'Khitbah'

204 13 0
                                    

Kepanikan terbersit di wajah ayunya. Menenangkan diri dengan berlalu lalang balik kiri putar kanan seperti di parkiran. Entah apa yg mengganggu fikirnya hingga menggigit jari telunjuknya. Tak lama terdengar suara mobil terhenti elok diparkiran, Insi langsung berlari menuju bagasi mobil.

***

"Bang, bagaimana? dia mau mengkhitbah Insi gk?" bukannya salam yg dilontarkan malah pertanyaan.

"Assalamu'alaikum Insi." Sindir Rais.

"Eh iya Wa'alaikumussalam."

"Kita bicara di dalam saja ya." Kata Rais yg disetujui anggukan dari Insi. Merekapun masuk ke dalam rumah.

"Kamu mau tahu jawabannya apa?" tanya Rais setelah duduk lalu menyalakan tv, Insi menganggukan kepala mengiyakan pertanyaan Rais.

"Kamu pernah menjanjikan Ahmad mobil mobilan gak?" tanya Rais, Insi memandangnya sambil menyernyitkan dahi.

'Apa hubungannya antara khitbah sama ngasih mobil mobilan ke Ahmad coba?? gak nyambung, aneh!!!' gerutu Insi dlm hati.

"Pernah Bang."

"Trus reaksi Ahmad saat mendapatkan mobil mobilan itu bagaimana?" tanya Rais tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

'Bang Rais ngasih pertanyaan kok makin ngaco gini sih, salah makan apa lupa minum obat ya ni Abangku.' Ucap Insi dlm hati.

"Ya senenglah Bang, masak mewek." Kata Insi.

"Nah itu tahu, trus ngapain nanya Abang?" Insi menatap Rais tajam, lalu datanglah Yusuf dan Jannah.

"Habis dari mana Is?" tanya Jannah setelah duduk. Raispun mematikan tv lalu memandang kedua orang tuanya.

"Rumah baru Al Malak yang akan dipersembahlan untuk istrinya nanti Ma." Ucap Rais sambil melirik Insi yg sdg menundukkan kepala, sedangkan Jannah dan Yusuf sdh slg memandang satu sama lain.

"Ins, bagaimana jawabanmu tentang cv biodata ta'aruf milik Muhammad Ajnihat Al Malak?" tanya Yusuf mengubah topik pembicaraan, Insi menggigit bibir bawahnya lalu mengangkat kepalanya.

"Insi... Menerimanya Yah, Mah. Apa?? kalian menyetujuinya untuk mengkhitbah Insi???" tanya Insi gugup lalu kembali menundukkan kepalanya.

"Apa kamu menyukainya???" tanya Jannah yg dijawab anggukan dari Insi.

"Secepat ini???"

"Mah," Insi memandang Maminya. "Sejak pertama kali melihatnya di restaurant beberapa hari lalu, Insi sudah menyukainya."

'Sudah ku tebak dah.' Bisik Rais dlm hati.

"Insi merasa Insi sudah mengenalnya lama sekali. Tapi Insi tak bisa mengingat dia siapa, apakah dia pernah hadir dalam kehidupan sebelum Insi kecelakaan atau tidak. Insi tak ingat itu, tapi Insi sudah jatuh hati kepadanya. Insi takut Insi terjerumus ke medan bisikan setan. Jadi, bolehlah kiranya. Jika Ayah dan Mami, merestui dia untuk mengkhitbah Insi? Izinkan dia menuntun Insi menuju Syurga Allah dalam ikatan yang halal dan suci. Izinkan kita bersama untuk mencari Ridho Allah bersama dalam suda dan duka Yah Ma..." Kata Insi sambil menangis.

'Serasa ada drama korea dah kalau dah gini ' cebik Rais dalam hati. Jannahengusap kepala Insi lembut lalu memandangi sang suami.

"Ayah dan Mamimu menyetujui ta'aruf ini berlangsung menjadi khitbah." Kata Yusuf 'Bahkan Ayah sudah menyetujuinya lima tahun lalu disaat dia sendiri yang terang terangan ingin menikahimu nak, kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Ayah juga.' Lanjut Yusuf dalam hati.

Insi yg mendengarnya langsung mendokakkan kepalanya air mata terhapus oleh tangan lembut dari sang Ayah.

"Is, kabari Al Malak. Kapan dia sekeluarga datang untuk melamar adikmu ini?" ucap Yusuf.

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang