41 : Rindu

3.4K 452 55
                                    

Tolong lah, seorang Hanif harus bagaimana lagi sekarang?

Sudah seminggu ini gadisnya sama sekali tidak bicara padanya. Jangankan bicara, menatapnya saja enggan. Chat, telfon, video call, komentar di postingan IG dan Twitter, semua sudah dia coba tapi nihil. Setiap dia ke Sekre, pasti gadisnya langsung kabur. Entah liputan, makan, kerja kelompok, macam–macam.

Hanif sudah gunakan caranya dulu, mendatangi kelas Ayesha. Menunggu gadis itu keluar lalu menariknya paksa ke suatu tempat. Tapi sudah dua kali dia mencobanya, dan Ayesha selalu berhasil kabur.

Pertama, menyembunyikan tubuh kecilnya di balik tubuh besar teman laki – laki sekelasnya. Sampai tak terlihat Hanif keluar kelas.

Kedua, dia menyueki Hanif. Berkerumun dengan teman sekelasnya dan bersikap seolah tak pernah kenal Hanif.

Ini sudah hari ke-9, dan Hanif masih belum bisa bicara dengan Ayesha. Pikirannya ruwet sekali. Mana Jinan memperuwet dengan tingkahnya yang menarik ulur dua gadis sekaligus. Hanif menghadapi satu saja sudah pusing.

"Masih belum bisa ngomong sama Ayesha?" tanya Naresha.

Hanif menanggapi dengan hela nafasnya.

"Mau gue kasih tahu caranya gak?" tawar Naresh, membuat Hanif menoleh penuh minat.

"Gimana?"

Naresha tersenyum licik. "Gunain Wishaka."

.....

Ayesha lari terburu–buru menuju Sekre, barusan Wishaka menghubunginya agar segera ke sekre. Katanya ada Narasumber yang memprotes berita yang ia tulis kemarin dan minta bukti rekaman. Jelas Ayesha panik dan berlari secepat mungkin.

"Kak Wishaka!"

Panggilan Ayesha ditanggapi heningnya sekre.

Kosong. Tak ada orang.

Kakinya melangkah masuk, meletakan tas nya di sofa dan berkeliling. Siapa tahu Pimrednya itu tengah bersembunyi di balik meja.

"Mana sih? Katanya buru–buru udah di Sekre."

BAMM

Suara pintu ditutup berdebum cukup keras.

Kepala Aye menoleh. Mendapati Hanif berdiri disana. Berjalan semakin mendekatinya.

Tentu saja Ayesha terkejut. Tangannya sudah hendak menyambar kembali tasnya, tapi tangan Hanif lebih cepat menahannya.

Tarikan tangan Hanif sangat keras dan cepat. Membuat tubuh Ayesha terhuyung ke pelukannya. Meski terkejut beberapa saat, Ayesha segera memberontak. Tapi tubuh Hanif lebih besar dan kuat darinya. Tangan lelaki itu melingar dan mengukungnya kuat.

"Kak, tolong lepasin."

"Asal dengerin penjelasan aku dulu."

"Apa yang mau dijelasin?" tatap Ayesha menantang.

Keduanya saling bertatapan dengan posisi tubuh menempel, tangan Hanif masih dengan kuat mengukung Ayesha.

Ada sekitar 10 detik hening. Hanya saling menatap nanar. Saling merindu namun ego terlalu menguasai. Sudah lama sekali Hanif tidak memeluk tubuh kecil ini.

"Aku rindu," tutur Hanif lembut, nyaris berbisik.

Mata Ayesha bergetar. Ia mencoba menguasai dirinya.

Setelah mematahkan hatinya, Hanif pintar sekali membuatnya lemah.

"Tapi Kakak sukanya Teh Hanna."

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang