Extra and Bonus Part

348 12 0
                                    

Seorang anak lelaki berusia delapan tahun itu baru saja sadar dari koma sepekannya. Bahkan luka bekas jahitan di dahinya masih terlihat jelas. Langkah kakinya masih lemas untuk menopang tubuh kecilnya, dengan bantuan sang ummi dia duduk di kursi roda miliknya. Selama perjalanan pulang matanya hanya terpejam tak seperti hari-hari sebelumnya dia koma, dia akan bernyanyi sepanjang perjalanan. Eksperi wajahnya begitu senang saat tiba dihalaman rumahnya dan disambut dengan saudara-saudaranya. Tapi mata itu tak sengaja melihat seorang anak perempuan berusia lima tahun yang bersembunyi dibalik tiang rumahnya.

"Siapa yang membawa dia kesini?" Tanya lelaki kecil itu.

"Abi dan ummi yang membawanya Ar." Jawab Insi kepada putranya.

"Aku tak suka dia ada disini, aku benci dia, aku tak mau melihat dia, suruh dia pergi ummi!" Marah Ar.

"Ar, jangan bicara seperti itu." Ucap Insi lembut.

"Gara-gara orang tuanya aku celaka ummi, gara-gara orang tuanya aku koma. Tapi kenapa ummi menampung gadis dimana orang tuanya sudah membuat putra ummi ini terluka?" Tanya Ar tak puas hati.

"Lalu apa mau kamu?" Kali ini Al Malak yang bertanya.

"Ar mau dia pergi."

"Kamu tega dan jahat." Kata Al Malak mencoba memprovokasi putra keduanya ini.

"Yang dilakukan kedua orangtuanya kepadaku juga jahat abi."

"Lalu apa bedanya kamu sama orangtua gadis itu?" Ar hanya mampu menggigit bibir bawahnya, debat dengan abinya hanya akan membuang air liurnya saja.

"Aku minta tolong, antarkan ke kamar." Pinta Ar kepada saudara kembarnya Eshan dan Eshal.

*

"Kau berani sekali menentang abi." Ucap Eshal.

"Aku tak menentang, aku hanya tak mau gadis itu ada disini." Ralat Ar.

"Gadis itu sudah diangkat anak oleh abi." Beritahu Eshan, Ar sama sekali tak terkejut akan tindakan abinya itu.

"Terimakasih." Ucap Ar tulus setelah sampai di kamarnya.

Kamar Ar hanya berpadu dua warna, hitam dan putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar Ar hanya berpadu dua warna, hitam dan putih. Seperti halnya sifat pribadi manusia, hitam kejahatan putih kebaikan begitu kata Ar.

"The triplets." Suara Insi saat masuk kamar Ar.

"Ummi." Kata ketiganya serentak.

"Kenapa belum tidur? Hari sudah malam." Kata Insi.

"Iya ummi ini kita juga mau tidur, selamat malam ummi." Kata Eshan lalu mencium pipi kanan Insi, sedangkan Eshal mencium pipi kirinya.

"Kamu mau apa sayang?" Tanya Insi lembut kepada Ar setelah Eshan dan Eshal keluar dari kamar Ar.

"Ar tak ingin apa-apa." 'sebab jika Ar minta ummi dan abi mengusir gadis itu pun kalian tak akan mewujudkannya.' lanjut Ar dalam hati.

***

Pemuda dua puluh lima tahun itu baru saja keluar dari mobil kesayangannya setelah pulang dari China. Sesampainya pemuda itu dirumah sang ummi menyentuh kening sisa jahitan bertahun-tahun lalu, dimana luka itu diperoleh di negara yang sama. China adalah salah satu negara yang tak boleh dikunjungi pemuda ini, bukan karena pemuda itu takut akan terluka lagi melainkan umminya yang tak mau putranya terluka.

' Dulu disini ada luka, darah, jahitan, dan perban. '   Ucap Insi dalam hati sambil mengelus dahi putranya.

"Aku tak terluka ummi." Jawab pemuda itu bermanja.

"Ummi hanya cemas dan khawatir." Ucap Insi sambil membawa putranya masuk kedalam rumah.

' Jika cemas dan khawatir kepadaku, kenapa tak usir saja gadis itu sejak dulu. ' Komen Ar dalam hati.

"Hai, boy!" Ucap kembarannya Eshan.

"Kau tau tak selama kau pergi ummi hanya mencurahkan perhatiannya kepadaku dan Eshal. Tapi sepertinya aku tak akan diperhatikan." Ucap Eshan melas.

"Ah iya, kau sekarang gemukan. Ummi akan kubuat memperhatikanku saja biar kau kurus." Kata Ar meledek.

"Sudah ya abang-abang ku, aku sudah bikin black Flores sepesial ayo cicipi." Kata Eshal menengahi. Mereka bertiga ricuh sekali saat makan sambil melihat film horor.

"Ramai ya kalau anak-anak seperti itu." Kata Insi sambil memeluk lengan Al Malak. Saat asik makan gadis yang tak diinginkan Ar juga baru saja pulang kuliah.

"Ah iya aku hampir lupa, aku sempat membeli oleh-oleh dari China. Ini untuk abi, ummi, Eshan, dan Eshal." Kata Ar sambil membagikan oleh-oleh dari China.

"Untuk adik perempuan mu yang satu itu bagaimana?" Tanya Eshan sambil menjulurkan bibirnya kearah gadis itu saat mau masuk kedalam kamarnya.

"Aku tak punya adik perempuan lagi selain Eshal." Ucap Ar lalu berlalu menuju kamarnya.

*

Kamar dengan nuansa hijau milik Eshan Naushad Faeyza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar dengan nuansa hijau milik Eshan Naushad Faeyza.

Anak perempuan mah idielnya yang ini ya Eshal Naura Faeyzy 😁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak perempuan mah idielnya yang ini ya Eshal Naura Faeyzy 😁

Btw, siapa sih gadis itu? Trus siapa sih orang tuanya yang udah mencelakai Eshar, Author kan jadi penasaran. Tunggu aja ya di "Menanti Tahun Kabisat Berganti".

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang