' ( Bukan ) Mimpi Buruk '

149 9 0
                                    

Berat, berat sekali. Rasanya baru kemarin Insi dan Al Malak bermesraan merayakan hari milad mereka yang jatuh ditanggal, bulan, dan tahun yang sama. Tapi hari ini keadaan seperti terbalik dengan hari itu. Jangankan sapaan ciuman pagi, senyum yang biasanya di pandangpun tak lagi dihadapannya. Mata bengkak itu terlihat nanar dengan pandangan kosong yang menatap ke halaman belakang villa. Entah kenapa dadanya sesak mengingat hal yang tadi pagi dia lihat. Rasa lapar seakan tak menghiraukan geraknya sedari tadi.

"Insi.." Ucap sebuah suara yang mengejutkan Insi, diapun segera menyesat air matanya.

"Ya..." Jawab Insi sambil menoleh kebelakang dengan senyum yang sedikit dipaksanya.

"Dari tadi pagi saya tak melihat kamu sarapan. Apa kamu tak lapar?" Tanya Al Malak, Insi tersenyum mengejek meruntuki diri sendiri.

"Aku sudah makan kau saja yang tak tahu." Bohong Insi, Al mengangguk lalu pergi meninggalkan Insi sendirian.

"Haahhh.." Insi mencoba menstabilkan nafasnya lalu melangkah pergi menenangkan perasaan yang bergemuruh.

"... Sakinah hingga hari tua, mawadah hingga ajal memisahkan kita, warohmah bersamamu di surga-Nya ..." Kata-kata yang dulu pernah didoakan Insi waktu dia dan Al Malak ulang tahun lalu teriang dalam ingatannya.

BRAAKK

Hantaman dari pengendara motor itu berhasil membuat Insi tak sadarkan diri. Saksi mata yang ada disana langsung berlari mengerumuni tubuh Insi yang berlumuran darah. Salah satu warga langsung meneleponnya ambulance, sedangkan warga yang mengenal Insi langsung mengabari keluarga Al Malak yang ada di villa.

***

"Kamu yang memintanya, saya hanya berusaha mewujudkannya." Kata-kata Al Malak memenuhi memori kepala Insi meski tak sadarkan diri, terlihat sekali bahwa dia sedang bermimpi buruk.

"TIDAAKKK." Teriaknya sambil terduduk di kasur pasien, bau antiseptik langsung menerobos indra penciumannya. Matanya mulai meneliti setiap penjuru, dengan sisa air matanya dia mulai memeluk kakinya.

"Al Malak..." Tangisnya dalam keheningan, seseorang langsung masuk ke ruangan Insi lalu memeluknya. Insi yang terkejut menaikan dagunya dan melihat Al Malak yang mendekapannya. Tapi sebelum Insi membalas pelukan Al mata indahnya melihat Airin di ambang pintu ruangan Insi sambil tersenyum. Dada Insi merasa kembali sesak, mengingat bahwa kini bukan hanya dirinyalah milik Al Malak.

"Al, ada Airin disini." Ucap Insi menyadarkan Al.

"Ah iya, masuklah." Pelawa Al terhadap Airin.

"Dia yang membawa kamu kesini, dia juga yang memesankan ambulance, dan dia juga yang mengabari saya bahwa kamu disrempet motor." Jelas Al Malak yang membuat Insi linglung.

"Tap tapi Al... Yang membawaku kesini bukan dia melainkan warga saksi mata yang melihatku tertabrak tadi." Al mengernyitkan dahi, bingung atas ucapan istrinya ini.

"Dokter apa istri saya mengalami amnesia?" Tanya Al kepada Dokter Sinta.

"Dokter Al Malak, awak ialah dokter psikologi. Tentunya awak bisa membawa ekspresi istri dokter." Canda Dokter Sinta yang disenyumi Al.

"Bisa tolong menceritakan apa yang tak kuketahui?" Tanya Insi, Al menarik nafas panjang sebelum menceritakannya.

Flashback on 😘

" Hasil pemeriksaan kandungan? " Baca Al, lalu dia memandang Insi sesaat lalu mulai membaca lagi.

" Al. " Panggil Insi yang terkejut melihat Al membaca hasil pemeriksaannya. Al langsung menghapus air matanya lalu memeluk Insi.

" Al, boleh aku minta satu hal darimu. " Pinta Insi dalam pelukan Al.

" Menikahlah lagi Al. "

DEG!

" Aku tak bisa kau harapkan untuk memberi keturunan. " Lanjut Insi.

" Aku sudah mencarikan gadis yang tepat untuk menjadi maduku, Insyaallah dia akan mau menjadi istri ke dua. " Setelah itu Al melepaskan pelukan Insi dan keluar meninggalkan halaman villa menggunakan mobilnya. Insi yang melihat Al keluar dengan emosi langsung mengejarnya, tapi naas saat tiba di jalan raya sebuah motor menyerempetnya lalu pergi meninggalkan Insi tergeletak tak sadarkan diri ditepi jalan. Beruntung saat itu Airin melihatnya lalu berlari ke arah Insi, dia teriak meminta tolong tapi jalanan amatlah sepi, lalu Airin mengecek saku Insi dan menemukan hp didalamnya. Dengan tangan gemetar dia menghubungi ambulance, setelah sampai di rumah sakit Airin menghubungi Al.

Flashback off

"Insi, maaf sepertinya aku tak bisa menjadi istri ke dua. Sebab seorang wanita pasti menginginkan menjadi satu-satunya. Aku juga tak bisa menjadi madumu, sebab jika aku masuk kedalam kehidupan kalian. Al Malak tak akan bisa adil, dia pasti akan melebih-lebihkan dirimu. Tapi kau tenang saja, aku tak punya niyatan untuk menyuruh kau berpisah dengan Al. Teruslah bersamanya, jangan suruh dia menikah lagi sebab dia tak akan pernah bisa mencintai wanita lain kecuali dirimu. Teruslah bahagia hingga hari senja, semoga Allah segera memberi keyakinan kepada kalian buah hati. Aku permisi dulu, assalamu'alaikum." Pamit Airin, setelah salamnya terjawab Airin pergi dari ruangan Insi disusul Dokter Sinta.

"Jadi kau tak menikah dengan Airin?" Tanya Insi tak percaya."

"Jika kamu mahu saya bisa memanggilnya kembali kesini lalu berakad didepan kamu." Ucap Al yang seperti menantang.

"Eh, no no no no! Aku tak mau gila melihatmu bermesraan dengan wanita lain selain diriku. Aku tak mau bodoh membiarkan dirimu menikah dihadapanku. Aku tak mau stres karena membiarkan milikku ku bagi dengan wanita lain." Tegas Insi sambil memeluk Al tahut kehilangan.

"Ini yang katanya mau dimadu?" Ejek Al sedikit tertawa.

"Jangan mengingatkan ku Al!" Ucap Insi geram.

"Baiklah istri pertama." Goda Al.

"Al Malak!" Marah Insi, lalu Al mengeratkan pelukannya dan mencium kening Insi.

"Aku gak sadarkan berapa hari Al?" Tanya Insi yang baru mengingatnya.

"Tiga puluh (jeda Al lama, sedangkan Insi sudah menatap mata Al dengan harap-harap cemas) menit😁" Insi menghembuskan nafas lega setelah mendengarkan ucapan Al.

"Kau menakutiku saja. Eh, jika kau tak menikah dengan Airin artinya aku tadi sedang bermimpi buruk dong." Tutur Insi.

"Tidak juga, itu tak hanya mimpi buruk. Tapi itu juga tak akan menjadi kenyataan, itu hanya petunjuk agar kamu tidak menyuruh suamimu menikah dengan calon istri keduanya. Melainkan langsung kau suruh suamimu menikah dengan tiga wanita sekaligus!" Satu kalimat akhir Al Malak tentunya untuk menyindir Insi.

"Ih, nyebelin nyebelin nyebelin." Gerutu Insi sambil memukul-mukul dada Al Malak yang tertawa.

"Sudah-sudah hari sudah malam, tidur ya.." Ucap Al lalu mencium kening Insi.

"Aku mencintaimu Al." Ucap lalu mencium bibir Al.

"Wau, inisiatif nyium sendiri tanpa diminta." Meskipun matanya sudah terpejam bisa-bisanya Al Malak menggoda istrinya. Insi yang malu langsung menyembunyikan wajahnya ke dada Al Malak.

"Suatu saat nanti jika kamu putus asa lagi, jangan suruh saya untuk menikah. Jika kamu ingin menyerah, jangan suruh saya untuk pergi. Saya tak akan pernah bisa hidup tanpa kamu sebab kamu adalah jantung saya. Sudah cukup lima tahun kamu di Kairo dan rindu saya yang terobati setelah ta'aruf. Saya tak akan meninggalkan kamu, dan tak akan membiarkan kamu pergi. Insyaallah hingga maut memisahkan kita dan kekal disurga-Nya." Ucap Al Malak lalu mencium bibir Insi. Insi tersenyum mendengar ucapan Al, meski jarang bersikap romantis setidaknya Al bisa membuat Insi bahagia.

Bersambung.

Duh, udah detik-detik ending nih pemirsa. Makanya updatenya author gas pol gak rewel. Maaf ya ini ngetiknya di hp😪 soalnya gk punya laptop 😔belum punya rezeki yang cukup soalnya😭doain aja ya🤗see you next time 😘

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang