35 | 🥀 Rumah Sakit ⚘

274 16 17
                                    

Seorang lelaki tampak duduk dengan tangan mengepal kuat di atas meja dengan rahang mengeras dan sorot mata yang seakan mampu mencabik-cabik siapapun yang berani mengusiknya, iya--- lelaki itu tak lain adalah Bima. Dia masih tak terima dan sangat marah dengan ucapan Bayu beberapa jam yang lalu. Bima bahkan tak sekalipun menoleh ataupun mengajak bicara Bayu, dia seolah menganggap Bayu hanyalah butiran debu yang tak layak dilihat apalagi dihargai.

Sebenarnya Bayu sadar betul dengan kemarahan Bima kepada dirinya, namun Bayu mencoba tak perduli dan memilih memainkan gadget-nya membalas pesan dari Sang pujaan hati yang mengajak bertemu di taman sekolah isrirahat nanti. Bayu bersikap begini juga untuk Bima, dia sama sekali tak bermaksud mencari ribut dengan sahabat yang merangkap sebagai sepupunya itu. Bayu hanya ingin Bima sadar bahwa hatinya sudah berpaling untuk Nata, bukan Namira. Dan tidak seharusnya Bima melukai hati gadis itu, lepaskan Namira, bahagiakan Nata.

Bim Bim! Lo sekarang boleh marah sama gue, tapi suatu saat lo bakalan nyesel karena gak mau dengerin apa yang gue omongin. Bayu membatin sambil melirik sekilas Bima yang bersikap acuh terhadap dirinya.

Menatap kosong kearah depan, pikiran Bima saat ini hanya dipenuhi oleh Namira--- perempuan yang mampu meluluhkan hatinya. Beberapa hari ini dia sudah berhasil menyingkirkan Namira dari otaknya berkat kehadiran Nata yang perlahan mampu mengusik ketenangannya, namun semua itu hancur seketika karena ulah mulut ember Bayu membahas lagi tentang gadisnya--- Namira.

Drtt ... Drtt ...

Getar smartphone membuyarkan lamunan Bima, buru-buru lelaki itu merogoh sakunya mencari benda pipih yang sangat multiguna. Membaca sekilas nama pemanggil-nya, langsung Bima menggeser icon berwarna hijau lalu menempelkan pada telinga.

"Hallo?"

"Kenapa Namira?"

"Oke, gue kesana sekarang."

Setelah memutus sambungan telepon, Bima memasukan benda pipih itu ke dalam sakunya lagi. Segera lelaki itu berdiri dengan rusuhnya lalu berlari secepat kilat, berhubung guru pelajaran selanjutnya masih berada di dalam kantor. Angga dan Aldi dibuat bingung dengan tingkah Bima, keduanya saling bertatapan kemudian menggeleng bersama. Kalau Bayu jangan ditanya, lelaki itu hanya berdecih ketika tak sengaja mendengar percakapan Bima membicarakan Namira.

"Kemana tuh bocah?" Aldi memandangi punggung Bima yang mulai hilang ditelan pintu kelas.

Tanpa banyak cingcong, Angga langsung melempar bolpoinnya ke kepala Aldi membuat lelaki itu mengaduh kesakitan."Ngapain lo tadi ngga nanya sendiri anying! Orang gue udah geleng-geleng, elo masih nanya! Heran gue."

Mengelus pelan kepalanya, Aldi membalas Angga dengan memukul keras lengan lelaki itu. "Kasar lo kek emak-emak!"

"Gak semua emak-emak kasar ogeb!" Sekali lagi Angga melakukan kekerasan kepada Aldi, lelaki itu menoyor kasar kening Aldi membuat Sang empunya mencebik layaknya perempuan yang sedang ngambek.

****

Bel istirahat telah berbunyi sejak tiga menit yang lalu, kelas sebelas IPA satu tampak sepi dan hanya menyisakan tiga manusia di dalam ruangan yang cukup luas itu. Mereka bertiga adalah Nata, Dara, dan juga Ina. Jika kalian bertanya dimana Megan? Gadis itu telah pergi sejak bel berbunyi menuju taman sekolah menemui kekasihnya.

Menopang dagu dengan kedua tangan, Nata menatap kosong ke depan masih memikirkan Daren-nya. Ina dan Dara saling melempar tatapan bertanya mengenai sikap Nata. Ada apa dengan gadis itu? 

"Masih mikirin sahabat lo Si Dar--- Dar--- Dadar ehh! Sape sih?" Ina mendongak menatap langit-langit kelas berusaha mengingat nama sahabat Nata. Salahkan otak Ina yang selalu lemot tak tahu keadaan, sejujurnya Ina-pun lelah dengan kapasitas minim yang dimiliki otaknya.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang