48 | 🥀 Gerah Hati ⚘

274 15 17
                                    

"Makan pelan-pelan bisa, kan? Kayak orang gak makan seminggu aja!" Bima menyahut ketus. Tanpa mereka semua sadari, sorot lelaki itu meredup ketika melihat Nata terselip rasa cemas juga khawatir.

Nata menggenggam erat sendoknya, menatap nyalang Bima. Dia berusaha mati-matian meredam emosinya, untuk tidak melempar sendoknya pada kepala lelaki itu saat ini juga.

"Wait, bentar-bentar! Ini maksudnya gimana, ya? Lo punya hubungan apa sama Bima?" Sela Megan menatap Namira penuh tanya.

Senyum Namira merekah, gadis itu menggenggam tangan Bima posesif kemudian menjawab. "Bima itu pacar aku, dan kita udah pacaran dari SMP."

"Uhuk uhuk!"

Tidak--- ini bukan suara Nata yang tersedak, melainkan Si gadis manis bergingsul alias Ina. Dia susah payah meraih gelas es teh, lalu meminumnya dengan mata tak lepas menatap Namira di depannya. Dia tidak salah dengar, kan? Meskipun dia akui otaknya sering lemot, tapi belakangan ini kinerja organ itu lumayan bagus. Jadi tidak mungkin dia salah tangkap mengenai ucapan Namira barusan.

Sementara Dara, gadis itu melongo  menatap Namira dan Bima bergantian sambil mengerjab beberapa kali, mendadak linglung mendengar pengakuan Namira. Dia blank, sungguh. Memutar kepalanya, Dara beralih melirik Nata yang menunduk tertegun.

Mereka pacaran dari SMP? Kalo gitu hubungan dia sama abang gue apaan? Batin Nata bertanya-tanya.

"What! Dari SMP?" Pekik Megan terlampau kaget, hingga dia menggebrak meja untungnya tidak terlalu kencang.

Angga dan Aldi saling berpandangan, kemudian meringis bersamaan. Sementara Bayu, lelaki itu memejamkan matanya erat-erat berdoa semoga Namira tidak melanjutkan ocehannya. Berbeda dari ketiga sahabatnya, Bima malah adem ayem mengambil duduk di sebelah Namira, tepat di samping Nata. Posisinya berada di tengah-tengah antara mantan dan pacarnya.

"Iya, jadi dulu aku tinggal di Bandung dan sekolah di sana. Pas SMP aku ketemu sama Bima, singkat cerita aku deket sama dia. Awalnya kita cuman sahabatan terus berlanjut jadi pacaran," jelas Namira membuat Bayu menepuk pelan dahinya.

Mulut lo Ra, gak bisa direm dikit apa? Kalo kayak gini bisa-bisa gue yang jadi korban. Si Megan bakalan marah besar gara-gara mulut lemes lo njir! Gerutu Bayu dalam hati.

Kepala Megan langsung berputar ke kanan, menatap sinis Bayu dengan sorot tajam. Awas kamu Bay! Batinnya mengancam. Dia kecewa, tentu saja. Bayu selalu saja begini, suka menyembunyikan hal yang seharusnya dia bagi dengan Megan.

"Aku mau ngomong sama kamu Bay! Ikut aku." Megan berdiri, menarik kasar tangan Bayu keluar dari kantin. Lelaki itu hanya pasrah, sudah pasti dia akan mendapat omelan dari Sang pacar. Belum juga merasakan nikmatnya duduk di bangku kantin sambil makan mie ayam, dia main dibawa pergi saja.

Segala macam doa serta berbagai rapalan mantra Bayu ucapkan dalam hati untuk mengusir iblis jahat yang merasuki Megan. Semoga saja dengan semua usahanya, Megan tidak jadi meledakkan amarah juga rentetan pertanyaan di kepala pacarnya itu bisa musnah begitu saja. Entah untuk keberapa kali masalah yang mengguncang hubungannya dengan Megan selalu bersumber dari Bima. Bayu heran, sebanyak apa dosa lelaki itu sampai bisa membuat hubungannya berkali-kali terancam bubar.

"Apa sih yang, pakek tarik-tarik segala?" Bayu menoel hidung Megan dengan senyum merekah, berusaha mencairkan suasana sekaligus menutupi kekhawatirannya serta rasa takut menghadapi Megan dalam mode galak.

"Gak usah pegang-pegang." Tangan Bayu di tepis kasar oleh Megan. Dia mengaduh kecil dengan nyali menciut mendengar nada rendah pacarnya, tersirat penuh murka.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang