07 | 🥀 Bima Semakin Aneh ⚘

642 113 109
                                    

Keluar dari kantor setelah selesai menaruh buku Bu Linda di atas meja, Nata melangkah santai menuju kelasnya. Dalam hati Nata, dia sedikit merasa heran dengan gurunya yang sudah main suruh-suruh saja, padahal statusnya masih anak baru. Bukannya Nata tak ikhlas atau bagaimana--- bukan begitu, Nata hanya tak habis pikir.

Sepanjang Nata melangkah, banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya dengan pandangan tak suka, namun ada juga yang memuja. Nata berdecih, dia heran dengan orang-orang di sini. Kenapa sebegitunya sih respon mereka melihat dirinya? Mencoba tak perduli, Nata melanjutkan langkahnya.

Bisik-bisik terdengar dari kelompok perempuan di depan pintu kelas sebelas IPS tiga, membuat Nata memperlambat langkah untuk menangkap obrolan mereka. "Cewek ini nih, yang kemaren dibonceng Bima," seru perempuan berambut pendek sambil melirik Nata.

Sontak Nata langsung menghentikan langkahnya, lalu menoleh menatap perempuan itu dengan raut kesalnya. "Ember banget mulut lo, pagi-pagi udah gosipin orang. Emang kalo gue dibonceng Bima kenapa? Gak ada urusannya juga sama elo. Masuk kelas gih, belajar sana yang pinter! Jangan ghibah doang bisanya," semprot Nata lalu melenggang pergi.

Selalu saja begini, semua yang berurusan dengan Bima pasti membawa petaka untuk Nata. Bima memang pembawa sial! Dengan bibir mengerucut, Nata melayangkan tatapan lasernya setiap dia menemukan orang yang menatap terang-terangan dirinya tak suka. Bikin masalah aja enggak, kenapa mereka pada gak suka sama gue coba? Heran gue tuh, batin Nata menggerutu.

"Ehem,"

Telingan Nata menangkap suara dehaman seseorang dari arah belakang tubuhnya, namun sengaja tak dia respon dan malah semakin mempercepat langkahnya. Kalau penting ya tinggal panggil aja sih, sok deham-deham segala. Dia pikir gue perduli? Big no! Batinnya sambil terus melangkah.

"Lo gak denger atau cuman pura-pura budek, hm?!" Bariton suara itu terdengar lagi di telinga Nata dengan tangan Si cantik dicekalnya.

Spontan Nata menoleh. "Elo lagi elo lagi! Males gue," sahut Nata menampilkan ekspresi tak suka begitu melihat Si netra hitam legam-lah yang ada dihadapannya.

"Jangan gitu, nanti kalo gue pergi lo malah nyari-nyari lagi," ucap Bima menampilkan raut menggoda tanpa melepas cekalan tangannya.

Memutar bola matanya malas, Nata menyahut ketus. "Najis!" Bima malah terkekeh geli sementara Nata mengernyitkan kening tak habis pikir. Gila! Batinnya.

"Yok, gue anter ke kelas," kata Bima langsung mengaitkan jari jemarinya pada Nata, kemudian menarik Si cantik tanpa meminta persetujuan. Nata melotot menatap kesal Bima, apa-apaan lelaki ini. Bima justru biasa saja seolah tak merasa terancam dengan pelototan gadis di sebelahnya, menyebalkan memang.

Nata berusaha menarik tangannya tak lupa dengan mata yang seakan di program untuk terus melotot, namun Bima malah merespon dengan menampilkan wajah polos dan semakin mengeratkan gandengan tangan mereka. "Bim! Apa-apa'an sih lo! Lepas gak?!" Sentak Nata dengan wajah merah padam.

"Enggak," kata Bima diiringi senyuman tipis menyebalkan.

Ingin rasanya Nata mencabik-cabik mulut lelaki di sebelahnya ini. Tapi sebisa mungkin Nata mengusir jauh-jauh hasrat itu, kali ini dia mencoba bersabar. Semoga saja dengan Nata mengalah, hari-hari selanjutnya dia tak akan berurusan lagi dengan Bima.

Samar-samar terdengar krasak-krusuk obrolan yang membicarakan Nata--- lagi. Kini Si cantik jadi pusat perhatian karena tangannya yang saling bertautan dengan Bima, terlihat tampak mesra menurut mereka.

Mesra gundulmu!

Dari yang telinga Nata tangkap kata mereka, "Kan, apa gue bilang! Si anak baru itu pacarnya Bima." Nata bergidik ngeri. Bagaimana bisa hanya dengan tautan tangan mereka langsung menyimpulkan sebagai hubungan masuk jenjang pacaran?

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang