' Barakallah hu fii umrik '

130 5 0
                                    

Warning, 18++++🤣🤣🤣

Pagi cerah tapi tanpa sarapan, pagi indah tapi tanpa ciuman, pagi hari yang dinanti tapi dirasakan sendiri sebab sang istri keluar tanpa izin dan hanya meninggalkan sepucuk surat di atas tudung saji makanan. Dan parahnya lagi saat dibuka bukan nasi, lauk, ataupun sayur isinya. Melainkan hanya sepiring bubur yang bahkan itu adalah makanan tak paling disukainya. Langkah Al Malak langsung membuka lemari pendingin yang isinya nihil.

"Fuck!" Umpatnya yang menyerukkan hati.

"Astaghfirullah." Imbuhnya sambil mengelus dada setelah menyadari bahwa dia tadi baru saja mengeluarkan kata-kata menceruk. Dengan perut lapar dan malas Al Malak mencoba meraih kontak mobil dan mencari makan diluar. Bisa-bisanya istrinya keluar villa hanya berpamitan melalui sepucuk surat dan meninggalkan makanan yang tak disukai suaminya. Istri macam apa itu, mencerminkan Sholehah pun tidak.

***

Sedangkan ditempat lain Insi baru saja keluar dari taxi. Langkah kakinya menyusuri jalan yang kiri kanannya di tumbuhi rumput lembut. Kini dihadapannya berdiri kokoh sebuah rumah minimalis karya tangan orang Jiran. Setelah mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk, matanya meneliti setiap sudut rumah yang dia pertamui. Memang tak elok jika kita bertamu tapi mata jelalatan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi rumah yang dipertamui saja seindah istana raja.

"Datuukkk." Ucapnya setengah berteriak pada lelaki paruh baya yang baru menuruni anak tangga.

"Selamat datang di gubuk Datuk putriku."

"Ah, Datuk terlalu merendahkan diri. Dan sayang sekali aku tak bisa memeluk Datuk meski ingin sangat." Ucap Insi sambil memeluk diri sendiri sambil menampakan senyum dan lesung pipinya.

"Semua kemegahan ini hanya milik Allah semata dan Datuk adalah salah satu hamba yang dipercaya untuk menjaganya." Jawab Datuk yang memang faham amat tentang agama.

"Duduklah anak nakal, kau ingin makan dan minum apa?" Tanya datuk setelah duduk.

"Air putih dan cemilan kentang saja Datuk." Jawab Insi.

"Hal nakal apa lagi yang kau perbuat terhadap putraku dihari berkurangnya usianya hem?" Tanya Datuk.

"Hehe Datuk tahu saja kalau aku melakukan hal nakal." Datuk menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban Insi. Setelah itu mereka berbicara dan bercerita banyak hal hingga larut. Tak kenal waktu apa memang tak pernah temu hingga menghabiskan waktu selama itu.

***

Lepas sholat magrib Insi baru pulang, sampai di villa dia tidak menemukan Al. Saat mencoba menghubungi Al Malak justru HP-nya berada di kamar. Dan saat mengecek kendaraan semuanya komplit, bahkan satpam penjaga villa pun tak tahu Al Malak kemana.

Resah menyelimuti Insi, dia mondar-mandir sambil menggigit jarinya. Tanpa terasa satu jam berlalu, dia memilih untuk sholat isya' dahulu sebelum mencari Al. Setelah mengaamiinkan doanya, dia segera meraih kunci mobil mencari Al. Namun saat sampai di pintu utama seseorang menghadang jalannya.

"Kau dari mana? Aku khawatir." Tangis Insi sambil menghamburkan pelukannya.

"Kamu sendiri kemana saja sampai pulang lepas magrib?" Tanya Al yang tak menjawab pertanyaan Insi sebelumnya.

"Aku main ke rumah Datuk, disana kita berbicara dan melakukan banyak hal hingga tanpa aku sadari hari mulai senja. Maaf." Terang Insi sambil mempererat pelukannya. Dengan pelan tapi sedikit dipaksa Al mencoba melepaskan pelukan Insi lalu berjalan mendahuluinya.

"Dia marah." Ucap Insi putus asa sambil mengikuti Al dari belakang. Al melangkahkan kaki ke dapur mencari makan. Sedangkan Insi memilih menuju ke kamar, menyiapkan sesuatu mungkin🤔 Setelah karya memasaknya jadi Al menuju kamar mencoba mengajak istrinya makan bersama.

Tok tok tok

"Insi, ayo makan." Ajaknya.

"Aku tak lapar, kau makan sendiri saja." Setelah mendengar jawaban Insi, Al kembali kebawah untuk makan.

***

Tatapan Insi begitu semu dan kosong, perut yang lapar saja dia abaikan. Hari ini dia baru satu kali makan, itupun saat di rumah Datuk tadi. Niat hati membuat sang suami risau lalu mencarinya dan dia akan memberikan kejutan tapi urung niatnya terlaksana sang suami merajuk. Memang salahnya pula, memberi sarapan bubur kepada sang suami yang dimana bubur adalah musuh Al Malak sejak kecil itu.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam waktu Malaysia, tapi Al tak kunjung masuk kamar. Akhirnya Insi turun mencarinya dan menemukan Al Malak sedang melihat langit yang penuh bintang. Tanpa aba-aba Insi memeluknya dari belakang.

"Barakallah hu fii umrik suamiku. Maaf membuat mu marah hari ini, maaf membuat mu merajuk, maaf membuat mu kesal, maaf membuatmu mengkhawatirkan istri nakalmu ini. Maaf untuk sarapan yang tak kau inginkan, maaf untuk pagi mu tadi yang tanpa ciuman, maaf atas sholat mu hari ini yang tak bermakmumkan istri. Maaf atas acara makan bersama kita tanpa hadirku. Suamiku, aku adalah istri nakalmu sifat kekanakanku tapi masih kau sabari. Suamiku, dalam sifat nakalku aku mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatianmu. Suamiku, meski sifat kekanakanku menjengkelkan untukmu kau tak pernah memarahiku. Kau tetap mengajarkanku agama sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-nya. Suamiku, dengan berkurangnya usiamu semoga tak mengurangi rasa cintamu kepadaku. Suamiku, semoga Allah memberikan kebahagiaan dalam bahtera keluarga kita. Sakinah hingga hari tua, mawadah hingga ajal memisahkan kita, warohmah di surga-Nya." Doa Insi dengan masih memeluk Al dari belakang, dengan sigap Al melepaskan lagi pelukan Insi. Insi kira Al akan pergi seperti tadi, tapi Al justru menarik tubuh kecil Insi kedalam pelukannya.

"Aamiin." Ucap Al sambil mencium ubun-ubun Insi. Setelah itu terdengar suara ayam berkokok dari perut Insi, Al yang menyadari hal itu menjarakkan diri dari Insi tapi tangannya masih dipinggangnya.

"Ayo makan saya suapi." Ucap Al Malak sambil menggendong Insi.

***

Meski hanya makan beberapa suap saja karena memang porsi makan Insi kalau malam memang sedikit. Al tersenyum lalu mencubit hidung Insi.

"Barakallah hu fii umrik istriku." Ucap Al lalu membawa Insi dalam pelukannya.

"Aku lupa kalau kita ulang tahun di tanggal, bulan, dan bahkan tahun yang sama." Ucap Insi.

"Mandi yuk." Ajak Al, dan tanpa menunggu jawaban dari Insi dia langsung membawa Insi menuju kamar mandi.

Tak perlu menunggu lama setelah dua puluh menit mereka keluar dari kamar mandi hanya dengan berkemban handuk. Maklum tadi masuknya tidak sekalian bawa baju. Saat membuka lemari pakaian alangkah terkejutnya Al dan Insi sebab baju-baju didalamnya tidak ada sebenangpun. Al pun menelepon seseorang yang dia duga dalang yang mengambil pakaiannya dan istrinya.

"Apa kau yang melakukannya?" Tanya Al tanpa salam pembuka.

" Wa'alaikumsalam Abang ku sayang, ah sayang sekali iya. Selamat menikmati akhir pekan dan malam indah bersama kakak ipar ku. Satu lagi, barakallah hu fii umrik. Sudah dulu ya Assalamu'alaikum." Jelas sekali suara Adam yang mengejek di sertai tawanya.

"Adik gila!" Cebiknya lalu menatap Insi yang duduk di ujung kasur. Karena merasa dilihat Insi menarik Al hingga terjatuh diatas tubuhnya. Insi bisa merasakan hembusan nafas Al Malak begitupun sebaliknya begitu pula suara detak jantung mereka yang saling berbacu.

"Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibisyaithoona maarazaqtanaa." Doa Al lalu mencium bibir Insi lembut.

"Allahummaj'alnuthfatanaa dzurriyyatan thayyibah." Selang beberapa waktu doa itu terucap tiga kali dari bibir Al Malak tapi dalam waktu yang berjarak.

"Alhamdu lillahi dzdzii khalaqa minal maa i basyaraa." Hingga akhirnya doa itu terucap sebelum Al dan Insi terlelap karena letih.

Bersambung....

Lauhul Mahfudz (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang