' Akhir? '

116 6 0
                                    

Terlihat punggung gadis itu bersandar pada jajaran besi tempat istirahatnya semalam. Mungkin tempat inilah yang paling dia hindari, jeruji besi. Dari kecil dia tak pernah bermimpi akan melihatnya tapi kali ini dia harus tinggal disini karena kesalahan yang diperbuat.

"Assalamu'alaikum, kepada saudari Ashfiya Maulidiana anda dibebaskan." Ucap seorang polisi wanita sambil membuka gembok.

"Siapa yang membebaskan ku?" Tanya Ana alias Fiya tanpa menjawab salam polisi wanita itu sebelumnya.

"Dia menunggumu di luar, kamu bisa melihatnya sendiri." Jawab polisi wanita itu yang bernama Kiya.

***

Sampai ditempat yang dituju Fiya duduk menunggu orang yang sudah membebaskannya, katanya orang tadi sedang keluar sebentar. Setelah sekian lama Fiya menunggu, wait malah nyanyi Author. Ok, kembali kecerita😁 Fiya mematung melihat laki-laki yang membebaskannya.

"Kenapa kau membebaskanku? Aku seorang PEMBUNUH, jika kau membiarkan orang seperti ku akan ada KORBAN selanjutnya bukan?" Ucap Fiya dingin.

"Aku sudah memaafkan mu adik kecil, sekarang ayo pulang." Ajak laki-laki itu yang tak lain adalah Adam. Fiya tersenyum kecut mendengar tuturan Adam.

"Yang aku bunuh adalah ANAKMU, harusnya kau membiarkan aku membusuk disini, bukannya membebaskanku BODOH!" Ucap Fiya lesu.

"Bisa tak untuk tak berdebat dulu, ayo pulang!" Paksa Adam sambil menarik tangan Fiya.

***

Dititik yang berbeda Insi baru saja selesai mengajar dengan beberapa anak didiknya yang memilih mengikuti home school. Ya untuk wawasan saja sebenarnya Insi adalah guru buat anak yang memilih belajar dirumah. Tapi kali ini Insi mengajar di sebuah kedai roti, itupun atas permintaan para murid didiknya. Katanya sesekali belajar diluar, dirumah bosan dan apalah entah. Kini tinggal Tom saja yang belum pulang karena menunggu jemputan datang. Setelah menanti akhirnya ayahnya Tom datang dan membawa Tom pulang. Entah, mungkin nasib buruk yang menimpa Insi saat Tom sudah masuk mobil dulu Insi dan ayah Tom berbicara sebentar. Dan saat itu ada empat mata yang melihat kedekatan mereka.

Setelah selesai berbicara ayah Tom pamit, dan empat mata yang tadi mengintai Insi langsung berjalan dan duduk dihadapan Insi.

DEG

Terkejut, mungkin itulah yang terpampang jelas diraut wajah Insi yang ayu itu.

' Bagaimana mereka ada disini? Bukankah harusnya mereka ada di pesantren? Melarikan dirikah?'  Tanya Insi pada dirinya sendiri.

"Bagaimana kabarmu? Lama tak bertembung sapa." Ucap wanita berniqab yang tidak lain adalah Aufa saudari kembar Ulya.

"Baik." Jawab Insi.

"Oh ya bukankah usia pernikahanmu dan Al Malak sudah tujuh bulan? Seharusnya saat ini kau sudah hamil bukan? Lalu kenapa belum ada tanda-tanda?" Usik Ima dengan pandangan tak suka.

"Belum waktunya." Jawab Insi sambil tersenyum.

"Oh, aku tahu. Mungkin Allah tahu kau seorang PEMBUNUH, makanya Allah tak memberikanmu seorang ANAK. Atau Allah mengutukmu untuk tidak pernah merasakan adanya kehidupan DI RAHIMMU. Atau mungkin Allah memberi hukuman kepadamu untuk menjadi wanita yang MANDUL, atau hinanya lagi kau tak bisa MEMUASKAN suamimu itu? Dan oh ya Allah apa kau memang belum bemberikan HAK mu sebagai seorang ISTRI? Wanita macam apa kau ini!" Tuding Ima penuh dengan penekanan dan terkesan jijik kepada Insi.

"Lebih baik kau serahkan saja suamimu itu kepadaku, aku akan memberikan dia keturunan." Tambah Ima lagi.

BRAAKKK

Suara gebrakan Insi mengejutkan penghuni kedai dan beralih kepada mereka. Sadar dia menjadi bahan lihatin Insi kembali duduk, menstabilkan kembali emosinya. Tanpa mengatakan apa-apa Insi langsung keluar dari kedai dan memecut mobilnya ke suatu tempat.

***

Diatas batu inilah Insi duduk sambil memeluk lutut. Punggungnya sesekali naik turun, jelas sekali bahwa dia menangis. Tubuhnya kian lama kian basah karena terkena jatuhan air dari air terjun. Setidaknya disinilah tempat yang paling tepat untuknya. Ingatannya terus terbayang-bayang ucapan Ima, menyayat sekali dihati kecil Insi.

"Wahai Zat yang maha pendengar! Benarkah Engkau menghukum hamba dengan balasan seperti itu?" Ucap Insi sambil memandang ke langit, dengan lemah dia mencoba berdiri dan kembali menentang sang pencipta.

"Benarkah karena aku pernah menjadi seorang wanita pembunuh yang membunuh seorang lelaki karena ingin melindungi harga diriku Engkau menghukum hamba untuk tak memberikan keturunan? Apakah Engkau menghukum hamba dengan mematikan kesuburan disini." Tangis Insi sambil memegangi perutnya. Tiba-tiba angin bertiup kencang, matahari yang tadi terang benderang menjadi langit kelabu penuh dengan gemuruh. Kilat bersaut-sautan seakan menjadi wakil kemarahan Allah atas kekecilan hati Insi yang mudah goyah akan ucapan Ima.

DUAARRR

"Aaaaaaaa..." Teriak Insi karena terkejut mendengar suara geluduk, hingga kakinya tergelincir dan terjatuh ke dalam air terjun.

BYUURRR

***

Tenggelam, Insi tenggelam. Kisah ini sampai disini, akhir ceritanya cukup disini. Tokoh utama mati dan musuhnya yang bahagia, ah sungguh akhir yang membosankan bagi pembaca setia. Tapi inilah akhir penentiannya, kisah ini END.

SELESAI...

Akhirnya kisah Lauhul Mahfudz udah ending😊 hahahaha🙏enggak kok enggak bercanda✌️ Insi gak tenggelam dia bisa berenang, kalau Insi gak bisa berenang trus ngapain Al Malak bikin kolam renang di rumahnya kan😁

***

Didalam mobil dia mencoba mencari kehangatan tersendiri, sudah berenang terhujani pula mungkin itu peribahasa yang cocok untuk Insi. Hingga tiba-tiba pintu mobil sebelah supir terbuka dan sosok Al Malak yang langsung memeluk Insi.

"Sudah, jangan diambil hati ucapan Ima. Saya sudah dengar semuanya, jangan tentang Allah lagi. Allah tak akan suka, faham?" Ucap Al Malak sambil mempererat pelukannya dan mengusap-usap punggung Insi. Lagi, Insi menangis dalam pelukan Al Malak menghabiskan semua air matanya hingga dia tertidur di bahu Al Malak.

' Saya kali ini tak akan meloloskan kalian lagi ' Tekad Al dalam hati. Setelah dirasa Insi sudah nyenyak Al memindahkan Insi dengan hati-hati lalu memecut mobilnya pulang. Al tentu saja khawatir, bagaimana tidak selesai rapat di rumah sakit dia dapat kabar bahwa istrinya baru bertemu Ima di kedai roti. Mustahil kalau Ima tak meracuni fikiran Insi sebab pulang dari kedai mobil Insi berjalan sangat cepat sampai mata-mata Al Malak kehilangan arah.

***

Sampai dirumah Insi masih tidur, dengan hati-hati Al mengganti baju Insi. Setelah selesai Al melihat jam di dinding sudah hampir jam 5 sore. Sebenarnya dia tak mau mengganggu tidur Insi tapi apakah Insi sudah sholat apa belum Al harus membangunkan Insi.

"Si bangun, sudah jam lima sore. Apa Anda tak sholat asar?" Ucap Al sambil menepuk-nepuk pipi Insi agar bangun, dan karena tadi Insi samar-samar mendengar kata sholat asar dengan kalang kabutnya dia langsung lari ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Tak hanya sholat asar, Insi juga melakukan sholat taubat meminta maaf kepada sang Ilahi atas tindakan gilanya saat di air terjun tadi.

Bersambung...

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang