokter umum."

"Hihi, biasa Bang. Menyesuaikan dengan iklim Korea, dulu waktu di Kairo juga sakit." Terang Insi.

"Berapa hari?"

"Sekitar lima sampai satu minggu."

"Ya sudah Abang kerjanya nunggu Anda sembuh saja."

"Jangan, aku tak apa. Abang kerja saja, nanti kalau Abang tak kerja Perusahaan di sini pasti akan memutus kontrak kerja dengan kita."

"Tak apalah, dari pada meninggalkan kamu sendiri di amartement."

"Kalau kontak kerja ini diputus Abang bisa dipecat, kalau Abang di pecat siapa yang akan menafkahi aku?"

"Pintar sekali Anda membuat alasan." Cebik Al, sedangkan Insi sdh tertawa kecil.

***

Sedangkan jauh di Indonesia sana disebuah rumah sederhana 3 wanita sdg berkumpul membicarakan siasat Jahannam untuk merusak pernikahan Al dan Insi.

"Kenapa kau memanggil kita Im?" Tanya Zara.

"Untuk membicarakan siasat ku."

"Hal licik apa lagi yang kau rancang?" Tanya seorang wanita bercadar.

"Sepulangnya Al dan Insi dari Korea. Kak Zara harus memberikan flashdisk ini. Flashdisk ini berisi file waktu Insi kecelakaan." Ucapnya sambil menyerahkan flashdisk tsb ke Zara.

"Lalu kau Ulya palsu! Alias Aufa, kau cukup mempersiapkan dirimu untuk dipenjara. Hahaha!" Tawanya menggema di isi ruangan itu.

"Dasar wanita licik!" Cebik Ulya alias Aufa.

"Haha, sakit dihatiku ini sudah menjalar Fa! Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan Al."

"Ya, sepertinya hatimu tak hanya sakit. Tapi sudah mati membusuk hingga menghalalkan berbagai cara."

"Hei Aufa!! Apa kau lupa? Kau dulu juga suka Al. Hingga kau merencanakan untuk melukai Insi. Tapi ternyata kesukaan mu kepada Al tak bisa permanent karena Al adalah anak dari Almarhum Paman Qais. Kakak dari ayahmu Paman Maulana. Dan sekarang kau akan merebut TUNANGAN saudari kembarmu! Rais." Ucapnya sambil menekankan kata 'TUNANGAN'

"Tu tu tunang an?" Kata Aufa tergagap dan blur.

"Kau tak tahu? Ya, Rais sudah mengkhitbah Ulya." Aufa langsung melorotkan badannya mendengar menataran Ima alias Nenek Sihir.

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku harus meminta maaf kepada Ayah dan melepaskan Ulya." Ucapnya sambil meraup wajah lalu berdiri menuju pintu.

"Satu langkah kau pergi dari tempat ini, maka Ayah dan Saudari kembarmu akan kumusnahkan!" Mendengar kata itu Aufa mengurungkan niatnya untuk membuka engsel pintu.

"Apa maunya hai wanita lajang!!! Setelah hal jijik yang akan kau lakukan kau fikir kau akan bahagia? Kau lebih baik tinggal di Rumah Sakit Jiwa!!!" Cebik Aufa berkali kali.

"Hahaha, mauku? Aku hanya menginginkan Al. Dan jika kau mau mengikuti rencanaku, aku pastikan kau mendapatkan Rais."

"Ima sebenarnya apa rencanamu!?" Sela Zara yg dr tadi diam.

"Rencanaku? Jadi begini....." (Percakapan rahasia jadinya tdk saya tulis biar kepo😁)

"Jijik!! Gila!! Tak waras!!! Wanita lajang, Jahannam untuk mu wahai wanita tak tahu malu dan harga diri!!!" Cebik Aufa stlh mendengarkan rencana Ima.

"Apa tak ada cara lain?" Tanya Zara.

"No!"

Setelah itu Ima meninggalkan ruangan itu disusul oleh Zara. Sedangkan Aufa berusaha mengirimkan email kepada Maulana.

' Assalamu'alaikum. Ayah, Aufa minta maaf. Aufa khilaf, Ulfa disekap Ima di Kota Lohare sekitar belakang Masjid Badshahi. Usahakan jangan Ayah yang kesana. ' setelah itu dia juga ikut pergi menyusul Zara dan Ima.

Tanpa mereka bertiga ada mata dan telinga Alif yg ikut memata matai mereka.

"Terekam. Aku tak sangka ternyata instriku ikut andil dalam hal biadap ini!!" Ucapnya lalu ikut meninggalkan ruangan terkutuk itu.

' Al dan Insi sama sama dalam bahaya. Siapa dulu yang harus Hamba selamatkan Ya Allah. Wahai zat yang maha melindungi, lindungilah Al Ya Allah. Aku harus melindungi Insi. '

Bersambung...

Maaf lama update nya😁 sebelumnya Selamat Idul Fitri 1440H ya🙏 jangan lupa ketik bintang (*) dan mohon kritik dan sarannya.

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang