'Penculikan'

120 8 0
                                    

Hati lelakinya resah, dan gelisah. Entah sudah berapa kali dia mondar mandir dari kiri ke kanan, kanan ke kiri. Orang yg melihatnya saja akan pusing, tapi dia masih senantiasa mondar mandir.

"Shit!!!" Umpatnya sambil meraup wajah penuh dgn penuh penyesalan.

Sudah hampir dua bulan sudah Al Malak mengabdi di negara ini, dan kini dia akan pulang. Tapi kenapa dia merasa tak enak hati? Bukankah dia harusnya bahagia karena bisa pulang.

" Kenapa bisa seperti ini? " Tanya Al Malak penuh dgn amarah.

"Maaf Tuan, kami lalay." Jawab salah satu asistennya.

"Cari tahu sekarang dimana mereka menyembunyikan istriku! Jika istriku terluka sedikitpun, nyawa kalian taruhannya!!!" Ucap Al Malak lalu pergi menuju bandara dan terbang menuju Indonesia.

Ya, bagaimana kita tak resah saat mengetahui bahwa orang yang sangat kita cintai diculik seseorang. Terlebih-lebih penculiknya adalah musuh baru yg berkomitmen dgn musuh lama. Apakah ada dendam tersendiri antara musuh baru itu dgn Al Malak? Entahlah...

***

Sesampainya di Indonesia, Al langsung mengendarai mobil pribadinya.

"Sudah tahu dimana mereka menyembunyikan istriku?"

"Sudah Tuan, kebetulan sekali cincin mahar pernikahan kalian ada GPS-nya jadi itu sangat memudahkan kita."

"Segera ke tempat tujuan." Ucap Al yg diangguki sang asisten.

Al bukanlah orang kacang-kacang, dia cerdas dan pandai. Bahkan tanpa sepengetahuan siapapun dia merancang sebuah cincin diberi GPS. Itu Al gunakan tdk untuk memata-matai Insi kemanapun ia pergi, tapi hanya untuk berjaga-jaga seperti ini.

***

Sedangkan di sisi lain, tangan dan kaki Insi terikat dgn mulut yg disumpal dgn kain. Insi tak henti-hentinya beristighfar dan bersholawat meminta petunjuk Allah agar dia bisa keluar dari tempat ini. Beberapa saat kemudian, Insi melihat ada benda tajam yg bisa memutuskan tali yg mengikat tangannya. Dgn pelan tapi pasti, sedikit demi sedikit Insi mencoba mendekat pada benda tajam itu yg tak lain adalah sebilah pisau.

"Alhamdulillah." Ucap Insi bersyukur karena tali yg mengikat tangannya sdh putus. Setelah itu dia mencoba membuka kain yg menutupi mulutnya lalu membuka tali yg mengikat kakinya. Setelah di rasa aman Insi mencari langkah-langkah untuk melarikan diri. Tapi baru lima langkah bahunya seperti ada tangan yg memeganginya hingga menghentikan langkah Insi.

"Mau mencoba lari kemana?" Tanya seorang wanita, Insi membalikkan tubuhnya menghadap pada sosok yg bicara tadi.

"Apa maumu?" Tanya Insi.

"Suamimu." Jawab wanita tadi.

"Sampai mati pun tak akan pernah aku serahkan!!!" Tegas Insi, tak lama kemudian datanglah seorang lelaki dan wanita lain.

"Ada apa Ima?" Tanya wanita berniqab yg tdk lain adalah Aufa, saudari kembar Ulya.

"Dia mau melarikan diri Fa." Jawab Ima alias nenek sihir.

"Mimpi." Cebik lelaki dgn tubuh atletis yg ternyata adalah Arjo, ketua polisi yg menangani kasus pemenjaraan Aufa dan Ima. Polisi yg juga melepaskan Aufa dan Ima.

"Apa salahku kepada mu wahai ketua polisi biadab?!!" Tanya Insi dgn emosi.

"Hahaha, aku hanya ingin main-main dengan suamimu. Apa kau tak ingat aku? Aku adalah polisi yang sama yang pernah mengutarakan ajakan menikah dengan mu saat kau masih di Kairo. Tapi naas sekali karena ajakan ku saat itu kau tolak mentah-mentah." Terang Ajro.

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang