21 | 🥀 Bimbang ⚘

292 27 18
                                    

Memasuki kelas, Nata menghela napas lega. Untung saja pelajaran belum dimulai, guru pun tak tampak batang hidungnya. Keberuntungan memihak Si cantik di hari sakral ini.

Mendudukan pantatnya di samping Megan, nyatanya tak membuat Sang kakak menyadari kehadirannya. Kakak laknat ngeselin!

"Ehem!"

Suara dehaman yang terdengar tak asing di telinganya, sontak membuat Megan menolehkan kepala. Mendapati raut kesal Nata, Megan meringis mengangkat jari telunjuk dan jari tengah bersamaan. "Piss."

Dengan sorot mata penuh kilat kemarahan, Nata siap mengomel. "Lo tuh, ya! Ninggalin gue seenak jidat!  Gara-gara elo Kak, gue dapet hukuman!"

Menggaruk tengkuknya, Megan menampilkan wajah tak berdosa. Kini Megan siap mengajukan pembelaan. "Jangan salahin gue, lah. Siapa suruh lo lama!"

Berang dengan Sang kakak, Nata melayangkan cubitan pada lengan Megan, membuat Sang empunya mengaduh. "Seenggaknya lo bangunin gue, kek!"

"Ya, maaf!"

Menundukan kepala, Megan masih terngiang-ngiang dengan ucapan Dara. Megan bingung bagaimana ia harus bersikap, meskipun ia telah bertekat memberi kepastian secepatnya pada Bayu, nyatanya Megan masih bimbang.

Feeling Nata mengatakan ada yang tak beres dengan Kakaknya. Memutar badan menghadap Dara, Nata bertanya. "Dar, Kakak gue kenapa?"

Mendongak menatap Nata, Dara memasang tampang ketus lalu menjawab. "Lo tanya aja sendiri!"

Memilih membalikkan badan, Nata dibuat heran dengan sikap Dara. Ditanya baik-baik malah ngegas, salah apa gue, tuh!

Bertanya langsung pada Sang tersangka, sepertinya pilihan yang paling tepat. "Kenapa sih, Kak?"

Megan diam, Nata merasa tak berguna sebagai adik. Apa artinya saudara, jika punya masalah saja tak ada niat berbagi. "Ohh, jadi gak mau cerita sama gue?"

"Bukannya gitu." Megan langsung menyahut.

"Bodo, lah!"

Tak ingin memulai pertengkaran dengan Nata, Megan memilih mengalah. "Oke, gue cerita. Masih mau masih denger, gak?"

"Hm."

Berdeham pelan, Megan mulai bercerita. "Jadi gini, malem itu pas gue dandan rapi, sebenernya gue jalan sama Bayu."

Mendengar Si playboy yang menjadi topik pembahasan, Nata memasang telinga baik-baik.

"Dia nembak gue, hari itu."

"Serius?"

"Iya."

"Terus?"

"Dia nyiapin kejutan buat gue. Bayu bawa gue ke cafe, yang udah dia dekor sedemikian rupa. Di sana banyak banget kelopak mawar bertebaran, lilin-lilin dia susun jadi bentuk hati, cahaya remang-remang menghiasi malem itu. Jujur gue suka, banget malahan. Menurut gue, Bayu itu bener-bener romantis, gue jadi baper sendiri sama surprise dia."

Memilin ujung seragamnya, Megan kembali menunduk. "Bayu nyatain perasaannya ke gue, tapi gue masih ragu. Makanya itu gue bilang ke dia kalo gue gak bisa jawab langsung, dan gue gak tau bakal jawab kapan."

"Terus dia bilang apa?"

"Bayu bilang iya."

"Gila!"

Otak Megan sepertinya bermasalah, bisa-bisanya ia menggantungkan Bayu yang jelas serius dengan perasaannya. Nata tak habis pikir, Kakaknya ini perlu dirukyah kayaknya.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang